Sohyun merasa ada yang aneh pada suami sekaligus seterunya itu yang akhir-akhir ini kedapatan sering pulang larut bahkan sampai pernah tak pulang ke rumah lalu keesokan paginya pulang hanya untuk; mandi, ganti baju dan sarapan—setelah itu tanpa pernah sekalipun bertegur sapa dengannya Jungkook akan kembali ke kantornya untuk kerja.
Ia tak masalah sekalipun berita bahwa alasan Jungkook jadi seperti itu ternyata karena telah resmi menikahi selingkuhannya dan telah tinggal bersama—datang padanya. Perihal hati yang terluka dan hancur, toh semuanya memang sudah tidak baik-baik saja sejak awal.
Keinginannya saat ini hanya butuh Jungkook yang berterus terang padanya—tentang perselingkuhan yang dilakukannya. Terlepas dari apapun keputusan akhir darinya—jika pun memang perpisahan adalah jalan yang kembali harus dilaluinya—Sohyun tidak masalah.
Sebab dalam rumah tangga ini—cinta yang menjadi satu-satunya alasan bagi keduanya menyatu dihadapan Tuhan pun memang tidak pernah ada sebelumnya. Lalu kini kepercayaan yang menjadi satu-satunya pondasi rumah tangga mereka pun kembali harus dibabad habis oleh Jungkook dengan sebuah pengkhianatan yang begitu jelas dan nyata.
Bahkan sampai satu minggu berlalu dan situasi masih terus beragsur seperti itu. Jungkook kembali kerumah bukan lagi sekedar untuk mandi, ganti baju atau sarapan lalu kembali ke kantor sebagai mana biasa.
Pagi itu Jungkook kembali sekaligus berpamit pergi untuk sebuah perjalanan bisnis ke Eropa padanya. Tanpa menunggu respon darinya Jungkook bahkan sudah memberi titah pada salah seorang asisten rumah tangga agar segera menyiapkan pakaian ke dalam koper yang lumayan besar—untuk ia gunakan beberapa hari disana.
Antara miris dan merasa kalau hubungan keduanya benar-benar sudah berada pada puncak komedinya, Sohyun diam-diam menyeringai.
Ia bahkan merasa Jungkook tidaklah benar-benar berniat pamit padanya atau apa katanya—perjalanan bisnis? Sohyun sangat yakin kalau itu bahkan hanya alibi saja.
"Padahal tidak usah repot-repot pamit segala." Ucap Sohyun menyarkas.
"Setiap hari pulang-pergi—rumah ini bahkan sudah seperti tempat singgah sementara buat mu—masih ingin berlaga sok pamit." Lanjut Sohyun juga tidak lupa menyindir suaminya takut-takut lupa pada kelakuannya akhir-akhir ini.
"Aku pulang-pergi juga karena kerja." Jawabnya setelah membiarkan hening diantara keduanya.
Kembali melihat suaminya menjawab sambil kedapatan menahan kilatan amarah dimatanya—Sohyun berakhir menutup mulut sambil tertawa. "Tentu, tentu saja kau kerja. Karena dirumah ini manusia yang bisanya cuma santai engkang kaki saja 'kan hanya aku."
Jungkook adalah tipikal pria yang sangat benci berdebat apalagi sampai disudutkan begini—oleh wanita yang notabene nya adalah istrinya lagi. Tabiat yang hampir selama kurang lebih 2 tahun bersama—Sohyun ketahui. Tetapi tidak menyangka kalau kali ini Jungkook justru terlihat makin antusias dengan ocehannya.
"Itu resiko untuk wanita yang kunikahi, didalam istana yang ku bangun hanya aku si kepala keluarga yang mencari nafkah. Tugasmu cukup diam dan setia." diakhir kalimatnya Jungkook menekan kata setia dengan jelas dan tegas.
Membuat Sohyun tak kuat menahan tawa juga tak menepis kalau hatinya mendadak serasa dicubit-cubit kecil.
Sohyun yang juga mendadak melamun setelah mendengar kalimat paling tidak singkron dari mulut suaminya, tak sadar kalau Jungkook menghampirinya lalu begitu saja mencium keningnya.
"Aku pergi, jaga dirimu baik-baik." Tak menunggu jawaban manis serupa yang dirinya harapkan keluar dari bibir Sohyun—Jungkook lebih dulu berlalu.
Tak ingin larut dalam fikirannya yang carut marut usai menyaksikan suaminya pergi—Sohyun juga kedapatan langsung menyambar tas serta kunci mobilnya.