Kini para siswa-siswi SMA Garuda mulai menjalani pembelajaran normal setelah 5 hari melaksanakan Masa Orientasi Siswa. Chandra masuk kelas X IPA 2, sedangkan Nathan kelas X IPA 1.
Hari Senin yang panas ini penuh dengan keluhan siswa yang ada di barisan depan. Lain halnya dengan Nathan. Ia duduk manis di pinggir lapangan ditemani Deon yang merupakan ketua OSIS. Ia ingin sekali kembali ikut upacara seperti dulu. Namun, keluarganya yang protektif tidak akan membiarkannya kelelahan.
Nathan memiliki sebuah riwayat penyakit jantung. 2 tahun yang lalu, ia menjalani operasi transplantasi jantung dan ia dinyatakan sembuh. Namun, dokter tetap menyarankan untuk membatasi kegiatannya agar jantung barunya tidak bermasalah.
Sementara itu, Chandra yang berada dibarisan tengah tak berhenti berdoa agar upacara cepat selesai. Ia menoleh pada Rafa yang ada disampingnya. Rafa adalah satu-satunya teman yang ia kenal saat MOS. Dan Chandra bersyukur ternyata mereka satu kelas.
"Panas gak Raf?"
"Kalo gue jawab adem, itu perlu dipertanyakan. Jelas panaslah anjir!." Rafa ini tipe orang yang kesabarannya tipis.
"Itu kepala sekolah apa gak pegel ya ngomong terus gak selesai-selesai. Beliau mah enak tempatnya adem. Lah kita? Dijemur." lanjutnya.
Chandra terkekeh. "Sabar ya nak."
"Sekian pesan singkat dari saya----"
"Singkat darimana anjir." potong Rafa sambil berbisik.
Upacara yang biasanya berlangsung 35 menit itu kini selesai dalam 60 menit. Banyak siswa yang mengeluh kepanasan terutama kaum hawa.
Pembelajaran berjalan dengan lancar hingga jam pulang sekolah. Di hari pertama pun sudah ada tugas yang harus dikerjakan. Chandra bergegas memasukkan semua barangnya ke tas.
"Ngerjain tugas bareng yok Chan."
"Sorry Raf gue ada les."
"Okedeh." mereka berjalan keluar bersama. "Lo naik apa?" tanya Rafa.
"Bareng bang Deon."
"Oke gue duluan ya Chan." Rafa pulang bersama motornya. Chandra menunggu Nathan dan Deon didepan gerbang.
Nathan datang dengan Jevan, temannya. "Bang Deon belum dateng Chan?" Chandra menggeleng.
"Gue duluan aja deh naik ojek, keburu telat. Bilangin ke bang Deon ya." Sore ini, Chandra ada jadwal les ditempat biasanya. Setelah itu, malamnya ada les bareng Deon dan Nathan dirumah. Nathan berhasil merayu sang Bunda agar diijinkan ikut les. Dan diijinkan, namun lesnya harus diadakan dirumah.
Sampai di tempat les, Chandra dikejutkan oleh seseorang yang memanggil namanya.
"Chandra!" Chandra pun menoleh.
"Lah? Rafa? Lo juga les disini?"
"Nggak juga sih. Gue mau nyamperin Mama."
"Bu Arin itu Mama lo?" Rafa mengangguk. "Anjir. Dunia memang sesempit itu."
___________
Mobil Deon baru saja sampai dirumah. Ia memarkir mobilnya dengan rapi di garasi. Setelah itu mulai masuk ke rumah bersama Nathan.
"Sepi banget bang. Bunda dimana?"
"Tadi sih katanya mau beli cemilan sebentar." Nathan mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Deon.
"Ganti baju sana." mereka masuk ke kamar masing-masing.
Nathan merebahkan tubuhnya sebentar di ranjang. Menelisik ruangan yang kini menjadi kamarnya. Kamar itu sudah di modifikasi oleh Samuel. Mulai dari kasur, meja belajar, semuanya ada 2. Nathan merasa bahwa mereka seperti saudara kembar. Bosan dikamar, ia pun kekamar Deon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...