Samuel terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Pusing mendera saat ia mencoba untuk duduk. Ia pun menyenderkan kepalanya ke ranjang. Ingatannya melayang saat ia tanpa sadar membentak sang istri.
Ditolehnya sang istri yang sudah tak ada di sampingnya. Tak lama, Reina keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya dan handuk yang disampirkan ke bahu.
Tanpa sengaja, pandangan mereka saling beradu. Namun tak lama karena Reina cepat-cepat memutuskan kontak mata tersebut. Samuel berdiri dan menahan tangan Reina saat Reina hendak keluar dari kamar.
"Maaf untuk semalam."
"Jangan minta maaf ke aku. Minta maaf ke Chandra."
"Aku nggak bisa bayangin gimana hancurnya Chandra kalo dia dengar perkataan kamu semalam. Kamu bercanda kan?" lanjutnya.
"Maaf, aku gak sadar semalam. Itu diluar kendaliku. Aku lagi capek karena ada masalah di kantor."
"Kamu juga yang buat Chandra sakit?"
Helaan napas terdengar dari mulut Samuel. "Dia terlalu ikut campur urusanku."
"Urusan apa? Urusan apa yang sampai membuatmu hilang akal dan membuat Chandra seperti itu?!!" Suara Reina mulai meninggi. Tangannya terkepal erat melihat Samuel yang hanya terdiam.
"Renungi kesalahan kamu dan minta maaf ke Chandra." Reina berlalu begitu saja meninggalkan Samuel.
Reina menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Tak lupa juga ia membuatkan sup spesial untuk Chandra. 30 menit cukup untuk menyelesaikan semuanya. Ia mulai menatanya di meja makan.
Reina mendongak saat mendengar suara Mahen menggerutu. Disana ada Mahen yang dengan sabar memapah Chandra walau mulutnya terus mengeluarkan omelan.
"Udah tau masih lemes, tetep aja ngeyel." omelnya.
"Jangan marah-marah mulu kak. Nanti cepat tua."
Mahen membantu Chandra untuk duduk di kursi meja makan. "Loh? Infusnya udah dicabut?"
"Hehe iya Bunda, tadi dicabut kakak. Lagian juga tinggal dikit." Ya, untung saja Mahen dapat sedikit ilmu medis selama tinggal bersama Bara.
"Yaudah tunggu sini dulu ya, Bunda bangunin Deon sama Nathan dulu."
Tak lama, Reina kembali dengan Deon dan Nathan yang ada dibelakangnya. Mereka duduk ditempatnya masing-masing.
"Udah baikan Chan?" tanya Nathan yang dijawabi dengan anggukan oleh Chandra.
Reina mengambilkan sedikit nasi yang disiram oleh sup buatannya khusus untuk Chandra. Ia menaruh mangkuknya dihadapan Chandra. "Dimakan dulu."
"Makasih Bunda."
Semuanya mulai menyantap makanannya. Begitupun dengan Chandra. Dengan lambat, ia mulai memakan makanannya. Tak nafsu sebenarnya, tapi ia tak mau membuat Reina kecewa karena telah susah payah membuatnya.
Samuel datang dan ikut bergabung untuk sarapan. Kedatangan Samuel sukses membuat Chandra bergeming ditempatnya. Ia menyantap makanannya dengan kepala yang terus menunduk. Takut, kejadian semalam kembali terlintas di benaknya.
Mahen yang melihat lambatnya Chandra makan pun berinisiatif untuk membantunya. "Kakak suapi ya?" Chandra tak menolak. Ia mulai menerima suapan demi suapan dari Mahen.
"Dasar manja." pelan, namun ucapan Samuel itu dapat didengar oleh semua yang ada dimeja makan. Bahkan Chandra sampai menghentikan kunyahannya. Ia tahu kalimat itu ditujukan padanya.
Ia pun mengambil kembali sendok yang ada ditangan Mahen. "Aku bisa makan sendiri kak." mendengar itu sontak saja membuat Mahen menatap sinis kearah Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrayan Chandraka ✔
Teen FictionArrayan Chandraka Diumurnya yang kini menginjak 16 tahun itu, sudah diuji oleh kerasnya dunia. Berusaha meluruskan satu persatu, namun takdir berkata lain. Takdir membawanya kepada kehidupan yang baru. Kehidupan yang entah bagaimana kedepannya. Sela...