Satu minggu berlalu. Rutinitas Chandra masih tetap sama. Seperti malam ini, les bersama Bu Fira masih berlanjut. Chandra tak mengerti kenapa perasaannya gelisah. Bahkan Nathan sampai berulang kali bertanya padanya.
"Hari ini cukup sampai sini ya. Sampai jumpa besok."
"Makasih Bu Fira."
Chandra memilih menenangkan diri dikamar. "Lo kenapa sih Chan?" tanya Nathan. Chandra hanya menggeleng.
Nathan memutuskan untuk tidur. Namun, Chandra masih tetap terjaga. Matanya itu tidak mau terpejam. Ia pun memilih ke dapur untuk mengambil minum.
Tepat diujung tangga, ia berpapasan dengan Samuel yang sempoyongan. Aroma alkohol tercium darinya.
"Ayah mabuk?" tanyanya.
Plakk
Bukan jawaban yang Chandra dapat, melainkan sebuah tamparan.
"Dasar anak jalang!" tamparan kembali Chandra dapatkan. "Apa maksud Ayah?!"
"Perempuan itu memang gak tau diri!" Samuel yang hendak menampar Chandra lagi itu dihentikan oleh seseorang.
"Cukup, Yah! Ayah mabuk!" itu Deon. Ia terbangun karena keributan yang terjadi. Tak lama setelah itu, Reina dan Nathan pun menyusul.
"Apa yang Ayah lakukan?!" pekik Nathan.
"DIAM!!" bentak Samuel. Ia lalu masuk ke ruangannya dan menutup pintunya dengan keras.
Nathan memegang dadanya yang sedikit ngilu. Ia sedikit terkejut dengan bentakan tadi. Seumur hidupnya, ia tak pernah sekalipun dibentak. Ia sedikit limbung. Namun untung saja Deon segera menangkapnya dan membantunya kembali ke kamar.
Reina menghampiri Chandra yang mematung. "Kamu gapapa Chan?" Reina yang hendak memegang pipi Chandra membuat Chandra memalingkan kepalanya sambil meringis.
"Aduhh pipi kamu merah. Bunda obatin ya?" Reina membawa Chandra ke kamarnya.
Dikamar, sudah ada Deon yang menenangkan Nathan. Ia memberi Nathan segelas air. Reina yang melihat itu menghampirinya.
"Kamu gapapa Na?"
"Gapapa kok Bun. Nyeri dikit doang. Tapi udah hilang kok." Reina mengelus kepala Nathan sambil tersenyum.
Reina mengambil sekotak P3K yang ada dibawah kasur Nathan. Duduk disamping Chandra dan mulai mengoleskan salep ke pipi Chandra.
"Maafin Ayah ya Chan. Mungkin Ayah lagi ada masalah di kantornya." Chandra hanya menatap kosong kearah jendela. Entahlah pikirannya sedang memikirkan banyak hal. Dan semuanya hal negatif.
Tak terasa, airmatanya mulai meluncur keluar. Diamnya berubah menjadi isak tangis. Perlahan memeluk Reina yang disampingnya. Reina pun memberi usapan lembut ke Chandra. Hingga ia tertidur karena kelelahan.
____________
Minggu pagi yang mendung, cuaca yang sangat mendukung suasana dirumah Nathan. Mereka bertiga makan dengan sunyi, tanpa Chandra dan Samuel. Samuel entah dimana sebab saat Reina mengecek ke ruang kerjanya, Samuel sudah tidak ada. Sedangkan Chandra, anak itu masih terlelap. Reina tak tega untuk membangunkannya mengingat bagaimana kacaunya semalam.
"Kalian bangunin Chandra ya. Bunda mau beresin ini."
"Iya Bun." mereka pergi kekamar Chandra.
Terlihat Chandra yang masih berada dibalik selimutnya. Deon menggoyangkan pelan tubuh Chandra, membuat ia mengerjapkan matanya.
"Bangun Chan udah siang." Chandra mengusap wajahnya kemudian meraba ponsel yang ada dinakas.
Jam 08.05 wib. Ia mengernyitkan dahinya. Ada 15 panggilan tak terjawab dari kakaknya satu jam yang lalu. Perasaannya mendadak tak enak. Ia membuka pesan yang dikirim kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...