Chapter 31: Manusia Biasa

185 22 5
                                    

Hyunjin memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Efek mabuk semalam baru terasa sekarang ternyata. Sambil memegang kepalanya, Hyunjin melirik jam di nakas samping kasurnya. Jam 10 pagi. Rupanya Hyunjin benar-benar serius dengan ucapannya untuk bolos bekerja. Masa bodo lah, toh perusahaannya tak akan memecatnya karena bisa dibilang ia ini anak emas di perusahaan tersebut karena kepintarannya. Hyunjin ingin sedikit menyombong.

Hyunjin mengingat kejadian semalam dan seketika merasa bodoh, "Anjir lah, kenapa semalem gue bisa seenaknya nyium Yeji sih." Hyunjin berbicara sendiri sambil memukul kepalanya, "Yaudahlah, biarin aja. Nanti gue minta maaf ke Yeji." ucapnya lagi.

Tiba-tiba Hyunjin jadi ingat, semalam kan dia dan Yeji mabuk berat, lalu siapa yang membawa mereka pulang? Ah sudahlah, Hyunjin tidak mau banyak mikir dulu.

Hyunjin membuka handphonenya, ada pesan dari Yeonjun di sana.

Hyunjin membuka handphonenya, ada pesan dari Yeonjun di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Oalah, ternyata Yeonjun yang bawa gue sama yeji pulang.' -inner Hyunjin.

Jadi, Yeonjun tahu dari bartender di club tersebut yang kebetulan teman mereka saat masih kuliah, Taehyun namanya. Sekarang Taehyun bekerja sebagai bartender di club tersebut, dia lah yang menghubungi Yeonjun untuk membawa Hyunjin dan Yeji pulang karena sudah mabuk berat.

Hyunjin beranjak dari tempat tidurnya berniat menuju ke kamar mandi. Mungkin mandi bisa membuat pusingnya hilang. Saat akan melangkahkan kakinya ke kamar mandi, matanya menangkap buku diary milik Karina yang masih ada di atas meja kerja miliknya.

"Diary Karina belum gue kembaliin, ya? Yaudah deh nanti abis mandi gue kasih ke Karina." monolog Hyunjin yang kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

•••

Yeji terbangun dari tidurnya. Tak jauh berbeda dengan Hyunjin, ia juga merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya. Yeji masih duduk di kasurnya sambil meringis dan memegangi kepalanya.

"Ehh, lo udah bangun?" tanya gadis itu tersenyum cerah sambil membawa sesuatu kearahnya.

Gadis itu Karina, dia duduk di pinggir kasur Yeji dan menyerahkan semangkuk sup penghilang pengar kearah Yeji.

"Ini gue bikin sup biar pusing lo hilang. Mau gue suapin?" tanya Karina masih tersenyum.

"Gak usah!" jawab Yeji ketus.

Karina sedikit kaget, tapi dia mencoba untuk berfikir positif, mungkin ini efek mabuk Yeji semalam.

"Yaudah kalo gitu gue taruh sup sama airnya di atas sini, ya?" ucap Karina sambil menunjuk sup dan air minum yang sudah ia letakkan di atas nakas.

"Lo ngapain ke sini? Gak kerja?" tanya Yeji ketus tanpa menatapnya.

Karina semakin heran, mengapa Yeji berbicara sangat ketus padanya. Apakah ada sesuatu yang tidak sengaja Karina lakukan sehingga menyakiti hati Yeji? Karina jadi kepikiran.

"Gue shift malam. Tadi Yeonjun bilang ke gue, semalam lo mabuk berat. Jadi gue kesini buat bikinin lo sup." ucap Karina tersenyum.

Seketika senyum di wajah Karina berubah menjadi khawatir, "Lo kalo sampai mabuk gini pasti lagi ada masalah, ya? Mau cerita?" tanya Karina hati-hati.

Yeji diam tak menanggapi.

"Yaudah kalo lo gak mau cerita gak apa-apa. Tapi kalo lo butuh gue, gue selalu siap untuk lo, Ji." ucap Karina menatap Yeji teduh, sedangkan yang ditatap sedang menatap ke arah lain, "Gue pulang ya, lo jangan lupa istirahat. Di makan supnya biar pusing lo cepet hilang."

Setelahnya Karina melangkahkan kakinya meninggalkan Yeji yang masih diam.

•••

"Hyunjin, ada apa? Kenapa tiba-tiba lo kesini? Lo gak kerja?" Karina bertanya pada Hyunjin yang sedang makan keripik kentang sambil duduk di sofa kamarnya.

"Santai Rin, langsung bombardir pake pertanyaan gini." ucap Hyunjin tertawa sambil menutup toples keripik kentang milik Karina. Karina ikut tertawa.

"Oke, jadi gue kesini mau ngasih ini..." Hyunjin menyodorkan buku diary pada Karina, "Maaf ya gue baru sempet ngasih sekarang."

Karina kelihatan cemas dan Hyunjin menyadarinya. Pasti Karina takut diary nya dibaca oleh Hyunjin, ya? Padahal mah iya.

"Tenang aja, gue gak buka dan baca diary lo, kok." ucap Hyunjin sambil tersenyum lembut pada Karina.

'Tapi boong... Maap ya Rin gue bohongin lo. Gue udah baca dan gue nyesel pas udah baca. Tau gitu mah gue gak usah kepo.' -inner Hyunjin.

Wajah Karina terlihat lega setelah Hyunjin berucap seperti itu.

"Makasih banyak ya, Jin." Karina tersenyum.

Jantung Hyunjin dag-dig-dug. Ya, meskipun Hyunjin mencoba untuk melupakan Karina dan akan mencoba membuka lembaran baru bersama Yeji (jika Yeji mau) tapi tetap saja, tidak bisa disangkal Hyunjin masih lemah jika berhadapan langsung dengan Karina. Tidak semudah itu melupakan Karina yang sudah sejak lama ia taksir. Namun, Hyunjin tetap akan mencoba.

•••

"Hai, Yeji!" Hyunjin menyapa Yeji yang sedang menonton televisi. Setelah dari rumah Karina, ia memutuskan untuk menemui Yeji dan menghampiri Yeji di rumahnya.

Yeji yang biasanya cerewet dan sering mengocehi Hyunjin, saat ini lebih memilih menutup mulutnya rapat-rapat.

Bagaimana tidak, saat Yeji melihat wajah Hyunjin, momen semalam terputar kembali di kepalanya seperti sebuah film. Meskipun Yeji mabuk, tapi Yeji masih sangat mengingatnya.

"Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?" tanya Hyunjin.

Entah pertanyaan itu hanya sekedar basa-basi atau Hyunjin memang sengaja menanyakannya untuk menggoda Yeji.

"Kok diem? Lo gak papa, kan? Apa lo masih pusing?" Hyunjin mendekati Yeji, ingin memeriksa keadaan gadis itu. Namun, Yeji cepat-cepat menghindar, "Gu-g-gue gak papa."

"Serius?" tanya Hyunjin memastikan.

"Iyaa, gak apa-apa, Jin."

Hanya ada mereka berdua di rumah Yeji. Keduanya sedang menonton televisi bersama.

"Hyunjin.." panggil Yeji.

Hyunjin menoleh, "Iyaa?"

Yeji meremat jari-jari tangannya, sedikit khawatir untuk membicarakan ini.

"Itu... Soal omongan lo semalem, itu serius?" tanya Yeji sambil menatap Hyunjin.

Hyunjin mengangguk.

Setelah melihat Hyunjin mengangguk, Yeji terlihat salah tingkah. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Tapi... Gue masih belum mampu ngilangin perasaan gue ke Yeonjun." ucap Yeji.

"Gue juga, gue belum sepenuhnya lupain Karina. Tapi ayo kita coba belajar untuk lupain. Kita buka lembar baru, gue sama lo." Hyunjin berucap meyakinkan.

"Gue manusia biasa! Gue butuh waktu buat nyembuhin luka hati gue juga." jawab Yeji.

"Maka dari itu, kita berjuang sama-sama." Hyunjin menggenggam kedua tangan Yeji.

Yeji terdiam, belum bisa memberi jawaban apapun pada Hyunjin.

Knotty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang