Chapter Tiga

9.4K 667 24
                                    


Setelah pernikahan keduanya di sepakati,  kini hanya tinggal menentukan tanggal saja, Dan saat ini di kediaman Dewangga Mahesa mereka tengah membahasnya.

"Jadi bagaimana kalau acara penikahan kalian kita adakan dua minggu lagi" Dewangga Mahesa memulai obrolan setelah mereka selesai dengan makan malamnya.

Gracia menatap Dewangga sejenak sebelum beralih pada Shani yang ada di depannya, Perempuan itu tampak santai dan malah mengangguk setuju, Tidak terkejut seperti dia.

"Gimana Gracia kamu setuju?" Tanya Sarah, wanita itu duduk di samping calon menantunya itu.

Gracia tentu saja hanya bisa diam, belum bisa menjawab, bukankah itu terlalu cepat pikirnya.

"Aku ngga tahu Tante, aku ikut ajah" menjawab dengan sungkan, Gracia memilih tidak memberikan saran apapun, dia hanya tahu jika mereka akan menikah lagipula dia tidak cukup berani untuk berpendapat.

"Panggil Mamah ajah, kan sebentar lagi kamu bakalan jadi anak Mamah juga" Sarah tersenyum tulus menyarankan agar Gracia tidak sungkan padanya, tak lupa usapan lembut pada tangannya.

Dan Gracia pantas untuk terkejut, sebab apa yang ia ketahui dulu benar berbanding terbalik, Mana yang katanya ibu judes seperti nenek sihir, Handika benar-benar menipunya habis-habisan.

"Iyah Mah" Jawabnya seperti berbisik, masih kaku dan malu-malu.

"Jadi Gracia ikut ajah yah?"Dewangga kembali memastikan, di jawab anggukan kepala oleh Gracia.

Beralih pada Shani, Ayah dua anak itu juga menanyakan pendapat putri bungsunya "Gimana sama kamu Shan?"

"Kenapa ngga minggu ini ajah pah" Jawaban Shani membuat Gracia melotot padanya, bisa-bisanya perempuan itu berucap enteng seperti itu, Si Indira tersenyum tanpa dosa padanya.

"Lebih cepat lebih baik kan Pah" Lanjut perempuan jangkung itu, dan Gracia semakin melebarkan matanya, sementara Dewangga malah diam memikirkan ide Shani.

"Iyah bener juga kamu, lebih cepat kan lebih baik, oke Fix minggu depan kalian Nikah, Papah yang bakalan urus semuanya, Mamah setujukan"

"Oke Mamah sih setuju ajah, iyah kan Gre?" Gracia menoleh kikuk, matanya kembali normal tak lagi melotot saat menatap Sarah, harus jawab apah dia selain iya.

"Iyah Mah" Jawabnya tersenyum kikuk, dalam hati merutuki Shani yang seenaknya itu.

Shani tersenyum tengil saat tatapan keduanya bertemu dan itu semakin menyebalkan untuk Gracia.

"Mulai sekarang kamu tinggal disini yah Gre" dan kali ini Gracia semakin melebarkan mata, menatap terkejut akan perkataan Dewangga.

"T-tapi Om, kami berdua kan belum resmi menikah" Gracia harus menolak, dia tidak akan nyaman.

Dewangga tersenyum pada Gracia "Ngga apa-apa Shani ngga akan berani macem-macem kok, Papah jamin, lagipupa kalau kamu tinggal disini kami bisa lebih mudah ngejaga kamu, kamu kan lagi Hamil harus banyak di awasi, kami ngga mau kamu sama anak kamu kenapa-napa" Jelas Dewangga.

"Iyah sayang, mamah ngga mau kamu kenapa-napa,  kalau kamu disini mamah bisa rawat kamu dengan baik kan" di ikuti oleh Sarah yang juga menginginkan hal yang sama.

"Lagian kalo gue macem-macem juga lo kan calon istri gue juga, gapapalah" Lagi-lagi Shani berucap dengan sangat santai yang kembali di balas tatapan tajam dari Gracia.

"Shani mulut kamu ini" Tegur Dewangga yang mengerti jika Gracia tidak nyaman..

"Shani bener kan Pah, macem-macem sekarang atau nanti juga sama ajah, Gracia bakal jadi istri aku" Jawab Shani tak mau kalah.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang