[15] Sakit

2.6K 177 6
                                    

Hening menyelimuti kamar Chandra. Anak itu masih setia memejamkan matanya dengan infus di punggung tangannya, dan masker oksigen yang menutupi hidung serta mulutnya.

Di samping ranjang, ada Reina yang menemani Chandra. Kamar Chandra dan Nathan memang sudah dipisah sejak tiga hari yang lalu. Kata Chandra, dia juga punya privasi dan akhirnya Nathan pindah ke ruangan sebelah yang masih kosong.

Ucapan dokter yang mengatakan bahwa asma Chandra kambuh dan juga dehidrasi membuat Reina merasa bersalah. Ia terlalu fokus pada Nathan hingga melupakan Chandra.

Mengingat semua perlakuan Samuel ke Chandra membuat Reina sedikit iba. Terutama saat ia mengabari Samuel tadi.

"5 menit lagi aku ada rapat Rein. Kamu bisakan urus dia sendirian, aku sibuk. Jangan hubungi aku lagi kalo gak ada yang penting."

Reina memejamkan matanya mengingat percakapan di telepon itu. Sakit rasanya. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya ia menikah dengan orang seperti Samuel.

Ceklek

Suara itu menbuat Reina menoleh ke sumber suara. "Bunda ngapain?" itu Nathan, dengan plester penurun demam yang masih menempel didahinya.

Reina mengisyaratkan Nathan untuk masuk dan duduk disampingnya. Tangannya bergerak mengecek suhu Nathan dengan telapak tangan.

"Masih hangat. Pusing nggak?" Nathan menggeleng.

"Kenapa kok cari Bunda?" tanyanya sambil memainkan rambut anaknya itu. "Bosen Bun dikamar mulu."

"Chandra kenapa?" Reina tersenyum tipis. Tak menjawab pertanyaan Nathan, tapi mengelus lengan Chandra.

"Gara-gara Nathan ya?" Nathan menundukkan kepalanya. Entah kenapa ia merasa kalau terjadi sesuatu pada Chandra, pasti tak jauh-jauh karena dia.

"Bukan salah kamu."

Ponsel Reina tiba-tiba saja berdering. Menampilkan nama seseorang yang tadi pagi ia temui. "Kamu temenin Chandra ya, Bunda angkat telepon dulu."

"Halo?"

"Saya sudah menemukan plat mobil pelakunya." ucap seseorang dari seberang telepon.

"Benarkah? Jadi bagaimana? Siapa?"

"Kami masih dalam proses pencarian si pengemudi. Foto plat mobil yang diduga adalah milik pelaku akan saya kirimkan segera." Reina mengambil napas dalam.

"Baik, terimakasih banyak." Reina menutup telepon tersebut. Menunggu dengan cemas foto yang dijanjikan.

Tak menunggu lama, sebuah notifikasi dari nomor yang sama membuat Reina langsung membuka ponselnya. Menampilkan deretan angka dan juga huruf dari pelaku pembunuhan suami pertamanya.

Dibacanya plat mobil tersebut. Mengernyitkan dahinya kala menyadari sesuatu. Ia mengenal mobil tersebut. Terkejut? Tentu saja, tangisnya tumpah begitu saja dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri agar suaranya tak terdengar ke telinga anak-anaknya.

_____________________

Chandra memejamkan matanya lagi saat cahaya disekitarnya sangat menyilaukan. Mengerjapkan matanya beberapa kali agar memfokuskan penglihatannya yang kabur.

Setelahnya, ia memandang sekitar. Di kamar? Bukankah tadi ia ada di gudang? Pikirnya bertanya-tanya.

Chandra meringis kala tak sengaja menggerakkan tangan kirinya. Ia melirik kesana. Sial, ada infus. Matanya kembali menelisik sekitar. Di sofa, ada Nathan yang tertidur.

Jujur, Chandra sangat haus saat ini. Gelas diatas nakas terasa sangat jauh dan susah untuk digapai. Hendak membangunkan Nathan, tapi Chandra masih dalam mode menjauhinya.

Arrayan Chandraka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang