Hari demi hari terus berlalu. Mahen mulai terbiasa dengan keadaannya. Saat ini, ia tengah sarapan dengan Bara. Menyantap dengan tenang makanan yang dimasak oleh Bara.
"Om, besok Mahen ada kemah besar. Kelas 11 semua wajib ikut."
"Yaudah ikut aja. Nanti kalo butuh uang buat beli perlengkapannya bilang aja oke?" Mahen mengangguk. "Siap om."
Mereka melanjutkan sarapannya. Tak lama, tiba-tiba Mahen teringat satu hal.
"Om."
"Hm?" Bara menoleh menatap orang yang memanggilnya.
"Adek juga sekolah disana." Bara tak tau harus bereaksi gimana. "Kita ketemu, tapi Mahen cuekin dia. Mahen juga ketemu sama saudara tirinya."
"Kenapa dicuekin hm?"
"Mahen kesel om. Adek udah lupain janji kita." Bara mengusap kepala Mahen. "Hey, jangan pernah berpikir seperti itu. Emangnya kamu udah dengar penjelasan dari adek?" Mahen menggeleng.
"Jangan selalu mengambil keputusan dengan hanya dilihat dari sisi kamu. Kamu juga harus melihat dari sisi yang lain, setelah itu baru kamu bisa membuat keputusan." Mahen mengangguk.
"Iya om."
Sementara itu dirumah Chandra, Heningnya waktu sarapan kini berubah mencekam karena suara Samuel yang meninggi.
"UDAH BERANI LAWAN AYAH??!" Bentakan Samuel kembali terdengar. Nathan dan Chandra terus menunduk.
Samuel emosi saat mendengar kedua anaknya akan mengikuti MOP selama 3 hari 2 malam. Yang artinya, mereka tidak mengikuti les selama itu. Jelas, Samuel tidak memberikan izin.
"Yah, udah dong ngapain marah-marah sih. Lagian bukannya wajar ya kalo mereka ikut MOP. Kan memang begitu kalo siswa baru." Reina mencoba membujuknya.
"Gak ikut les 3 hari gaakan bikin mereka bodoh kan?" lanjutnya.
Samuel menghela napasnya kasar. "Oke! Ayah izinin. Tapi jam les kalian ayah tambah."
______________
Beberapa hari kebelakang ini, Chandra sangat sibuk. Ia harus pandai-pandai mengatur jadwalnya. Mulai dari latihan pensi, les Bu Arin, hingga les Bu Fira. Chandra terus menyemangati dirinya sendiri. Tak lama lagi, satu bebannya itu akan hilang.
Besok adalah hari pemberangkatan MOP dan kemah besar untuk kelas X dan XI. Hari ini sepulang sekolah, kelas Chandra mengadakan gladi bersih. Dirga, si ketua kelas kembali mengarahkan teman-temannya.
Tak sampai 30 menit, gladi bersih tersebut sudah selesai. Chandra bergegas mengemasi barang-barangnya. Setelah ini ia akan bergabung dengan Nathan dan Jevan untuk membuat serba-serbi MOP.
Kebetulan sekali, Bu Arin mengabarinya bahwa hari ini tidak ada les dikarenakan beliau harus menghadiri rapat.
Baru saja hendak naik ke motor Rafa, Atensi Chandra dialihkan oleh ponselnya yang bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia pun membukanya.
Nathan
|Nitip beli pita ya Chan, gue lupa beli
|Beli warna item 2 meterOke|
"Mampir beli pita dulu ya Raf." Chandra naik ke boncengan motor Rafa. Rafa pun segera melajukan motornya.
Motor Rafa berhenti di sebuah toko yang menjual pita. Ia membeli warna hitam dan merah. Hitam untuk Nathan dan Jevan, sedangkan merah untuk Chandra dan Rafa.
Setelah itu, Rafa kembali melajukan motornya kerumah Chandra. Disana, sudah ada Nathan dan Jevan yang sedang menggunting karton. Rafa dan Chandra pun menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...