part 17

33.6K 1.4K 14
                                    

Mumpung rating ceritanya lagi naik, aku kasih update lagi buat kalian.

Harus tambah semangat ya votenya.

Happy reading.

Suara telepon yang berdering dengan kencang membangunkan dua insan yang semula terlelap dengan cara berpelukan.

Arya yang lebih dulu tersadar, tangannya berusaha meraih-raih telepon yang berdering tanpa mengubah posisi mereka.

Kayla yang merasa terganggu menggerakkan kepalanya di dada Arya dan mencari posisi nyaman seperti semula. Pelukannya semakin dieratkan pada tubuh suaminya itu.

"Halo." Arya menyapa tanpa melihat nama sang penelepon.

"Halo Arya, ini Bu Dhe nak." Mendengar itu, Arya menjauhkan telepon dari telinganya dan melihat bahwa yang meneleponnya adalah nomor ibunya.

Bu Dhe itu adalah adik dari ibu Arya, yang rumahnya bertetangga dengan ibu.

Tidak ambil pusing kenapa malah Bu Dhe nya yang berbicara, Arya menanyakan maksud dari telepon tersebut.

"Iya kenapa Bu Dhe?"

"Ibu kamu sakit, udah dua ini demam panas banget. Ini Bu Dhe sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu nyusul ya nak."

Mendengar itu, mata Arya yang semula masih setengah ngantuk langsung melek mendengar kabar yang diberikan Bu Dhe nya.

Tanpa memikirkan keberadaan Kayla, Arya langsung menegakkan badannya dan turun dengan buru-buru dari atas kasur.

Kayla merasa terkejut, tangan Arya yang semula menjadi bantalan hilang begitu saja dan membuat Kayla langsung membuka matanya. Refleks Kayla langsung terduduk dan setelahnya dia memegangi kepalanya yang tiba-tiba merasa pusing.

"Iya Saya segera kesana. Bu Dhe kirim aja alamatnya." Mendengar suara Arya yang tidak bisa santai itu, Kayla sontak mencari keberadaan suaminya.

Kayla mengamati setiap pergerakan yang dilakukan Arya dari mulai laki-laki itu yang dengan buru-buru mengambil kaos dan celana panjang.

"Kenapa Mas?" Kayla bertanya dengan suaranya yang masih setengah mengantuk.

"Ibu masuk rumah sakit, saya harus segera kesana." Mendengar itu Kayla juga merasa tidak kalah terkejutnya.

Meskipun keadaan terakhir kali dia bersitegang dengan ibu mertuanya itu, tapi sebagai menantu Kayla tau bahwa dia juga harus ikut menjaga Ibu Arya disana.

"Tunggu Mas, aku ikut." Kayla melakukan sama seperti yang Arya lakukan. Kayla langsung berhambur ke lemari dan mengambil baju yang lebih kayak dipakai.

"Cepat." Arya terlihat sudah tidak sabar melihat Kayla yang menurutnya lama dan membuang waktu.

Kayla makin buru-buru jika seperti ini. Dia pun mengambil handphone dan mengingatkan suaminya untuk tidak lupa membawa dompet karena pasti itu akan dibutuhkan saat berada di rumah sakit nanti.

"Dompetnya Mas." Arya mengangguk, dia beralih ke nakas dan membuka lacinya lalu menyambar dompet miliknya.

Setelah itu Kayla dan Arya berjalan dengan buru-buru ke luar rumah. Tidak lupa sebelum meninggalkan rumahnya Kayla mengunci lebih dulu. Meskipun sedang panik tapi kunci rumah jangan sampai lupa, takutnya nanti ada orang yang berniat jahat.

Arya mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, meskipun jalanan terlihat ramai tidak menyurutkan niat Arya untuk segera sampai dengan cepat di rumah sakit yang Bu Dhe nya kirim.

Suasana di dalam mobilku terasa tegang. Kayla yang biasanya paling tidak bisa dalam keheningan seperti ini, sekarang dia tidak berani untuk membuka suara takut malah menghancurkan konsentrasi suaminya itu.

Tidak lama kemudian, rumah sakit itu sudah terlihat dari kejauhan. Arya menurunkan sedikit kecepatan mobilnya dan memarkir dengan asal namun tepat di parkiran.

Keduanya turun dari mobil dengan buru-buru. Dibelakang suaminya, Kayla berusaha untuk mengimbangi langkah lebar milik Arya. Kayla merasa sedikit kewalahan karenanya.

Hingga sampailah mereka di depan ruang UGD. Arya dengan cepat menghampiri Bu Dhe dan pak Dhe, hendak menanyakan keadaan ibu didalam sana.

"Ibu kamu masih diperiksa sama dokter." Bu Dhe memberitahu. Arya mengangguk.

Mereka berempat menunggu dengan resah di depan ruang UGD. Kayla memperhatikan suaminya itu yang terlihat sangat khawatir. Mungkin suaminya tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Hanya ibu orang tua yang dimilikinya saat ini.

Kayla hanya bisa diam, tidak ingin mengajak Arya bicara takutnya malah bukan menenangkan laki-laki itu, Kayla nanti malah kena marah Arya. Dan Kayla tidak ingin hal itu terjadi. Sejauh yang diamatinya saat ini, jika Arya dalam keadaan marah maka kata-kata yang keluar dari mulut pria itu akan sangat menyakiti hati.

Pernah sekali Kayla menyaksikan Arya sedang bertengkar dengan temannya, Kayla tidak tau penyebab pastinya apa. Saat itu Kayla tidak percaya bahwa Arya yang terlihat pendiam bisa sangat tajam dalam berucap. Kayla bisa melihat sisi yang berbeda dari Arya saat itu, Arya terlihat sangat menakutkan. Seratus kali lebih menakutkan dari dirinya yang biasa.

Memang terdengar lebay, tapi dimata Kayla seperti itu adanya.

"Dokter, bagaimana?" Dokter yang baru saja keluar dari dalam, langsung di cerca dengan pertanyaan seperti itu.

Dokter itu menjawab dengan sabar tentang apa yang terjadi pada ibu dan menjelaskan bahwa ibu Arya harus menjalani rawat inap terlebih dulu sampai kondisinya stabil. Dan akan dipindahkan ke kamar rawat setelah ini.

Arya menyetujuinya, bahkan tidak tanggung-tanggung Arya meminta kamar VIP untuk ditempaty ibunya. Apapun demi kesehatan ibunya Arya tidak peduli berapa nominal yang harus dikeluarkan.

Mungkin waktu sudah berlalu sekitar lima belas menit sejak kepergian dokter. Dan selama itu pula Kayla menunggu di depan UGD bersama Pak Dhe dan Bu Dhe Arya. Sedangkan Arya sendiri berada di dalam, menunggui ibunya.

"Kamu kalau ngantuk, pulang saja nanti Bu Dhe yang akan memberitahu kepada Arya." Ucap Bu Dhe saat melihat Kayla yang beberapa kali menguap.

Kayla agak sedikit terkejut mendengarnya.

"Gapapa Bu Dhe, aku tungguin aja." Jawab Kayla akhirnya. Sebenarnya Kayla menguap bukan karena kantuk, Kayla merasa bosan saja, hanya duduk diam tanpa ada yang mengajak bicara.

Sudah Kayla katakan kan bahwa tante-tante Arya itu sifatnya tidak jauh beda dengan ibunya. Maka dari itu Kayla tidak ada niat untuk mengajaknya berbicara, yang ada nanti hanya sakit hati yang didapat Kayla.

Akhirnya setelah beberapa menit bersabar, ibu mertua Kayla itu sudah di pindah ke kamar rawat. Kayla bisa bernafas agak tenang karena Bu Dhe dan pak Dhe Arya telah pamit untuk pulang.

Tapi tidak tau nanti, karena pasti pak Dhe dan Bu Dhe Arya itu akan kembali lagi kesini. Yang Kayla harapkan semoga saja hanya mereka, tidak ada tante-tante Arya yang lain.

Sekali lagi Kayla belum siap mental.

Sedari tadi Kayla hanya diam di kursi yang terletak di pojok ruangan. Arya di depannya sedang berbicara dengan ibu yang baru membuka matanya setelah tertidur lumayan lama.

Kayla bagaikan patung yang hanya berguna untuk menghiasi ruangan. Sama sekali tidak ada yang berniat mengajaknya bicara, bahkan suaminya sekalipun.

Sungguh miris rasanya diabaikan suami sendiri.

To be continued

Wifey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang