Pagi-pagi sekali dikediaman Sohyun, sang ayah yang sedang melangsungkan sarapan ditemani oleh Jong Hyeop terpaksa mendapat sedikit gangguan.
Pelakunya tentu saja sang putri semata wayang yang kabarnya sejak seminggu yang lalu pergi mengunjungi kekasihnya di luar negeri.
Sambungan telfon internasional tersebut membawa kabar yang cukup mengejutkan untuk ayah Sohyun. Apalagi saat yang bicara dibalik terfon tersebut tidaklah sepenuhnya suara sang putri.
"Maaf karena menelpon Ayah pagi-pagi begini lantas Taehyung meminta izin secara mendadak seperti ini.."
Pertama Ayah Sohyun terdengar menghela nafas antara bingung dan merasa ini terlalu mendadak baginya tentu saja.
"Sejujurnya tidak masalah bagi Ayah untuk saat ini membiarkan Sohyun tinggal denganmu disana, hanya saja Ayah ingin setidaknya kita bicara secara empat mata langsung, rasanya mungkin sedikit lebih baik untuk Ayah.."
Taehyung tahu tidak mudah bagi ayah kekasihnya itu, Taehyung mengerti, dan tiba-tiba saja dirinya merasa menyesal sudah membuat Ayah Sohyun terbebani.
"Maafkan Taehyung Ayah.."
Sebelum pembicaraan berakhir dan telfon di tutup, Taehyung sempat menjajikan 6 bulan ke depan mungkin dirinya akan mengusaha bertemu calon mertuanya itu untuk meminta izin secara langsung.
Sekaligus mungkin juga Taehyung akan melamar Sohyun saat itu.
Di kediaman Taehyung, Sohyun yang sejak tadi menempeli kekasihnya agar bisa mencuri pembicaraan antara Taehyung dan ayahnya tampak menatap Taehyung dengan penuh harap setelah sambungan telfon terputus.
"Ayah mungkin terpaksa mengizinkan kita sebab bagaimana lagi, kau sudah disini bersamaku. Tetapi seperti yang sudah kau dengar, aku akan segera menemuinya untuk memintamu secara langsung dan jika memungkinkan aku ingin melamarmu di hadapan Ayah.."
Jujur, Sohyun tak berharap sampai sejauh ini dari Taehyung sebenarnya. Sudah diizinkan pergi dan bisa bertemu saja rasanya sudah sangat Sohyun syukuri untuk saat ini mengingat tak mudah bagi Taehyung selama ini tentu saja.
Dia banyak melakukan banyak hal, banyak perubahan besar didalam hidupnya Taehyung pilih demi bisa bersamanya.
Bukan tidak ingin Taehyung menyeriusinya, tetapi karena hal itu pun Sohyun merasa tak ingin banyak menuntut Taehyung, tak ingin banyak membebani pria itu dengan hal yang Sohyun percayai kapan pun itu pasti akan Taehyung wujudkan untuknya.
Jikapun bukan tahun ini, jika pun Sohyun harus menunggu sampai seribu tahun lagi tidak apa asalkan kebersamaannya tidak diganggu oleh siapapun lagi.
Kapanpun Taehyung siap untuk mempersuntingnya, Sohyun akan terima dan menunggu dengan suka cita.
Maka oleh karena itu Sohyun lantas menghamburkan diri memeluk Taehyung saat itu juga. "Aku bahkan tak merisaukan hal itu sedikit pun, bukan aku tidak suka.. tapi untuk saat ini aku harap kau bisa lebih bahagia.."
"..lakukan apapun yang kau suka dengan pilihan hidupmu saat ini.."
Taehyung terkekeh, entah mengapa akhir-akhir ini Sohyun jadi sering menanggapi tindakannya dengan kemelowan seperti ini.
Sepertinya sudah secinta itu Sohyun padanya.
Taehyung lantas balas merangkul Sohyun seraya mengusap punggung kekasihnya naik turun penuh kasih sayang. "Aku sudah sangat bahagia sekarang Sohyun, terima kasih.."
Kemudian keduanya sama-sama menarik diri dan saling menatap satu sama lain. Taehyung yang lebih dulu bicara seraya mengusap pipi Sohyun sayang. "Tapi, aku tidak ingin didahului lagi, aku pun merasa sepertinya aku sudah mampu, buktinya aku selalu siap setiap malam saat kau ingin—" saat itu juga manik Sohyun membulat dan langsung memukul paha kekasih yang ternyata masih sama mesumnya keras-keras.