Chapter Tiga Puluh Delapan.

12.8K 926 306
                                    


********
.
.
.
.

Matahari kali ini sepertinya lebih cerah dari biasanya, ntahlah, mungkin karena suasana hati Shani tengah begitu bahagia, ia sudah bagun sejak setengah jam yang lalu, namun dia masih betah tak mau beranjak, masih betah memandangi wajah tenang dari sang istri yang masih terlelap.

Shani tidur tengkurap selagi memangku dagunya dengan kedua tangan, ia tersenyum lalu mendekat untuk mencium hidung mancung Gracia, ntah kenapa di bagian itu terlihat begitu menggemaskan.

"Cantik banget sih" puji Shani setelah wajahnya kembali menjauh, dan Gracia masih tenang tidak terusik sama sekali.

Shani tidak akan pernah berhenti untuk bersyukur, sebab tuhan menitipkan Gracia sebagai istrinya.

Dan karena tidak tahan Shani kembali mendekat dia mencium seluruh wajah Gracia,  kedua pipi hidung mata dahi juga bibir wanita itu, berkali-kali hingga sang pemilik wajah akhirnya terganggu.

"Eeuuh" Shani segera menjauhkan wajahnya, ia terkekeh pelan melihat Gracia membuka sedikit matanya dengan bibir yang ia majukan sedikit, nampaknya ia kesal karena tidurnya terganggu.

"Morning sayang" sapa Shani dengan senyum manisnya menyapa Gracia begitu lembut.

"Hmm, ganggu ajah kamu" namun, bukannya membalas, Gracia malah mengeluh akan sikap Shani tadi membuat si Indira mencebikan bibir .

"Hehe abisan aku gemes liat muka kamu" namun, apakah Shani berani untuk marah.

"Aku masih ngantuk Shani!"kata Gracia kembali menutup matanya.

"Yaudah tidur lagi aja gapapa"

"Jangan ganggu kamunya" titah wanita itu.

"Iyah, diem aja ini aku" Jawab Shani 

Namun baru lima menit.

Cup cup cup cup cup cup.

Shani kembali menghujamii wajah Gracia dengan ciumannya membuat Gracia mengeluh karena Shani kembali mengganggu tidurnya

"Issshh  shaniiii" kesalnya selagi membuka mata menatap sedikit tajam pada Shani yang malah tersenyum tanpa dosa.

"Hehe  aku udah diem kok, lima menit tadi, tapi aku ngga tahan lagi" Gracia lantas mencebikan bibir "jam berapa ini?" Tanyanya.

"Jam Tujuh"

"Kamu ngga kerja?" Bukankah harusnya si Indira sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor, namun kenapa dia masih disini bersama Gracia,  dan kenapa juga tadi tidak bilang jika ini sudah jam tujuh.

"Aku mau libur, aku mau ngabisin waktu aku sama istri aku, aku mau seharian sama kamu"  apakah Gracia sadar  selama pertengkaran mereka, hampir sangat jarang mereka bersama, dan kali ini Shani mau menebus itu, dia akan memberikan seluruh waktunya untuk Gracia sekarang.

Dan, apalagi yang tidak Gracia syukuri sekarang.

"Dasar Bos Bandel" ledek Gracia selagi menjepit hidung Shani dengan jari telunjuk dan tengah yang ia tekuk.

"Iiihh  aku gak bisa nafas" kelu Shani dengan suara bindengnya membuat Gracia tertawa kecil .."Biarin, bandel sih ganggu aku tidur" Gracia masih tak melepaskan, kalau begini bisa merah hidung Shani,  namun lagi-lagi dia tidak bisa marah.

"Hehe, iya iya maaf  lepasin yah"

Gracia melepaskan tangannya, dan benar hidung Shani jadi merah, dan dia makin tertawa melihat itu, Shani seperti badut.

"Aku laper" adu Shani, iyah sejak setengah jam yang lalu dia terbangun karena merasakan lapar.

Gracia tersenyum mencubit sekali lagi hidung Shani, jadi itu alasan dia mengganggu tidur nya "Yaudah makan sana"

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang