Special for my birthday
HeheHappy reading ❤
.
.
.
Malam ini, adalah malam kedua Mahen dirumah Ayahnya. Soal perkataan Deon kemarin, Mahen tak mengindahkannya. Hanya berpikir bahwa Deon ada masalah pribadi dengan Ayahnya hingga mengatakan hal yang tidak-tidak.
Sepulang sekolah tadi, Mahen kerumahnya dulu untuk membawa barang-barangnya. Tak semuanya, hanya beberapa saja.
Saat ini mereka tengah mengikuti bimbel. Meskipun Mahen tak disuruh, tapi dia inisiatif mengikuti. Tak enak kalo yang lain bimbel tapi dia malah enak-enakan. Katanya.
"Ada yang masih belum mengerti?" semuanya diam.
"Kalau begitu saya akhiri sampai disini ya. Besok saya kasih soal latihan lagi biar kalian lebih paham."
"Saya permisi ya, sampaikan salam saya ke Bunda kalian."
"Baik, makasih Bu Fira." jawab Deon.
Setelah berpamitan, Bu Fira keluar dari rumah. Di teras, beliau bertemu dengan Samuel yang sepertinya baru saja pulang kerja.
"Sudah selesai Bu?" tanyanya.
"Iya Pak, sudah. Saya permisi dulu." Samuel mengangguk. Menatap kepergian Bu Fira dengan penuh tanya.
Tanpa berpikir lama, Samuel langsung masuk ke rumah. Dihampirinya anak-anaknya yang sedang mengemasi buku.
"Bunda kalian mana? Kok nggak antar Bu Fira kedepan?"
Keempatnya menoleh bersamaan. "Ayah?"
"Tadi Bunda pamit ada urusan sebentar Yah."
"Udah daritadi?"
"Udah 30 menitan sih."
"Oh. Kalian istirahat sana, Ayah juga mau ke kamar."
"Iya Yah."
______________
Di tempat lain, Reina sedang bertemu dengan seseorang yang akhir-akhir ini ia sering temui. Devan, teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai detektif.
3 bulan yang lalu, Reina memutuskan untuk mengajukan kembali kasus kecelakaan yang menimpa mendiang suami dan anak bungsunya yang dulu sempat terhenti karena petunjuk yang sangat minim.
"Jadi gimana Dev?"
"Berdasarkan plat mobil, benar itu adalah mobil milik suami kamu. Tapi kami masih belum tau pasti siapa yang mengendarainya. Jadi, kami memutuskan untuk mengintrogasi suami kamu."
Reina menghela napasnya. "Gimana yang terbaik aja Dev."
Devan mengangguk kemudian bangkit dari duduknya dan pergi ke mobilnya. Dengan langkah yang berat Reina mengikuti Devan masuk ke mobilnya.
Mobil mereka berhenti di pekarangan rumah Reina. Reina mempersilakan Devan untuk masuk. Menghampiri Nathan dan Deon yang sedang menonton tv bersama.
"Ayah dimana?"
"Dikamar Bun, kenapa? Itu siapa?" Reina hanya tersenyum tipis dan menggeleng menjawab pertanyaan anaknya. Kemudian pergi kekamar meninggalkan kedua anaknya yang menatap penuh tanya.
Reina membuka pelan pintu kamar. Terdapat Samuel yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Baru pulang kamu? Darimana aja?"
"Dibawah ada yang cari kamu mas." Samuel mengernyitkan dahinya bingung. "Siapa?" Reina mengendikan bahunya menjawab. Kemudian kembali menyusul anak-anaknya.
Samuel turun dengan santai. Menghampiri orang yang kata Reina sedang mencarinya.
"Dengan Pak Samuel?"
Samuel mengernyitkan dahinya. "Iya saya. Ada urusan apa ya?"
"Anda saya tangkap atas tuduhan tabrak lari. Silakan melakukan pembelaan saat introgasi di kantor polisi." Devan memborgol tangan Samuel kemudian membawanya keluar rumah, tepatnya ke mobil.
"Apa maksud orang itu Bun?" tanya Nathan yang masih kebingungan dengan situasi saat ini.
Reina hanya menggeleng kemudian memeluk putranya. Tak sanggup untuk menjelaskan. "Jadi bener dia yang nabrak Ayah sama Nathan waktu itu Bun?" tanya Deon menggebu-gebu.
Kenangan buruk yang sudah lama Nathan pendam kini terputar kembali diingatannya. Suara teriakan sang Ayah, suara mobil yang beradu dengan tubuh sang Ayah, semua kembali terngiang di kepala Nathan.
"Ayah, Nathan boleh beli eskrim?" Nathan dan Johan, Ayahnya, kini sedang berada disebuah taman. Sesuai janjinya pada Nathan, setelah Nathan keluar dari rumah sakit maka Johan akan mengajaknya ke taman.
"Nggak boleh sayang, kemarin dokter bilang apa hayo."
"Sekali ini aja Yah, please..."
"Yaudah boleh, tapi jangan banyak-banyak ya."
"Iya, janji deh cuma satu. Nathan ke seberang dulu disana ada yang jual eskrim, kayanya enak. Ayah tunggu disini aja jangan kemana-mana."
Karena perasaannya yang tak enak, Johan diam-diam mengikuti Nathan. Hingga sebuah mobil melaju sangat kencang mengarah pada Nathan yang sedang menyebrang.
"NATHAN AWAS!!!" Johan berlari sepenuh tenaga agar bisa menggapai anaknya. Mendorong Nathan sekuat tenaga hingga melupakan dirinya sendiri.
Brakkk
Kejadian itu terus terputar di kepala Nathan. Tangannya yang gemetar meremat dadanya yang berdetak sangat cepat. Tubuhnya ia tumpukan pada Reina yang masih memeluknya.
"ADEK!!" reflek, Deon langsung pergi kekamar mengambilkan obat adiknya.
"Dek! Sstt... Tenang ya ada Bunda disini. Tetap disini sama Bunda ya." Reina membisikkan kata-kata penenang dengan airmata yang mulai mengalir.
Deon datang dengan membawa tabung kecil berisi obat Nathan. Dengan Chandra dan Mahen yang ikut turun karena mendengar keributan.
"Ada apa ini Bun?"
___________
Di kantor polisi, Samuel dibawa ke sebuah ruangan tertutup dengan tangan yang masih diborgol. Ia duduk berhadapan dengan Devan di sebuah meja yang disediakan.
"Apa benar ini mobil Anda?" Devan memulai sesi introgasi dengan menunjukkan sebuah foto mobil ke Samuel.
"Iya benar."
"Apa yang Anda lakukan 2 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 19 Juli?"
Samuel terkekeh kecil. "Saya tahu ini semua tentang kejadian hari itu. Saya bukan pelakunya."
"Bisa Anda jelaskan?"
"Saat itu, saya sedang ada di Bali untuk urusan bisnis. Saya mempercayai supir saya untuk mengurus hal-hal dirumah, termasuk putra saya. Tapi bertepatan dengan kepulangan saya, saya menjumpai mobil yang sedikit lecet di bagian depan. Hari itu juga saya memecatnya."
"Jadi menurut Anda, supir Anda adalah pelakunya?"
Samuel mengangguk. "Saya tidak mengatakan bahwa dia pelakunya. Saya hanya mengatakan apa yang saya lihat."
"Baik, saya akan menyelidikinya. Tapi selama itu, Anda akan tetap kami tahan."
"Bisakah Anda memberi tahu saya apapun tentang supir Anda?"
_______________
28 April 2023
.
.
.Gatau deh hari Minggu update lagi apa nggak. Tapi kalo udah selesai ya langsung update.
Kalo ada typo tandain ya, belum ku cek soalnya
Jangan lupa vote dan komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...