Belum hari minggu tapi udah up wkwk. Udah gatel tanganku pengen up. Hehe
Mau tanya dong... Kalian nemu book ini darimana?
Komen yaa...Happy reading ❤
.
.
.Cuaca yang terik tak menyurutkan semangat Nathan. Jarang-jarang Bundanya itu memperbolehkannya ikut berbelanja. Mobil silver yang dikendarai Samuel berhenti disebuah pusat perbelanjaan. Mencari tempat parkir yang kosong kemudian turun dari mobil.
"Nanti kalian duluan aja cari perlengkapan sekolah. Bunda mau cari buat kebutuhan rumah dulu."
"Siap Bundaa." sorak Nathan bersemangat. "Kamu ikut Bunda aja Na. Barang-barangmu biar dibeliin Abang aja." ucapan Reina membuat Nathan kembali lesu.
"Yaelah Bun. Nathan juga pengen jalan-jalan bareng bang Deon sama Chandra kali. Boleh ya Bun." Nathan mengeluarkan jurus memelasnya.
"Yaudah gausah misah kalo gitu. Beli buat sekolah dulu. Ayo." Nathan mengekor dibelakang Reina kemudian diikuti Samuel, Deon dan Chandra.
"Gausah iri kalo Bunda begitu ke Nathan. Adek gue spesial." ucap Deon ke Chandra sebelum ia melenggang menyusul yang lain.
Tempat untuk membeli perlengkapan sekolah sangat ramai pengunjung. Berhubung juga libur sekolah tinggal menghitung hari. Ini pertama kalinya setelah sekian lama Chandra tidak ke pusat perbelanjaan. Biasanya dia akan duduk diam dirumah menunggu paket berisi barang sekolahnya datang. Selain karena malas, juga dikarenakan Samuel yang jarang berada dirumah.
Banyaknya pengunjung membuat satu sama lain saling berdesakan. Tak terkecuali Chandra, Nathan serta Deon. Mereka bergegas mengambil barang yang dibutuhkan agar segera terbebas dari desakan itu. Nathan yang sudah selesai langsung menghampiri Reina di dekat kasir dan menyerahkan barangnya.
Kini tersisa Chandra dan Deon yang saling bergandengan agar tidak terpisah. Berusaha mencapai sang Bunda dengan segera. Deon yang merasa tangan Chandra yang digenggamnya basah itu segera menoleh kearah adiknya.
"Lo gapapa?" tanya Deon
"Ayo keluar bang." inilah yang paling dibenci Chandra ketika berada di pusat perbelanjaan. Banyaknya orang membuat oksigen semakin menipis. AC yang menyala pun tidak terasa lagi.
Deon segera mempercepat langkahnya. Tangan kirinya tetap menggenggam tangan Chandra dengan erat sedangkan tangan kanannya sibuk menyibak gerombolan orang yang berbelanja.
"Duduk dulu Chan." pinta Deon ketika sudah bersama yang lain. Reina yang melihat betapa pucatnya Chandra pun mendekat.
"Aduh... Kamu kenapa nak, mana yang sakit? Sampe pucet gitu." Chandra hanya terkekeh kecil berusaha terlihat baik-baik saja. "Gapapa kok Bun. Pusing dikit aja." katanya sambil bersandar ditubuh Nathan yang ada disampingnya.
"Nih minum dulu Chan. Untung aja gue selalu bawa botol minum." Nathan menyodorkan sebotol air kepada Chandra. "Makasih." ucapnya.
"Bunda bayar ini dulu ya. Habis ini Bunda belanja keperluan rumah dulu sama Ayah. Kalian tunggu di cafe aja daripada kecapekan. Deket dari sini kok."
"Iya iya Bun."
"Abang jaga adek adeknya ya." ucap Samuel
"Siap, Yah."
30 menit sudah berlalu. Kini Deon, Nathan dan Chandra masih menunggu orangtuanya di sebuah mini cafe. Minuman yang dipesan telah habis 10 menit yang lalu. Bosan telah melanda ketiganya. Chandra yang tadinya menenggelamkan kepalanya dimeja sontak menegakkan badannya saat ponselnya berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...