Acara MOP dan kemah besar yang telah terlaksana satu hari itu dibubarkan oleh kepala sekolah. Beliau tidak mau ada siswanya yang hilang lagi. 2 siswanya yang hilang sejak kemarin, belum juga ditemukan hingga sekarang.
Pagi-pagi sekali, semua sibuk mengemasi barang-barangnya. Pagi ini juga, mereka akan kembali ke sekolah dan pulang kerumah masing-masing. Berbeda dengan Nathan, Rafa, dan Jevan. Anak itu memilih tetap tinggal serta ikut mencari Chandra dan Mahen.
Petugas bumi perkemahan tersebut turun tangan untuk mencari Chandra dan Mahen. Panitia acara juga turut membantu pencarian.
"Chandra! Lo dimana sih!" Nathan tak berhenti berteriak. Ia bersama Jevan, Rafa, dan Deon.
"Lo tunggu di tenda aja dek. Biar kita aja yang cari. Gue gamau lo kenapa-kenapa." kata Deon.
"Udah sana Na. Lo balik aja sama Jevan. Nanti kalo lo kenapa-kenapa malah nyusahin." Nathan sedikit tersinggung dengan ucapan Rafa.
"Maksud lo apa ngomong kaya gitu?! Chandra ilang juga gara-gara lo njir!!" Jevan mencengkeram kerah baju Rafa. Ia tak suka ada yang merendahkan Nathan.
"Udah Jev." Nathan melerai mereka. "Nathan tetep ikut bang. Gue gabisa tenang sebelum Chandra ketemu." katanya pada Deon.
"Tenang aja, Chandra pasti lagi bareng Mahen. Meskipun hubungan mereka renggang, Abang yakin rasa sayang antara kakak adik itu masih tetap sama." Nathan mengangguk.
Mereka kembali meneriakkan nama Chandra dan Mahen berharap keduanya menyahut. 20 menit berlalu, semuanya masih sama. Mereka tak lelah meneriaki nama Chandra dan Mahen.
Nathan berjalan dengan sangat pelan di belakang. Sesekali ia berpegangan pada pohon. Ia merasakah jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia takut. Please... Jangan berulah dulu. Batinnya.
Jevan yang menyadari Nathan tak ada disampingnya pun menoleh kebelakang. Ia berlari menghampiri Nathan saat melihat Nathan bersandar di pohon sambil memegang dadanya.
"Nathan!!" Deon dan Rafa yang mendengar pekikan Jevan pun ikut menoleh kemudian menghampirinya.
Deon memeluk Nathan untuk menenangkannya. Menepuk-nepuk punggungnya sambil membisikkan kata-kata penenang. "Ssttt... Udah, abang disini. Jangan takut."
Deon berusaha tenang walaupun tangannya gemetar. Ia selalu takut saat adiknya seperti ini Nathan berangsur tenang. Tapi setelahnya, Nathan merasa lemas dan juga keringat dingin.
"Ck. Apa gue bilang." kata Rafa. Sebelum Jevan tersulut emosi lagi, Deon segera menyela. "Udah, kamu balik aja ke tenda sama Jevan. Jev, temenin adek gue."
"Iya bang."
_______________
Ditempat lain, Chandra masih dalam posisi yang sama seperti semalam. Ia masih bersandar dipundak Mahen dengan mata yang terpejam. Mahen tak tega untuk membangunkan sang adik. Ia pun membiarkannya.
Beberapa saat kemudian Chandra mengerjapkan matanya dengan diiringi suara ringisan.
"Kakak." suara yang sedikit serak khas bangun tidur membuat Mahen menoleh.
"Udah bangun? Mana yang sakit?" Chandra menoleh ke arah pergelangan kakinya. Pantas saja kakinya terasa nyeri saat digerakkan, kakinya itu sudah bengkak.
"Duh dek, kaki kamu." Mahen meringis melihat kaki Chandra yang bengkak. Mau mencari pertolongan, tapi ia tak tega jika harus meninggalkan adiknya sendirian.
"Kamu bawa hp?" Chandra menggeleng membuat Mahen menghela napasnya. Ia juga tak membawa ponselnya. Bagaimana sekarang?
"Ayo kita cari jalan keluar. Kuat jalan nggak?" Chandra mengangguk, ia tak ingin membuat kakaknya khawatir. Mahen pun membantunya berdiri.
Mahen memapah Chandra untuk mencari jalan keluar bersama. 20 menit berlalu, mereka menemukan sebuah aliran sungai. Mereka pun istirahat disana.
Mereka membasuh wajahnya dengan air sungai tersebut. Segar sekali. Chandra memasukkan kakinya perlahan kedalam sungai. Menjadikan air sungai yang dingin itu sebagai kompres untuk kakinya yang bengkak.
"Chan, gimana kabar kamu sama Ayah?" tanya Mahen.
Ia baru sadar bahwa semalam hanya ia yang bercerita tentang dirinya dan Bunda. Chandra tak pernah mengatakan hal-hal tentang dirinya. Bahkan saat Chandra datang kerumahnya, ia tak pernah membahas tentang Ayahnya.
"Baik kok Kak. Bunda Reina juga baik." Chandra tak sepenuhnya berbohong. Ia hanya tak ingin kakaknya membenci sang Ayah jika tahu bagaimana sikapnya sekarang.
"Bagus deh kalo gitu. Gimana sama saudara kamu?"
"Nathan sama bang Deon?" Mahen mengangguk saja. Ia tak tau nama mereka.
"Mereka juga baik sama Chandra. Awal-awal bang Deon emang agak cuek sih. Tapi sekarang udah nggak kok."
"Kapan-kapan deh gue main kerumah lo. Kangen juga sama Ayah."
Jangan kak, nanti lo kecewa sama Ayah.
________________
Deon dan Rafa terus menelusuri hutan tersebut. Tadi, Jevan menuruti perkataan Deon yang menyuruhnya kembali ke tenda bersama Nathan. Melihat kondisi Nathan yang lemas, membuat ia tak bisa menolak.
Deon dan Rafa masih tetap meneriakkan nama Chandra dan Mahen. Hingga mereka sampai di tepi jurang, mereka pun berhenti.
"Apa mereka jatuh kesana, bang?" tanya Rafa yang menunjuk jurang tersebut.
"Semua kemungkinan bisa terjadi sih. Ayo kita turun."
Mereka menuruni jurang tersebut dengan hati-hati. Berbekal seutas tali pramuka yang tak sengaja Rafa bawa. Ia mengikat ujung tali ke pohon yang ada disana dan menuruni jurang itu dengan berpegangan pada tali. Sampai dibawah, mereka tak menemukan seorang pun.
"Bang Deon!" Deon menoleh karena Rafa memanggilnya.
"Itu ada daun pisang dibawah pohon itu. Kayaknya semalam Chandra ada disana." Rafa menunjuk kearah pohon besar yang dibawahnya ada sebuah daun pisang. Mereka pun pergi menuju pohon itu.
"Kayaknya mereka gak jauh dari sini." kata Deon.
Rafa mengangguk setuju. "Ayo bang kita cari lagi." Mereka kembali meneriakkan nama Chandra dan Mahen.
Sementara itu disisi lain, Chandra dan Mahen terdiam ditempatnya masing-masing. Chandra yang menyuruh Mahen untuk diam.
"Lo denger sesuatu gak?" tanya Chandra. Mahen tetap diam dan fokus mendengarkan suara disekitarnya. Dan benar saja, samar-samar ia mendengar ada yang memanggil nama mereka.
"Orang bukan?" tanya Mahen sedikit berbisik.
"Kayak kenal suaranya." jawab Chandra yang juga ikut berbisik.
Lama-kelamaan suara itu menjadi semakin jelas. Mereka pun menoleh kearah sumber suara.
"Abang!!"
________________
12 Maret 2023
.
.
.Selamat hari Minggu wkwk.
Sorry part ini agak gimana gitu menurutku.Next? Jangan lupa vote and comment❤
📍Publish tiap hari Minggu📍
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Roman pour AdolescentsArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...