Aku kasih bonus update buat kalian.
Terimakasih ya part kemarin votenya lumayan meningkat.Thank you kalian semuanya.
Happy reading.•
•
•
"Saya berangkat dulu." Arya berpamitan pada Kayla yang masih terlihat mengantuk. Bahkan perempuan itu belum juga beranjak dari atas kasurnya.
Kayla mengangguk dengan mata yang setengah terbuka. Saat Arya mengulurkan tangannya, dengan lemas Kayla menyambut dan menyalaminya.
"Jangan lupa makan." Pesan Arya setelah mengecup singkat puncak kepala Kayla. Lagi-lagi yang dilakukan Kayla hanya bisa mengangguk lemas.
Ya mereka berdua memang bangun kesiangan hari ini. Jika bukan karena alarm yang berbunyi di ponsel Arya, pasti sepasang suami istri itu di dipastikan masih belum bangun juga hingga saat ini.
Setelah Arya tidak terlihat lagi di matanya, Kayla kembali membaringkan tubuh dan menarik selimut. Dia kembali bergelung di atas kasur, lagipula tidak ada yang perlu di khawatirkan tadi Arya sudah mengatakan akan sarapan di kantor saja makanya Kayla tidak perlu repot-repot berkutat di dapur untuk pagi ini.
Diluar Arya mulai menjalankan mobilnya. Setelah keluar dari daerah kompleks, Arya mengambil handphone dan mendial nomor milik sekretarisnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, sang sekertaris itupun menjawab panggilan dari Arya.
"Halo, Pak." Sapa nya dari sebrang.
"Dimana?" Tanpa perlu menjawab sapaan dari sekertarisnya, Arya langsung to the point menanyakan tempat sekertarisnya berada sekarang.
"Masih di rumah, ini udah mau berangkat kok."
"Tunggu disana, saya jemput." Setelah mengatakan itu, Arya langsung mematikan panggilan secara sepihak.
Sikap Arya satu ini membuat sang sekertaris, Dinda senyum-senyum sendiri dibuatnya. Tanpa sadar kembali, Arya telah menumbuhkan harapan dalam diri perempuan itu.
Hingga saat ini memang Dinda masih belum mengetahui tentang statusnya yang sudah beristri. Bahkan setelah kejadian di ciduk Kayla saat itu, Dinda juga tidak menanyakan tentang Kayla sama sekali. Dan Arya merasa tidak perlu menjelaskan tentang kehidupan pribadinya pada Dinda.
Tidak berapa lama, Arya kini telah memberhentikan mobilnya di sebuah rumah yang sudah dia ketahui.
Arya keluar dari mobil dan memasuki halaman yang hanya dibatasi dengan tembok sebagai pagar.
Di teras sana, sudah terlihat sosok Dinda dan seorang pria paruh baya yang Arya asumsikan adalah ayah dari Dinda.
Arya mengucapkan salam dan menjabat tangan ayah Dinda lalu membawanya untuk disalami.
Dinda jangan tanya, jantungnya sudah jedag-jedug melihat sikap sopan Arya pada orang tuanya.
"Sudah siap?" Arya berlatih bertanya pada Dinda, dan langsung mendapat anggukan dari wanita itu.
"Aku berangkat dulu yah." Dinda berpamitan lalu dia juga bersalaman pada ayahnya.
"Hati-hati nak." Pesan ayah Dinda yang ditujukan kepada Arya. Arya mengangguk dengan pasti.
"Jangan lupa sarapan juga, tadi Dinda belum sarapan. Ini ibu bawakan bekal untuk kalian." Seru seorang wanita tua dari dalam rumah, yang tidak lain adalah ibu dari Dinda.
Ibu Dinda itu menyerahkan paperbag berisi sarapan untuk keduanya. Tanpa basa-basi, langsung diterima dengan senyum terkembang oleh Dinda.
Setelah itu Dinda juga Arya berjalan menuju mobil dan saat mobil akan melaju, Dinda menurunkan kaca dan melambaikan tangan ke arah kedua orang tuanya. Arya sendiri membunyikan klakson sebagai tanda pamit.
"Itu orang tua kamu kan?" Dinda mengangguk sebagai jawaban.
"Maaf ya pak, kalau bapak kurang nyaman."
"Tidak masalah, saya senang bertemu dengan mereka."
"Bapak sudah sarapan?" Tanya Dinda sembari melihat pada jam ditangannya.
"Belum, tadi kebetulan bangun terlalu siang."
"Sepertinya kalau kita sarapan di kantor gak bakalan bisa deh pak, kita udah kesiangan ini." Mendengar penuturan dari sekertarisnya, Arya langsung melihat ke arah jam juga dan berakhir mengangguk setuju.
"Sarapan disini saja." Saran dari Arya.
"Terus bapak gimana?"
"Saya nanti gampang. Udah cepat kamu sarapan."
Menuruti usulan Arya, Dinda pun mengambil satu kotak bekal dan mulai memakannya meskipun dengan canggung.
Karena tidak enak karena telah makan sendiri sementara Arya tidak, akhirnya Dinda mengeluarkan satu pertanyaan yang membuat Arya tercengang.
"Mau saya suapin aja pak?" Awal Arya tersentak mendengar pertanyaan dari Dinda. Tapi akhirnya dia juga mengangguk, tidak dipungkiri bahwa Arya juga sebenarnya merasa lapar.
Mendapat anggukan dari Arya, membuat Dinda lebih kaget lagi. Jujur saja dia tadi hanya basa-basi untuk menghilangkan gugupnya, Dinda sama sekali tidak menyangka bahwa Arya akan menyetujuinya.
Sudah kepalang tanggung, akhirnya Dinda dengan hati-hati mengulurkan satu suap ke arah Arya. Dinda berusaha agar tangannya tidak bergetar, jujur saja Dinda merasa malu. Tapi senang juga.
"Enak, siapa yang masak?" Puji Arya saat satu suap nasi goreng sudah berhasil ditelannya.
"Ibu yang masak pak, tapi yang buat bumbunya aku." Arya mengangguk lalu setelahnya mereka berdua lanjut memakan nasi goreng itu hingga tandas tidak bersisa.
Awalnya Dinda yang terlihat masih kaku dan ragu-ragu, kini sudah tidak lagi. Bahkan dengan luwes perempuan itu menyuapi Arya.
* * *
Pukul sembilan, baru Kayla bisa membuka mata dengan penuh. Dia baru merasa puas karena jam tidurnya tercukupi. Mengingat dia yang dua hari ini selalu begadang.
Sebelum membersihkan diri, Kayla lebih dulu mengerjakan pekerjaan rumah yang tertunda.
Mulai dari mencuci baju, menjemur dan menyapu hingga menyirami tanaman di halaman belakang.
Kayla memang tipe orang yang lebih suka membereskan rumah dulu baru mandi, menurut Kayla akan sangat sia-sia jika mandi dulu karena pasti akan berkeringat lagi.
Setelah rumah bersih dan rapi, Kayla pun sudah wangi. Kini saatnya Kayla untuk keluar mencari sarapan, Kayla merasa malas untuk masak saat ini.
Kayla menyusuri komplek yang yang terlihat lumayan sepi. Mungkin orang-orang pada sibuk kali ya, tidak seperti Kayla.
Kayla berdecak pelan saat abang-abang yang biasa lewat saat ini sudah tidak ada. Jalan ke depan kompleks itu lumayan menghabiskan tenaga dan Kayla sangat malas melakukannya.
Kayla berhenti sebentar, barangkali dia akan menemukan bala bantuan. Dan benar saja, tidak lama terlihat seorang laki-laki tengah mengendarai motor matic milikinya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Kayla menyuruh orang itu untuk stop. Tidak peduli bahwa dia tidak kenal dengan orang itu, tapi dipastikan orang ini tidak mencurigakan karena untuk masuk kedalam kompleks ini saja harus melewati beberapa pengecekan dulu oleh satpam.
"Kenapa ya Mbak?" Laki-laki terlihat bingung karena telah di stop tanpa alasan.
"Mas mau keluar kompleks kan ya, saya mau nebeng dong capek kalau mesti jalan kaki."
Kayla mengatakan maksudnya, belum berhenti hingga disitu kegilaan Kayla. Tanpa perlu menunggu persetujuan yang memiliki motor, Kayla langsung naik di belakang dan menyuruh laki-laki itu untuk melajukan motornya.
Karena Kayla sudah terlanjur menaiki motornya, akhirnya mau tidak mau laki-laki pemilik motor itu pun melajukan motornya dengan Kayla diboncengan.
"Saya nanti berhenti di resto depan, Mbak nya mau turun dimana?"
Kayla tampak berpikir lebih dulu sebelum menjawab.
"Hmm resto depan ya? Ya udah deh saya berhenti disana juga. Kayaknya sih makanan disana enak."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Wifey
RomanceTerdesak oleh keadaan membuat Arya memutuskan untuk menikahi perempuan yang menaruh hati padanya, Kayla. Hingga suatu ketika, tiba-tiba saja Arya terbuai pada perhatian yang selalu diberikan sekertarisnya. Bagaimana rumah tangganya akan berjalan. D...