OVERBOARD : TIGA

398 54 73
                                    

Sohyun pandangi ponsel yang beberapa kali menyala akibat panggilan masuk yang sengaja dirinya abaikan berikut beberapa pesan yang masuk setelahnya.

Kemunculan Taehyung siang tadi di butik benar-benar membuatnya gelisah. Untuk kali ini setelah sempat bertemu beberapa kali dirinya benar-benar tak bisa menahan rasa sedih entah mengapa.

Padahal dia yakin sekali tak sedikit pun mendapat penggalan ingatan tentang Taehyung.

Mungkin hal itu juga yang membuat Sohyun tiba-tiba merasa tak ingin diganggu meskipun yang menghubunginya barusan adalah calon tunangannya sendiri.

"Terima kasih karena sudah kembali dalam keadaan selamat.."

"Sudah malam kenapa masih belum tidur.."

Sohyun berbalik meninggalkan kegiatannya memandangi suasana malam diluar sana lewat jendela sambil mengingat ucapan terakhir Taehyung tadi siang sebelum pergi, demi melihat sang ayah yang saat ini berjalan ke arah nya.

"Sohyun hanya rindu suasana rumah, Sohyun merasa sudah lama sekali meninggalkan rumah.." Bohong nya.

Kemudian sang ayah memilih mendudukan diri di kursi tidak jauh dari Sohyun berdiri saat ini. "Ada banyak hal yang ingin Ayah luruskan dengan mu, tapi, Ayah takut kau belum bisa menerimanya, apalagi setelah keputusan mu untuk serius dengan dokter itu.."

"Apa maksud Ayah itu tentang Taehyung?"

Helaan nafas berat terdengar dari Ayah Sohyun setelahnya. "Jujur, Ayah tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi, Ayah sangat-sangat ingat perjuangan Taehyung untukmu.."

"Satu hal yang perlu kau ingat, jalannya tidak pernah mudah untuk menuju mu, dia bahkan mungkin sebuah ketidak sengajaan dalam hidup mu, tapi, kau tahu makna sebuah jalan pulang setelah mengenal Taehyung.."

"Kau tahu, orang yang pertama kali kau tuju saat terakhir kali Jungkook menyakitimu?"

Ayah Sohyun berhenti bicara begitu pun Sohyun yang seperti tak tahu harus bicara apa. Sebab sepertinya Sohyun tahu jawabannya adalah siapa.

"Sohyun selalu datang kepadanya disaat Sohyun juga menampik arti kehadirannya dalam hidup Sohyun, Sohyun pasti selalu menyakitinya berkali-kali bukan?"

Kemudian Sohyun memalingkan wajah, Sohyun membungkam mulutnya, sebelum akhirnya kembali berusaha bicara meski kini genangan air mata sudah membendung dipelupuk mata.

"Tapi Sohyun tidak bisa mengingat apapun tentang dia, Ayah.. Sedikit pun Sohyun tidak ingat.." Saat itu juga tangis Sohyun pecah dan ayahnya dengan sigap mendekap sang putri tuk memberikan ketenangan.

•••

Seiring bertambahnya usia sang Ayah, kini kesehatannya pun mulai menurun, Sohyun bahkan baru mengetahuinya sejak dirinya kembali pasca hilang tiga bulan lalu.

Seperti malam ini, tepat setelah Sohyun tenang dari tangisnya, ia langsung mengantar sang ayah ke kamarnya untuk segera beristirahat.

Dan sebelum benar-benar tidur, Sohyun juga membantu Ayah nya meminum beberapa suplemen kesehatan yang selama ini rutin di konsumsi demi menunjang kesehatannya.

Sohyun membantu sang ayah berbaring dan sebelum pergi, ia sempatkan untuk menyentuh lengan sang Ayah.

"Sohyun, kepadamu dan kepada mendiang ibumu Ayah meminta maaf, Ayah menuntut banyak padamu dan Ayah sangat bersyukur kau kembali dalam keadaan selamat, terima kasih.."

Mati-matian Sohyun menahan rasa sedih akibat kejadian tadi siang, kini Ayahnya juga ikutan bicara demikian.

"Tolong sekali untuk ke depannya selalu jaga dirimu dengan baik, lakukan hal apapun yang membuatmu bahagia.."

𝐁𝐔𝐓𝐓𝐄𝐑𝐅𝐋𝐘 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang