Chapter Delapan Belas.

8.3K 726 90
                                    


Tidak dapat mengabaikan apa yang terjadi, tidak bisa untuk tidak peduli, nyatanya itu sangat menganggu, tidak seperti dugaan sebelumnya.

Membayangkan Shani bersama wanita lain ternyata tidak semudah itu, tidak sesederhana pikirnya dulu.

Nyatanya, sekarang dia resah, dia tidak tenang, dia takut.

Takut jika Shani mungkin akan tergoda pada pesona Abby,  bukan tidak mungkin sebab Gracia juga tau jika Abby itu memiliki rupa yang lumayan menarik.

Gracia merasa tidak aman untuk itu.

Gracia diam duduk termenung memandang gelas berisi jus yang tidak di sentuh oleh Abby, kata-kata wanita itu terus berputar di kepalanya, Gracia tidak bisa lupa pada setiap ucapan dari wanita itu.

Semakin dia mengingat semakin hatinya di landa resah.

"Kenapa aku ngga suka dia deketin Shani,  apa itu wajar?" Gracia menghela nafas pelan, memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"Aku ngga suka"

Gracia tidak akan salah sangka, dia memang tidak menginginkan Wanita itu mendekati Shani, tidak juga mau sampai Shani pergi dari sisinya.

Namun Gracia juga masih tidak bisa melupakan Dika.

Gracia mengusap wajahnya, menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangan, sesekali dia remat rambut panjangnya itu untuk meluapkan kekesalan dalam hatinya.

Gracia masih tidak rela mengetahui jika Abby sudah pernah seintim itu dengan Shani.

Memijat kepala Shani, Gracia tidak suka, dia tidak rela.

*****

Shani duduk diam, bersandar pada Headboard selagi memainkan jemarinya sendiri, termenung menunggu Gracia kembali.

"Gracia aneh banget, apa dia cemburu?" Shani bertanya pada dirinya sendiri, sikap yang baru saja di tunjukkan Gracia membuat dia tidak mengerti.

Sang istri tiba-tiba saja bersikap posesif padanya.

Apakah Shani salah menduga, bukankah tadi itu seperti seseorang yang tengah cemburu.

"Apa gege udah suka sama gue yah?" Sudut bibir perempuan itu tertarik memikirkan kemungkinan itu, kemungkinan jika Gracia sudah mulai menyukainya.

Shani makin tersenyum senang karenanya "Gue yakin gege udah mulai suka sama gue, tadi itu dia pasti cemburu"

Shani memang harus yakin, lagipula dia itu benar kan, siapa yang bisa menolak pesonanya.

Pesona seorang Shani Indira Mahesa.

"Cemburu bukan sih?" Baru saja yakin tiba-tiba saja dia ragu lagi.

Shani melipat bibirnya kedalam, mulai prustasi dengan situasi saat ini, dalam hati mungkin senang, namun ketidak jelasan ini masih membuatnya resah.

Di tengah lamunannya Shani di sadarkan dengan suara pintu yang terbuka, wajahnya terangkat melihat tepat ke arah seseorang yang sedari tadi ia pikirkan.

Gracia.

Tentu saja siapa lagi, wanita itu masuk dengan membawa piring yang terdapat buah-buahan di atasnya, berjalan mendekat pada Shani,  duduk tepat di sisi Shani seraya meletakan piring berisi buah itu di atas meja.

Shani tersenyum memperhatikan Gracia, melihat dia yang peduli padanya, apalagi yang lebih membahagiakan daripada ini. Namun melihat wajah murung dari wanita hamil ini membuat Shani sedikit tidak enak.

Tidak ada tatapan ramah seperti biasa, masih sinis seperti tadi.

Apakah Gracia masih marah.

"Ge?" Shani memanggil, namun beberapa saat menunggu Gracia tidak kunjung menjawab, tangan wanita itu malah terulur memberikan potongan buah apel untuk Shani.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang