part 10

43.3K 1.7K 19
                                    

Kayla menghela nafas malas, tadi tiba-tiba saja Arya meneleponnya dan meminta tolong untuk datang ke rumah ibu nya. Memang sih jaraknya tidak terlalu jauh dari sini tapi tetap saja Kayla malas.

Bukannya Kayla tidak menyukai mertuanya itu, hanya saja kadang sifat ibu mertuanya itu sering membuat Kayla kesal, apalagi ditambah para tante-tante Arya.

Tidak bisa Kayla bayangkan akan sepusing apa dirinya nanti disana. Apalagi sekarang dia harus datang sendiri tanpa kehadiran sang suami.

Kayla jug tidak tau apa yang membuat mertuanya bisa bersikap seperti itu pada Kayla. Padahal sejak awal pertemuan mereka, Kayla merasa sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan ataupun menyinggung perasaan ibu Arya tersebut.

Coba saja Kayla punya kegiatan lain, pasti dia akan menjadikannya alasan agar tidak menuruti Arya. Tapi sayangnya keberuntungan itu tidak berpihak padanya untuk saat ini, Kayla tidak ada kegiatan yang berarti dan harus mematuhi perintah suaminya.

Jika tidak sudah dipastikan bahwa Arya akan menahan kesal padanya seharian.

Kayla mematut penampilannya di depan cermin. Dia memakai dress panjang dengan lengan panjang pula. Pernah sekali Kayla memakai dress selutut yang masih terkesan sopan tapi yang didapatinya adalah nyinyiran yang berasal dari mertuanya. Dari sana Kayla kapok, akhirnya Kayla membeli pakaian serba panjang dan tertutup jika sewaktu-waktu harus mengunjungi mertuanya.

Kayla meraih tasnya dan menentengnya keluar dari rumah. Sampai di depan pintu, Kayla kebingungan sendiri. Seperti ada sesuatu yang terlupa.

Beberapa menit Kayla berpikir hingga dia akhirnya mengetahui kejanggalan yang terjadi. Kayla lupa tidak membawakan buah tangan untuk mertuanya itu.

Kayla menghela nafas, sepertinya nanti dia harus berhenti di suatu tempat dulu untuk membeli sesuatu yang akan diberikan pada mertuanya. Kayla tidak ingin memberikan celah pada mertuanya untuk selalu menggunjing dirinya.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk Kayla berhenti di sebuah rumah sederhana milik ibu mertuanya.

Kayla keluar dari taksi yang ditumpanginya. Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dulu Kayla mengehela nafas untuk menguatkan hatinya jika sampai mendapat pertanyaan macam-macam.

Di depan rumah, kini sudah terlihat beberapa motor yang terparkir. Menandakan keadaan didalam sana memang sedang ramai.

Memberanikan diri, Kayla pun mulai melangkahkan kakinya hingga tiba di depan pintu setinggi dua setengah meter yang telah terbuka.

Kayla melontarkan salam yang langsung dibalas dengan kompak dari dalam. Tidak lama dari itu suara langkah kaki terdengar mendekat dan sosok ibu yang telah melahirkan suaminya itu terlihat di sana.

Kayla mengulurkan tangannya, menyalami tangan sang mertua. Sejak bertatapan dengan Kayla sama sekali tidak ada senyum yang terukir di wajah wanita tua itu dan Kayla memaklumi, ini bukan yang pertama kali untuknya.

"Arya mana?" Bukannya bertanya kabar Kayla setelah beberapa bulan tidak bertemu, mertua Kayla itu malah bertanya keberadaan anaknya yang sudah tau tidak terlihat disana.

"Mas Arya sibuk Bu. Lagi banyak kerjaan." Jawab Kayla dengan pelan, meskipun jujur saja dia merasa kesal dengan mertuanya itu, tapi Kayla sadar dia masihlah harus tetap menghormati orang yang lebih tua darinya, lebih-lebih wanita didepannya ini adalah ibu dari suaminya.

Ingat, Kayla tidak membenci ibu Arya. Dia hanya sedikit kesal, lebih tepatnya kesal karena selalu mendapatkan perlakuan yang kurang baik. Coba saja mertuanya ini bisa bersikap lebih baik pada Kayla, pasti Kayla juga tidak akan kalah baik darinya.

"Ya udah kamu masuk. Bantu ibu siapin makanan untuk tamu-tamu ibu." Selepas mengatakan itu, ibu mertua Kayla langsung melangkah meninggalkan Kayla.

Tuh kan apa Kayla bilang, tidak bisa Kayla melawan. Pasti ibu mertuanya itu akan melapor pada anaknya dan mengatakan bahwa Kayla telah bersikap tidak sopan. Padahal kenyataannya.... Ya kalian tau sendiri lah.

Kayla pasrah, akhirnya dia mengikuti ibu mertuanya berjalan menuju dapur.

"Bu, Kayla tadi bawain kue kesukaan ibu." Kayla sudah mengulurkan tangannya, hendak memberikan paperbag yang dibawa. Tapi ibu mertuanya ini malah sok sibuk dengan berpura-pura mengaduk minuman yang sudah teraduk rata.

"Taruh di meja." Lagi-lagi Kayla harus bersabar. Mungkin tuhan menghadirkan sosok mertua seperti ini agar Kayla belajar untuk bersabar. Bahkan kata terimakasih pun tidak Kayla dengar terlontar dari mulut mertuanya.

"Kayla bantu apa Bu?" Tanya Kayla saat melihat berbagai cemilan dan juga minuman sudah terhidang di atas meja.

"Bawain ke ruang tamu." Kayla mengangguk lalu dia melakukan seperti yang mertuanya perintahkan.

_____

Akhirnya Kayla bisa bernafas lega setelah beberapa jam berkutat dengan para ibu-ibu arisan yang rempong nya tidak ketulungan.

Tepat setelah adzan berkumandang, para ibu-ibu itu akhirnya satu persatu berpamitan pulang dan kini saatnya untuk Kayla membereskan piring-piring kotor bekas mereka makan tadi.

Kayla mencuci satu persatu piring hingga kinclong, dia tidak mau kecolongan sedikitpun. Dia benar-benar harus memastikan piring itu bersih tanpa tersisa noda.

Kadang kala Kayla selalu berpikir, kenapa dia melakukan semua ini? Sedangkan di keluarga saja Kayla selalu di perlukan layaknya princess. Untuk sekedar mencuci piring pun Kayla jarang melakukannya.

Untuk kalian yang bertanya keberadaan Ayah mertua Kayla, alias Ayah Arya. Jawabannya tidak ada, Ayah Arya sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Mungkin saat Arya masih menginjak masa kuliah. Dan hingga kini, ibu Arya itu tidak ada niat untuk kembali menikah.

"Kamu belum isi?" Suara itu terdengar, membuat Kayla terperengah. Jujur ini salah satu topik sensitif dan sering kali Kayla hindari.

"Belum Bu." Jawab Kayla pelan. Yang terdengar selanjutnya adalah degusan yang berasal dari mertuanya. Setelah itu mertua Kayla keluar dari dapur entah menuju kemana.

Kayla termenung, sudah beberapa kali Kayla mendapat pertanyaan yang serupa dan selalu berhasil membuat moodnya anjlok seketika.

Dengan cepat Kayla membereskan pekerjannya. Lalu dia memasuki kamar suaminya yang berada dirumah ini. Kayla mengunci pintu dan merenung di dalam sana.

Otaknya berlarian memikirkan tentang pertanyaan mertuanya tadi. Kayla dan Arya sama sekali tidak ada menunda untuk memiliki momongan. Mungkin memang Tuhan saja yang masih belum memberi kepercayaan pada mereka.

Sebenarnya Kayla juga tidak buru-buru untuk memiliki anak, maka dari itu dia sama sekali tidak terlalu mengambil berat Tapi jika selalu dicerca pertanyaan seperti ini Kayla merasa bimbang. Dia merasa seakan-akan ini adalah salah dirinya karena masih belum hamil hingga saat ini.

Padahal kan pernikahannya dengan Arya masih berjalan beberapa bulan, jadi menurut Kayla itu wajar-wajar saja terjadi. Tapi mengapa pihak keluarga Arya seakan menuntut dirinya untuk segera hamil.

Tanpa sadar air mata Kayla menetes. Pelan Kayla merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Mencegah agar isakannya terdengar hingga luar.

Rasanya Kayla ingin segera pulang, tapi suaminya itu memerintahkan agar menunggu hingga dirinya menjemput. Berapa lama lagi Kayla harus menunggu? Kayla sudah tidak betah berada di sini.

TBC

Gimana nih tanggapan kalian kalau ada di posisi Kayla.

Btw, emang bener ya ibu mertua itu seseram itu? Yang udah pengalaman kasi tau dong.

Wifey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang