Chandra memakan crepesnya dengan lahap. Disampingnya ada Rafa yang sedang memakan batagor serta segelas teh poci didepannya.
"Nyicip es-nya ya Raf." dengan cepat Rafa mengambil es-nya sebelum Chandra. Kemudian ia menyodorkannya kembali kearah Chandra dengan memegangi sedotannya.
Baru satu tegukan Chandra meminum es-nya, Rafa sudah memencet sedotannya membuat es-nya tak keluar. "Pelit amat sih lo."
"Bukan pelit Chan, ini namanya antisipasi. Kalo lo tiba-tiba tumbang gimana? Gue juga gak bakal kuat gendong lo."
Ponsel Rafa bergetar menampilkan nama kontak Mamanya. Tanpa pikir lama ia langsung menggeser gambar telepon berwarna hijau hingga suara sang Mama terdengar.
"Kamu dimana? Tadi kata mbak Sari kamu cariin Mama."
"Di taman Ma. Mama udah pulang?" Chandra hanya menyimak, melipat lipat bungkus crepesnya yang sudah habis hingga sangat kecil.
"Udah, baru aja."
"Tante Arum masih disana?"
"Masih, kenapa emang?"
"Oke, Rafa pulang sekarang. Bilangin tante Arum buat nungguin Rafa ya." Rafa mematikan teleponnya secara sepihak. Kemudian menarik tangan Chandra agar berdiri dari duduknya. "Ayo pulang."
Mereka berjalan cepat mengejar waktu. Takut-takut kalau orang yang ingin ditemui sudah pulang.
Rasa takut itu sirna saat mendapati tante Arum duduk santai di teras mengobrol dengan Mamanya Rafa. Keduanya menoleh saat Rafa datang bersama Chandra dibelakangnya.
"Nah anaknya udah dateng. Kangen ya sama tante?"
"Ada yang mau diomongin sama Chandra, tante. Mama ikut Rafa dulu." Rafa menarik tangan Mamanya untuk masuk kerumah, meninggalkan Chandra dan tante Arum berdua di teras. Rafa tau, temannya itu juga butuh privasi.
Suasana sedikit canggung sekarang. Chandra bingung harus memulainya dari mana. "Tante masih ingat sama Chandra?"
Arum mengangguk. "Tentu. Kamu yang di kafe bareng Rafa itu kan?" Chandra mengangguk.
"Ada apa? Chandra mau ngomong apa?"
"Chandra dengar, tante punya kekasih? Kalo boleh tau, namanya siapa tante?" Arum mengernyitkan dahinya, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Chandra.
"Namanya Sam. Temen SMA tante dulu. Kamu kenal?"
"Samuel?" Arum mengangguk tanpa ragu.
"Maaf, saya anaknya tante." Arum terkejut tentu saja. Rasanya ingin menangis sangat menyadari wajah Chandra yang mirip dengan sahabatnya dulu.
Tangan Arum tergerak menyentuh wajah Chandra. Matanya berkaca-kaca, ia merindukan sahabatnya itu. "Kamu benar-benar mirip dengan Fera." diusapnya airmata yang siap meluncur.
"Tante kenal Bunda saya?"
Arum tersenyum. "Tentu saja. Dulu kita bersahabat baik. Tante, Ayah kamu, Bunda kamu, dan Bara. Kita selalu barengan kemana-mana."
"Sam adalah cinta pertama tante. Saat itu, beberapa hari sebelum wisuda SMA, Sam bawa tante kerumahnya. Niatnya sih mau ngenalin tante ke orangtuanya. Hari itu juga, tante tau kalo Sam mau dijodohin." lanjutnya.
"Akhirnya tante mutusin buat lanjut kuliah diluar negeri. Saat disana, tante dapet kabar dari Bara kalo Fera udah sah jadi istrinya Sam. Sejak itu, tante mutusin untuk menetap diluar negeri."
"Sampai beberapa bulan yang lalu, tante milih pulang ke Indonesia ngunjungin keluarga tante. Tante gak sengaja ketemu Sam, dia cerita ke tante kalo Fera udah meninggal. Sejak itu, kita jadi dekat lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...