Chapter Empat Puluh Tiga.

9.5K 831 208
                                    


*******
.
.
.
.

Tidak pernah Shani bayangkan dia akan mengalami ini, melihat Gracia yang masih tidak sadarkan diri setelah kecelakaan itu terjadi membuat ia begitu khawatir.

Juga, perihal anak mereka.

Bagaimana Shani menjelaskan itu pada Gracia.

Ia tidak berhenti mencium punggung tangan Gracia yang tengah ia genggam, berdoa pada tuhan agar sang istri cepat membuka matanya.

Karena Shani tidak kuat melihat Gracia seperti ini lebih lama.

Shani tidak akan kemana-mana,  dia akan disini, menghadapi kesedihan Gracia saat wanita itu mengetahui jika anaknya telah tiada, Shani akan tegar untuk itu.

Dia akan menjadi tempat bagi Gracia untuk meluapkan semuanya, ntah amarah atau kesedihan.

"Tolong bangun sayang!" Ia usap airmatanya yang kembali hadir, Shani menarik nafas dan menghembuskannya pelan, menutup mata merasakan dadanya yang kembali sesak kala melihat perut Gracia yang telah rata.

Anak mereka, tidak adalagi disana.

"Maafin aku!" Menyesal, itulah yang tengah ia rasakan sekarang.

Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi.

Jika saja, Shani tetap pulang ke rumah, bukankah ini tidak akan pernah terjadi.

******

.
.
.

Joko sadar lebih dulu, saat ini dia tengah di temani oleh istri juga  orangtuanya, tak lama Shani datang ke ruangannya.

Shani tersenyum melihat supir pribadinya akhirnya membuka matanya.

"Bos" Ucap si Joko, ia menangis kala melihat wajah Shani,  merasa begitu bersalah karena dia lalai, akhirnya kecelakaan ini terjadi.

"Maafin saya Bos" Katanya, Shani tepat menggelengkan kepalanya, jangan meminta maaf, karena ini bukan kesalahannya.

Shani sudah tau kronologi kecelakaan yang menimpa dia dengan Gracia,  dan untuk supir truk itu juga telah di amankan.

Pria itu jelas bersalah karena berkendara dalam keadaan mabuk, hingga menyebabkan kecelakaan ini terjadi.

Shani tidak bisa untuk mengamuk atau memukul pria itu, dia telah kehabisan tenaganya.

Kehilangan anaknya membuat Shani sekaan kehilangan kekuatannya juga.

Dan untuk kabar anak Shani, Joko juga belum tau.

Jika dia tau, mungkin dia akan makin merasa bersalah.

"Lo nggak salah, jangan ngerasa bersalah jok, dan makasih buat tetap hidup" Shani bersyukur karena joko juga selamat karena jika dia juga tiada, ntah apa yang akan terjadi pada hidupnya.

Kehilangan semua orang yang begitu penting untuknya, bukankah itu akan sangat memilukan.

"Maafin saya Bos, Maafin saya" Shani kembali menggeleng,  ia memegang tangan si Joko untuk sekali lagi meyakinkan laki-laki itu jika dia tidak bersalah.

"Jangan Minta maaf, lo ngga salah, kalo lo ngga keberatan,  gue pengen tau satu hal, saat kecelakaan itu terjadi,  sebenarnya kalian mau kemana?"

Si Joko diam, sebelum akhirnya ia menceritakan semuanya.

.
.
.
******

Shani menunduk, masih tidak percaya Vienny adalah orang seperti itu, kenapa ia melakukan itu, kenapa?

Haruskah ia menghancurkan hidup Shani untuk kedua kalinya.

Namun, yang pantas disalahkan disini adalah.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang