Akhirnya Jong Hyeop terpaksa dan harus menceritakan detail tentang pria yang sempat menjadi tempat persembunyian Sohyun-- yang baru-baru ini juga dirinya ketahui adalah seorang pria bayaran.
Hal yang menjadi alasan mengapa juga malam itu pria yang Jong Hyeop ketahui bernama Taehyung itu bisa berada didalam satu ruangan yang sama dengan putri komandannya saat di Paris.
"Gadis nakal itu ternyata benar-benar sudah membuat banyak masalah." ujar ayah Sohyun seraya terkekeh seusai mendengar seluruh detail cerita dari anak buahnya.
Namun Jong Hyeop hanya bisa diam seribu bahasa dalam lamunannya merasa sesuatu tak nyaman begitu mengganjal dihatinya setelah bicara.
"Sekarang kembali lah, katakan pada putriku besok aku akan datang berkunjung." saat itu juga ayah Sohyun bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan dimana kini Jong Hyeop berada.
•••
Berjam-jam waktu berlalu sejak terakhir kali Jungkook menyeretnya ke dalam kamar bahkan dengan tidak manusiawinya mengikat kedua pergelangan tangannya saat hendak menggaulinya.
Ditengah kamar yang bahkan dibiarkan gelap tanpa penerangan, diantara setengah kesadarannya, di atas tubuh polosnya yang bahkan sudah penuh dengan bercak kemerahan itu Jungkook masih bergerak dengan perkasa.
Melupakan kalau istrinya sudah tak memiliki daya upaya untuk sekedar melawan atau bahkan meneriakinya dengan kata-kata kasar. Jungkook terus memacu tubuhnya mengejar pelepasannya yang pertama disaat Sohyun bahkan sudah mendapatkannya berkali-kali.
"Cu-kup.." sayup-sayup Sohyun bicara lirih sebelum kesadarannya hilang dan Jungkook berhasil mencapai klimaks nya saat itu juga.
Sebenarnya jauh sebelum sebuah rasa benci lahir di hati Sohyun, dirinya begitu mendamba kebahagiaan apalagi setelah tahu lelaki seperti apa yang mempersuntingnya.
Sejak kedatangannya bersama keluarga besar untuk saling mengenal satu sama lain, Sohyun selalu lebih semangat dari biasanya tak pernah bosan membicarakan calon suaminya setiap hari dengan sang ibunda.
Tahap demi tahap Sohyun lalui; pertunangan, lalu 2 bulan setelah itu keduanya sampai di altar suci pernikahan tuk saling mengucap janji sehidup semati.
Tidak ada sedikit pun Sohyun merasakan bahwa ada yang berbeda dengan suaminya. Tidak, setelah mereka melewati malam pertama yang tak pernah bisa Sohyun lupakan bahkan jika itu untuk seumur hidup.
Ketika Sohyun tak menemukan sang suami di ranjang yang sama dan hanya menyisahkan pesan kalau dirinya harus pergi ke Eropa untuk sebuah perjalanan bisnis penting, baru Sohyun menyadari arti dirinya selama ini bagi sang suami tidak lah lebih penting dari apapun selain pekerjaan.
Kemarahan yang sebenarnya tidak bisa Sohyun tunjukan terang-terangan itu yang pada akhirnya membawanya pada situasi yang amat sulit.
Bukannya semakin manis dan harmonis, kian hari hubungan keduanya merenggang, dan Sohyun merasa rumah tangganya begitu hambar.
Lalu puncak dari segalanya adalah ketika tiba-tiba ibunya jatuh pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Seperti takdir yang tak memberinya kesempatan untuk menghela nafas barang sejenak, tak lama setelah itu ibundanya harus kembali pada pangkuan yang maha kuasa.
Kesedihan Sohyun saat itu pun masih belum mampu membuat suaminya sadar atau sekedar iba bahwa saat ini dirinya butuh sebuah dukungan atau mungkin pelukan?
"Ibu sepertinya memang dia orang nya, Sohyun suka sejak awal, dia sangat manis.."
Dihadapan foto sang ibu yang sudah dibingkai bunga, dalam sebuah upacara kematian, Sohyun berlutut dan tak hentinya menangis.