Chapter Tiga belas

7.7K 685 35
                                    


Rumah mewah, asisten rumah tangga yang banyak, fasilitas yang lengkap dengan segala kegunaan nya.

Adakah yang lebih sempurna dari ini selama hidup Gracia?

Tidak ada.

Dia tidak harus bangun pagi lagi untuk pergi bekerja, membereskan kamar kostnya,  tidak harus berjalan terburu-buru untuk sampai di terminal, tidak harus desak-desakan di angkutan umum.

Hidupnya berbuah drastis setelah menikah dengan Shani Indira Mahesa, Gracia tidak lagi harus melakukan pekerjaan yang melelahkan sepanjang hari, Sekarang saking tidak harus melakukan apapun dia menjadi bingung mau rebahan dengan gaya apa lagi.

Gracia ingat ucapan Shani saat mereka baru pertama kali pindah ke rumah ini.

"Lo ngga harus ngapa-ngapain, cukup nafas aja sama bahagia, sisanya gue yang lakuin"

Dan Shani menepati ucapannya,  Gracia benar-benar tidak pernah bekerja berat, hanya leha-leha sepanjang hari.

Bukankah harusnya itu sudah cukup?

Kenapa Gracia tak kunjung puas, kenapa dia masih begitu merasa kosong?

Benarkah sosok Shani tidak bisa menggantikan Dika? Benarkan Shani tidak menyentuh hatinya sama sekali?

Jika Iya, kasian sekali Shani kan?

Namun Gracia juga tidak bisa memaksa, mau bagaimana lagi, dia juga mau sebenarnya menerima Shani,  namun sosok Dika benar-benar tidak bisa hilang dari hati dan pikirannya,  sekuat apapun Gracia mencoba, sekuat itu juga hatinya menolak.

Menolak Shani.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, Gracia baru saja selesai memasak makan malam, dia keluar dari dapur menuju kamarnya, untuk mandi selagi menunggu Shani pulang.

Gracia kembali turun setelah menyelesaikan kegiatan mandinya, dia sudah rapih dan wangi, cantik? Jangan di tanya semenjak menikah dengan Shani Gracia makin cantik saja, bagaimana tidak, perawatan mahal tiap minggu yang rutin ia lakukan bersama sang Mama mertua, membuat dia yang dulu sudah cantik, makin menjadi cantik.

Uang memang bisa merubah segalanya, Gracia akui itu.

Gracia duduk di soffa selagi menyalahkan tv, tak lama ia mendengar suara Bel rumahnya,  berpikir sejenak sebelum membuka pintu, siapa yang menekan Bel, jika Shani bukankah dia akan langsung masuk.

Namun daripada penasaran wanita itupun beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu.

Cklek.

Pintu terbuka, Gracia dapat melihat sosok seorang yang dia kenal, Berdiri memunggunginya, tubuh tinggi tegapnya yang begitu Gracia kenal, perempuan tinggi dengan setelan kantornya itu adalah Shani Indira. 

namun kerutan di dahi Gracia muncul, tentang kenapa Shani tidak langsung masuk saja, apakah dia sengaja menunggu Gracia membuka pintu dan menyambut nya.

"Shani?" Panggil Gracia karena sedari tadi perempuan di depannya ini tidak kunjung mau membalikan tubuhnya.

Dan setelahnya tubuh itu akhirnya berbalik, berdiri di hadapan Gracia dengan satu buket bunga di tangannya,  di sodorkan bunga itu kehadapannya.

"Shan?"

"Buat lo" kata si Indiria tersenyum manis pada Gracia.

Dan, apakah Gracia tidak salah, dadanya berdebar sekarang, dengan ragu dia menerima bunga dari Shani,  masih dengan degup jantungnya yang tidak normal, juga senyumnya yang berusaha ia tahan, namun apakah Shani bisa melihat pipinya yang bersemu, pasalnya ia merasa wajahnya panas sekarang.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang