Ketika Vanya menarik tangan Dipta menjauh, banyak sekali yang memperhatikan mereka berdua. Dipta memang sering menjadi pusat perhatian karena seorang presiden mahasiswa yang memiliki wajah yang tampan.
"Pres lo jangan macem-macem, bukannya gue belain Dani, tapi ini pesta adik lo, jangan ngancurin hari bahagia Hanggini." Omel Vanya dengan suara pelan karena takut diketahui oleh orang-orang yang ada di sini.
"Jadi gue harus diem aja ngeliat adik gue pacaran sama cowok brengsek kayak Dani?!" Tanya Dipta yang emosinya mulai keluar.
"Pelan-pelan ngomongnya!" Bentak Vanya yang suaranya tak sengaja cukup keras membuat beberapa pasang mata memperhatikan ke arah mereka berdua.
"Ck, gue mau ngambil kado Anggi dulu, tunggu di sini, jangan kemana-mana." Ucap Dipta seraya mengelus kepala Vanya dengan lembut.
Vanya bingung sejak kapan mereka sedekat itu, sepertinya presmanya ini terlalu terbawa suasana, namun Vanya tidak berani protes karena takut kena omelan dari mulut pedas Dipta. Dipta cukup lama mengambil kadonya, Vanya berjalan mencari Dara, entah kemana gadis itu pergi.
"Lavanya." Panggil seseorang di tempat dessert.
Vanya dengan otomatis menoleh, ternyata Dani yang memanggilnya. Lelaki itu menatap Vanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lo cantik." Ucap Dani yang membuat wajah Vanya berubah menjadi sinis.
"Abis morotin Dipta ya?" Tanya Dani lagi dengan kekehannya yang memuakkan.
"Kayaknya mulut lo gatel ya kalau enggak ngatain orang?" Tanya Vanya dengan tatapan kesal dan sedikit sedih karena orang yang pernah ia cintai sebegitu hebatnya bisa berkata seperti itu.
"Faktakan?" Tanya Dani.
"Kenapa diem aja? Berasa ketimpa duren jatoh ya pacaran sama Dipta?" Tanya Dani yang membuat Vanya semakin kesal.
"IYA DUREN MONTONG LAGI, KENAPA? GAK SENENG LO? SEKALI LAGI LO NGOMONG GUA PASTIIN LO BESOK GAK BISA KULIAH LAGI ANJING!" Bentak Dipta yang berseru dari belakang Vanya membuat banyak orang menoleh ke arahnya.
"Kak Dipta, sabar." Ucap Vanya seraya merangkul lengan Dipta untuk menenangkan lelaki itu.
"Ada apa ini? Lo jangan ngerusak pesta gue ya kak!" Tanya Hanggini dengan nada marah.
"Anjing! Lo tanya aja sama dia." Ucap Dipta seraya pergi dengan menarik tangan Vanya.
Kini mereka sedang berada di balkon ballroom, kalau Dipta tidak janji untuk bertemu Angkasa mungkin ia sudah pulang. Angka berjalan mendekatinya bersama sang kekasih.
Vanya menatap takjub dengan Keisya pacar dari Angkasa yang sangat terkenal, Keisya adalah salah stau influencer sastra yang sangat diminati dan sering menjadi pengisi seminar. Vanya sudah membaca beberapa buku dari Keisha.
"Bro!" Panggil Angkasa seraya memeluk Dipta.
"Hai kak Keisha, apa kabar?" Tanya Dipta setelah melepaskan pelukannya.
"Baik, udah bawa gandengan aja sekarang ya. Kenalin aku Keisha" Ucap Keisha seraya mengajak Vanya bersalaman.
"Halo kak, aku suka buku yang kakak tulis, aku Vanya." Ucap Vanya dengan senyum sumringah.
"Wah nambah lagi fans kamu, sayang. Kenalin gua Angkasa calon adik ipar." Ucap Angkasa dengan senyumannya.
"Eh? Iya kak." Ucap Vanya kikuk.
"Jadi beneran cewek lo, Dip?" Tanya Angkasa penasaran.
"Iya, bang." Ucap Dipta dengan entangnya.
Mereka pun berbincang tentang politik yang tidak dimengerti oleh Vanya, mereka terlihat sangat akrab seperti layaknya adik dan kakak. Berbeda dengan Hanggini yang sering bertengkar dengan Dipta karena sifat mereka berdua sangat mirip yaitu pemarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Dipta
FanfictionBanyak orang yang berpikir Dipta itu diktaktor, menyebalkan, sok pintar, dan si paling bener aja. Padahal yang Dipta lakukan semuanya untuk Universitas tercintanya yaitu Universitas Sanggabuana. Dipta itu seenaknya, tapi apa yang dilakukan selalu be...