Bocah 11 tahun itu masih terus menangis. Masih terbayang kemarin saat sang Bunda dan Kakaknya pergi dengan membawa koper. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menangis. Ditambah lagi dengan perlakuan Ayahnya.
"Haduhh!! BERISIK! Apa sih yang kamu tangisin?!" bukannya berhenti menangis, tangisannya justru semakin kencang saat mendengar bentakan Ayahnya.
"DIAM!!" Chandra tersentak. Ia berusaha meredam tangisnya agar tak membuat Ayahnya semakin marah. Samuel pergi begitu saja setelahnya.
"Ayah mau kemana?" tanyanya lirih. Samuel tak mempedulikannya.
Suara deruman mobil terdengar menjauh dari rumah. Chandra mengintip dari jendela dan melihat mobil Ayahnya pergi. Ia pun menunggu Ayahnya didepan televisi dengan sesekali terisak. Melupakan sesak yang datang sejak tadi. Ia terlalu takut untuk menggunakan inhaler sendirian. Biasanya dia akan dibantu sang Bunda ataupun sang kakak.
Malam semakin larut, tanpa sadar Chandra sudah tertidur di karpet depan televisi.
Pranggg
Suara pecahan kaca terdengar sangat nyaring membuat Chandra tersentak dari tidurnya. Ia segera bangun dan melihat Ayahnya yang berjalan sempoyongan. Disana ada pecahan beling yang berasal dari sebuah guci yang sepertinya tersenggol Ayahnya.
Chandra bergegas menghampiri Ayahnya dan memeganginya agar tak menginjak pecahan kaca itu. Tapi yang ia dapat justru dorongan kasar hingga punggungnya beradu dengan sofa.
"Jangan pegang-pegang!" Samuel terus berjalan ke kamar tanpa mempedulikan Chandra.
Hari itu sehari setelah perceraian, kehidupan Chandra benar-benar berubah. Tak ada lagi perhatian dari sang Ayah, tak ada lagi senyuman dari Sang Bunda, dan juga tak ada lagi candaan dari sang Kakak. Chandra benar-benar sendirian.
Chandra menjadi terbiasa melakukan semuanya sendiri. Melawan ketakutannya sendirian saat asmanya datang. Bahkan saat SMP dia sering dibully karena keluarganya yang terpecah belah.
Hingga beberapa tahun kemudian, Reina dan anak-anaknya datang membawa sebuah harapan bagi Chandra. Harapan untuk menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Namun dia salah. Ayahnya justru semakin gencar menuntutnya ini itu.
Terlarut dalam pikirannya, Chandra memutuskan untuk membasuh wajahnya. Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Insomnianya kembali lagi. Dia menelan satu butir obat tidur kemudian menunggu hingga obatnya bekerja.
__________________
Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui jendela kamar saat Reina membuka tirainya. Pertama, Reina menghampiri ranjang Nathan dan membangunkannya. Setelah Nathan bangun dan beranjak ke kamar mandi, ia beralih pada Chandra.
Reina membangunkan Chandra perlahan. Kentara sekali bahwa anaknya itu kelelahan. Tak lama, Chandra membuka matanya.
"Bangun gih, mandi. Bunda lanjut masak dulu ya." Reina pergi meninggalkan kamar Nathan dan Chandra.
Chandra duduk bersandar pada kepala ranjangnya. Berusaha untuk mengumpulkan nyawa. Masih mengantuk tapi ia harus ke sekolah. Ia meraih ponsel yang ada diatas nakas. Membuka aplikasi chat dan mengirim sebuah pesan pada Rafa.
Rafa
Gue nebeng ya Raf|
Chandra beranjak dari tempatnya saat Nathan keluar dari kamar mandi. Tanpa memedulikan Nathan sedikitpun, Chandra masuk begitu saja ke kamar mandi.
Lah? Kenapa dah anak itu. Batin Nathan.
Selesai dengan seragamnya, Nathan langsung turun untuk sarapan. Disana sudah ada Reina dan Deon. Nathan pun duduk ditempatnya.
"Ayah berangkat pagi lagi Bun?" tanya Nathan. Reina pun menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Chandra mana dek kok belum turun?"
Orang yang dibahas baru saja turun lengkap dengan seragam dan tas yang tersampir dipundaknya.
"Mau makan sama apa Dek? Sini Bunda ambilin."
Reina yang hendak bangkit itu mengurungkan niatnya kala mendengar jawaban Chandra. "Sarapan roti aja Bun, Chandra buru-buru. Rafa udah didepan soalnya. Chandra berangkat dulu ya."
Chandra mengambil 2 potong roti tawar kemudian berpamitan pada Reina. Setelahnya, Chandra pergi begitu saja tanpa menyapa Nathan dan Deon. Kejadian itu sukses membuat Reina terheran.
"Kalian lagi berantem sama Chandra?" tanya Reina pada kedua anaknya.
"Apaan sih Bun. Abang aja gak ngobrol sama dia sejak kemarin karena sibuk. Adek tuh, satu kamar." Reina pun menoleh pada si bungsu.
"Suer Bun, Nathan juga gak tau. Dari bangun tidur emang rada aneh si Chandra." kata Nathan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Di gerbang depan, Chandra sudah mendapati Rafa bersama motornya. Ia pun mengambil cadangan helm di garasi kemudian menghampirinya.
"Tumben dah lu nebeng sama gue. Putus cinta lo?" canda Rafa yang membuat Chandra berdecak.
"Ck. Nanti aja gue jelasin. Ayo berangkat."
____________________
Kringg
"Baiklah sampai sini dulu materinya. Saya permisi." guru tersebut mengakhiri pelajaran tepat setelah bel istirahat berbunyi. Salah satu tipe guru yang sangat dicintai muridnya.
"Kantin Chan?" tanya Rafa pada Chandra yang merapikan mejanya sebelum akhirnya beranjak. "Kantin lah. Ayo."
Saat keluar kelas, sudah ada Nathan yang berdiri didepan pintu. Chandra hanya menatapnya malas.
"Chan---"
"Ayo Raf keburu antre nanti." Chandra memotong ucapan Nathan begitu saja dan berlalu dengan Rafa yang mengikuti dibelakang. Nathan dibuat bingung dengan sikap Chandra. Apakah ia telah membuat kesalahan? Pikirnya.
Tak hanya Nathan, Rafa pun dibuat bingung oleh Chandra. Pagi tadi, Chandra bilang akan menjelaskan semuanya. Tapi sampai sekarang pun Chandra tak kunjung angkat bicara. Rafa juga tak bisa memaksa kalau memang ini tentang privasinya.
Jevan yang melihat sahabatnya hanya termenung menatap kepergian saudaranya itu segera merangkulnya. "Udahh gausah dipikirin. Kali aja Chandra lagi PMS."
"Ngaco lo. Ayo dah ke kantin."
Di kantin, Nathan mencari-cari kursi yang kosong sementara Jevan membeli makanan. Nathan duduk di bangku paling pojok karena memang hanya itu yang tersisa.
Pandangan Nathan tertuju pada Chandra yang bercanda gurau dengan Rafa dan Mahen. Chandra terlihat sangat berbeda saat bertemu dengannya tadi. Terbesit sebuah perasaan iri dilubuk hatinya. Lo kenapa Chan? Batinnya.
Jevan datang dengan nampan ditangannya, dibelakangnya juga ada Deon yang tak sengaja bertemu dengannya tadi. Mereka pun duduk bersama.
"Dimakan dek." kata Deon yang melihat adiknya hanya mengaduk makanannya sedari tadi.
Tak ada jawaban dari Nathan. Nathan hanya menatap lurus tanpa berkedip. Deon yang penasaran pun mengikuti arah pandang adiknya dan mendapati kebersamaan Chandra, Rafa, dan Mahen.
Deon kembali menatap sang adik. "Ada apa sih dek?"
"Kenapa Chandra kayak ngejauhin gue ya bang? Gue ada salah?"
____________________
26 Maret 2023
.
.
.Selamat menunaikan ibadah puasa gaiss...
Next? Jangan lupa vote and comment❤
📍Publish tiap hari Minggu📍
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...