Seorang pria dengan setelan rapi berjalan diantara lorong rumah sakit lalu berakhir disebuah ruangan VIV.
Dia memasuki ruangan itu tanpa ada hambatan disaat tidak sembarang orang bisa keluar masuk keruangan itu atas titah istri tuan besar Jeon.
Ternyata didalam sana seseorang sudah menantinya. Seorang majikan yang memberinya titah secara diam-diam untuk mencari keberadaan sang istri yang katanya menghilang pasca penyerangan yang menimpanya.
Jeon Jungkook menyunggingkan senyum, merasa lucu dengan persepsi orang-orang yang mengira dirinya diserang oleh salah satu orang yang memiliki niat jahat padanya alih-alih mencurigai sang istri yang tiba-tiba menghilang saat dirinya sekarat.
Tentu saja, istrinya bukan sekedar menghilang, Jungkook yang lebih mengetahui segalanya bagaimana sang istri begitu mati-matian ingin kabur darinya sampai harus nekat melukainya.
Meski Jungkook yakin hingga saat ini, wanita lemah lembut yang selama ini bersembunyi didalam cangkang angkuh itu tengah dihantui trauma-- menyesali perbuatannya.
Pria bersetelan rapi itu menyodorkan ponselnya untuk menunjukan sesuatu, sesuatu yang Jungkook inginkan dan sudah mereka dapatkan.
Jemari lentik putih majikannya terlihat bergerak bermaksud memperbesar hasil jepretan dalam ponsel itu dan bersamaan dengan itu senyum diwajah Jungkook kian tertarik lebar. "Bagus.."
•••
Langkah ibunda Jungkook ditemani suaminya siang ini menggema diantara lorong rumah sakit. Gaya glamornya serta beberapa bodyguard bertubuh besar-besar di belakang keduanya juga tidak pelak menarik perhatian banyak orang disana.
Semua tahu kalau keluarga yang sukses dengan pertambangan minyak bumi itu tengah dilanda musibah ketika sang putra semata wayang harus dilarikan kerumah sakit itu.
Lalu ditengah langkah, seorang pria dari arah berlawanan tampak berjalan buru-buru melewati mereka tanpa tersita sedikitpun perhatiannya.
Membuat nyonya Jeon sedikit melirik curiga apalagi kedatangannya berasal dari lorong yang menjadi tujuannya.
Dan diantara pengunjung lain setelannya juga agak berbeda-- sedikit rapi dan formal untuk seukuran orang biasa yang kebetulan menjenguk kerabat atau rekan yang sedang sakit.
"Suamiku, apa kau melihatnya juga." tanpa menghentikan langkah nyonya Jeon buru-buru bertanya meluapkan rasa penasarannya.
"Ya, kenapa?"
"Tidak kah pria itu sedikit aneh, aku mencurigainya." kata ibunda Jungkook makin memperjelas maksud pertanyaannya.
"Maksudmu dia baru saja menemui putra kita?"
Tak ada jawaban, nyatanya istrinya lebih memilih melepaskan apitan lengannya berjalan tak sabaran menuju ruangan putra semata wayang.
Saat tiba didalam ibunda Jungkook langsung saja menyerobot pintu dan mendapati putranya tengah meneliti sesuatu dalam ponselnya pun langsung meledak-ledak.
"Dugaanku benar kan, pria tadi baru saja menemuimu kan, Siapa dia?" berondong ibu Jungkook.
Jungkook hanya sanggup menutup mata seraya menghela nafas jengah.
"Dia pasti membawa kabar tentang istrimu kan, sudah ku bilang selagi kau masih dalam masa pemulihan aku tidak mengijinkanmu untuk mengurusinya!"
Seperti yang dilakukannya kemarin, ayah Jungkook sigap pasang badan menengahi keributan yang dibuat oleh istrinya.
"Bicaranya jangan kencang-kencang ini bukan rumah. Masih ada orang lain yang mungkin akan terganggu dengan suaramu."
"Kenapa? Jika pun harus aku beli rumah sakit ini tidak masalah!" kata ibunda Jungkook jemawa lalu kembali menatap calon partner debatnya sengit.