Ceklek
Reina masuk ke ruangan bernuansa putih yang tak terlepas dari bau obat-obatan. Ia menghampiri Chandra yang masih menutup matanya dengan masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya. Diusapnya rambut Chandra dengan lembut. Tak menyangka bahwa anak sambungnya itu memiliki banyak rahasia.
"Gimana kata dokter Bun?" tanya Nathan. Nathan juga ikut menemani Chandra di rumah sakit, sedangkan Deon ikut mengantar jenazah Bunda Chandra ke peristirahatan terakhir.
"Chandra memang punya asma dari kecil. Kebetulan, dokter tadi adalah dokter yang biasanya menangani Chandra."
"Jagain Chandra bentar ya. Bunda mau beli inhaler dulu." Nathan mengangguk.
Ceklek
Deon masuk dengan satu kantong plastik ditangannya. Sepulang dari pemakaman tadi, Ia mampir membeli makan siang untuk dirinya dan Nathan. Mereka pun memakannya bersama.
"Bunda..."
"Chan? Lo udah sadar?"
Deon dan Nathan menaruh kembali makanannya. Memilih menghampiri Chandra yang melepas masker oksigennya dengan kasar dan berusaha bangun. Infus ditangan kirinya membuat Chandra meringis.
"Bang gue mau ke Bunda gue."
"Iya nanti dulu tunggu Bunda pulang ya." Deon memencet tombol yang ada di samping brankar untuk memanggil dokter.
___________
Disinilah Chandra sekarang. Di makam sang Bunda, setelah tadi sempat memohon ke dokter agar diperbolehkan pulang. Ia hanya sendirian. Deon, Nathan dan Reina menunggunya di mobil.
Chandra berjongkok disamping makam sang Bunda. Nama Feraya Putri tercetak jelas dibatu nisannya. Ia mengusap batu nisan tersebut, kemudian menaburkan bunga di makamnya.
"Bunda..." airmatanya kembali jatuh. Ia mengusap airmatanya kasar. Ia tidak boleh menangis didepan Bundanya.
"Bunda apa kabar?"
"Bunda udah gak sakit lagi ya? Kalo memang dengan ini Bunda gak ngerasain sakit lagi, Chandra ikhlas Bun. Tolong jaga Chandra sama kak Mahen dari atas sana ya."
"Sekarang Ayah udah berubah Bun. Dia jadi lebih kasar. Semua yang Chandra lakuin itu salah dimata Ayah. Chandra capek Bun. Pengen ikut sama Bunda, tapi nanti kak Mahen gimana?"
"Chandra pulang dulu ya Bun. Mendung. Bunda baik-baik ya disini. Jangan lupa mampir ke mimpi Chandra ya."
____________
Malam hari yang dingin, Chandra berdiam diri dikamar. Deon dan Nathan berada di ruang tamu, les bersama Bu Fira. Samuel baru saja pulang bertepatan dengan Bu Fira yang menutup pembelajaran.
"Sampai ketemu besok ya."
"Terimakasih Bu Fira." ucap Nathan dan Deon kompak.
"Mari pak." pamitnya ketika berpapasan dengan Samuel.
Samuel menghampiri kedua anaknya. "Chandra mana?"
"Dikamar Yah lagi istirahat. Kasihan." jawab Nathan. Sontak saja Samuel melangkahkan kakinya ke kamar Chandra. Deon dan Nathan pun ikut menyusul karena takut kenapa-kenapa.
Brakk
Samuel membuka kasar pintu kamar Chandra. Chandra terlonjak kaget, ia baru saja menutup matanya. Chandra terduduk kala melihat Samuel yang membuka pintu. Menundukkan kepalanya saat Samuel semakin mendekatinya.
Plakk
Perih menjalar di wajah Chandra. "Beraninya kamu bolos les!!!" Chandra tetap diam.
"Yah udah Yah." Deon mencoba melerai mereka. Sedangkan Nathan merangkul Chandra.
"Ayah capek-capek kerja buat biayain kamu tapi kamu gak ada feedback ke Ayah! Minimal buat Ayah bangga dengan nilai kamu yang sempurna! Tapi kamu malah enak-enakan kaya gini!"
Chandra berdiri. Menatap Samuel dengan tatapan kecewa. "Ayah tau nggak kalo Bunda meninggal? apa Ayah nggak ada rasa duka sedikit pun?"
"Ayah nggak peduli! Wanita seperti itu memang pantas mati!"
"Wanita yang seperti apa maksud Ayah?! wanita yang Ayah hina adalah wanita yang dulu Ayah cintai, juga wanita yang udah ngelahirin aku!" airmata Chandra sudah tak bisa dibendung lagi. Ia sangat kecewa dengan perkataan Ayahnya. Sesak didadanya kembali berkumpul.
Uhuk uhukk
Chandra terbatuk. Ia memukuli dadanya kala sesak itu tak kunjung pergi. Reina datang dengan raut cemas. Ia meninggalkan pekerjaannya saat mendengar kegaduhan dari lantai atas.
Melihat Chandra yang kepayahan bernapas, Reina segera mengambil inhaler yang ia letakkan di laci samping kasur Chandra. Ia mengocoknya kemudian menyemprotkannya ke mulut Chandra. Kini pandangannya beralih ke suaminya.
"Kamu apa-apaan sih Mas? Dia anak kamu sendiri! Apa pantas kamu perlakukan dia kayak tadi?"
"Salahin aja terus!" Samuel pergi dari kamar Chandra. Reina menghela napasnya. Ia tak tau kenapa suaminya berubah.
Kembali ke Chandra, anak itu tengah bersandar di bahu Nathan. Asma-nya berangsur membaik. Reina membantu Chandra untuk berbaring.
"Kalian juga tidur sana." kata Reina kepada Deon dan Nathan.
"Deon tidur disini aja deh Bun. Sekalian jagain Nathan sama Chandra."
"Yaudah kalo gitu nanti kamu ambil sendiri ya kasur lipatnya. Bunda tinggal dulu."
"Siap Bunda."
____________
Di kamar, Samuel baru saja keluar dari kamar mandi bertepatan dengan Reina yang masuk ke kamar. Reina menghampirinya.
"Mas."
"Apa? Aku mau tidur. Capek."
"Kenapa kamu nggak bilang kalo Chandra punya asma?"
"Asma? Bukannya udah sembuh?" Reina menggelengkan kepalanya heran. "Harusnya kamu tau kalo asma itu gak bisa sembuh. Kita hanya bisa mengurangi kambuhnya."
"Dia anak kandung kamu mas, hal seperti ini aja kamu nggak tau." Samuel hanya diam.
"Jangan kamu tambahi beban pikirannya. Dokter bilang, stress juga bisa jadi pemicu asma." lanjut Reina.
"Kamu nggak tau Rein. Kalau Chandra sepintar Nathan dan Deon, aku nggak bakal segencar ini untuk nyuruh dia ikut les."
"Kemampuan tiap anak itu beda-beda mas. Dengan kamu ngekang Chandra les disana sini, yang ada bukannya dia makin pinter tapi dia justru makin stress!"
"Semua aku lakuin demi kebaikan Chandra. Terserah kamu mandangnya gimana." Samuel menyibak selimutnya dan merebahkan tubuhnya.
Sementara itu disisi lain, Chandra tak dapat menutup matanya. Pikirannya melayang ke berbagai hal. Salah satunya adalah sang Kakak. Bagaimana dengan kakaknya itu setelah Bundanya meninggal? Bukankah seharusnya Kakaknya tinggal bersamanya?
Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan ke kakaknya.
Kakak
Kak?|
Tinggal sama gue ya?|Tanda ceklis 1 tak kunjung berubah. Sepertinya besok sepulang sekolah ia harus kerumahnya langsung. Memang agak jauh jaraknya dari sekolah, tapi tak masalah.
_____________
23 Februari 2023
.
.
.Update lagi hehe...
Cepet-cepet update sebelum sibuk kuliah wkwkNext? Vote and comment yaa❤
📍Publish tiap hari Minggu
📍Bakal sering publish kalo mood nulis wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Fiksi RemajaArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...