Chapter Empat Puluh Tujuh.

10.3K 783 152
                                    

Lengkap dan sempurna.

Iyah, itu adalah kata yang bisa untuk menggambarkan kehidupan seorang Shani Indira Mahesa saat ini.

Bagaimana tidak, jika di lihat kebelakang,  maka siapa yang akan menyangka jika Shani akan menjalani kehidupannya saat ini.

Seseorang yang di tinggalkan oleh cinta pertamanya, membuat dia menjadi manusia yang tidak lagi bisa mempercayai perasaan semacam itu, sebab ia sudah beberapa kali mencoba, namun nihil,  tak lagi bisa ia temukan perasaan seperti itu lagi di hidupnya.

Bermain, pemepermainkan, berlari dari satu wanita ke wanita lain.

Hanya untuk bersenang-senang.

Bukan tak mau serius, tapi tidak bisa, sebab apa tak ada yang mampu untuk mengetuk pintu hatinya.

Sebelum, ia bertemu dengan Gracia Harlan.

Wanita, yang kini telah resmi menjadi pendamping hidupnya hampir Tujuh tahun lamanya.

Wanita cantik yang mampu membuat seorang Shani bertekuk lutut di pandangan pertama.

Aneh, Namun nyata adanya.

Jika bukan Gracia, maka siapa yang bisa membuat Shani benar-benar melupakan masalalu nya.

"ZEEEE!" Teriakan dari luar kamar milik bocah kecil berusia lima tahun itu, sebuah suara melengking yang dia tau milik siapa, suara yang menandakan kemarahan itu, membuat gadis kecil itu seketika menegang di tempat.

"Mommy!" Ia bersuara pelan, panik, dan takut, semuanya menjadi satu.

Tap...tap...tap...

Setiap langkah kaki itu membuat bulu kuduknya makin berdiri, mau kemana? Apakah dia harus kabur, tidak mungkin bisa rasanya.

Tap..

Dan, seketika suara sepatu itu tepat berhenti di belakangnya,  dan yah, dia tidak bisa kabur.

Seketika ia memutar tubuh pelan, wajahnya mendongkak untuk melihat ke atas, tepat bertemu dengan wajah sang ibu yang menatapnya sedikit tajam.

"Momm?" Cicitnya.

"Siapa yang nyuruh kamu makan coklat sebanyak ini hah?" Sentak Gracia.

Dan, Zee langsung meringis setelahnya,  dia belum menjawab, masih takut.

Gracia membuang nafas kasar "ganti pertanyaannya, siapa yang beliin kamu coklat sebanyak ini??" Mustahil sekali Zee bisa membeli coklat sebanyak ini sendiri kan.

"Zee, Jawab Mommy!!" Tekan Gracia lagi.

Anak itu menatap lekat sang ibu, raut takut jelas tercekat disana, namun dia belum juga bersuara, kini kepalanya menunduk kebawah.

"Zee, kalau ada yang nanya itu di jawab, jangan diem ajah kaya gitu" semakin tegas saja nada bicara Gracia.

"Maafin Zee Momm" kata anak itu pelan.

"Mommy ngga akan maafin Zee sebelum Zee Jawab siapa yang beliin coklat ini buat Zee" Zee kembali mau mengangkat kepalanya "Zee yang beli Momm" Ia menjawab juga pada akhirnya.

Gracia kembali menghela nafas berat, bagaimana bisa anak umur lima tahun membeli coklat sebanyak ini, jikapun bisa, darimana dia mendapatkan uang nya, apakah Shani?

"Di beliin siapa, Jawab Mommy, kalau Zee ngga jujur, Mommy buang semua Dinonya!" Ancam Gracia yang langsung membuat sang anak membulatkan mata kecilnya.

"No Momm, jangan!" Geleng anak itu cepat "Zee yang beli Momm, tapi uangnya minta Dadda" jujur anak itu pada akhirnya.

Baiklah, siapa lagi jika bukan Shani.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang