Chapter Tiga Puluh Tiga.

8K 750 243
                                    

.
.
.
.
.

Tengah malam sekali, sekitar pukul dua Shani baru tiba di rumahnya, perempuan itu berjalan kearah pintu dan membukanya.

Harusnya Gracia sudah tidur kan, itu bagus karena Shani benar tidak mau bertemu dengan wanita itu.

Shani melihat ke arah soffa di ruang tamu, tidak ada dia di sana Shani bernafas lega, lagipula tidak mungkin wanita itu menunggunya kan.

Kembali berjalan melewati ruang keluarga,  tidak ada Gracia juga, sudah jelas wanita itu pasti ada di kamarnya.

Shani meletakan tas kerjanya di atas meja, berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum.

Namun, apa yang Shani lihat ini, kenapa dia ada disini.

Melihat Gracia yang tengah tertidur di  meja makan dengan makanan yang masih rapih tidak tersentuh.

Apakah dia menunggu Shani?

Shani menatap wanita itu, lantas keningnya mengekrut,  kenapa dia ada disini, kenapa makanan ini juga belum ada yang di makan, kenapa?

"Dia nungguin gue?" Monolognya,  tapi Shani menolak untuk meyakini itu, tapi kenapa wanita ini malah tidur disini, Shani berdecak kesal, posisi tidurnya benar tidak nyaman sekali.

Dan, apakah dia harus membangunkan nya.

Shani menutup sejenak matanya selagi menghembuskan nafasnya pelan,  dia tidak memiliki pilihan lain.

Bagiamanapun Gracia tengah hamil, Shani tidak mau di salahkan jika wanita ini dan anaknya sampai kenapa-napa.

"Gracia" Ia memanggil sekali, tidak ada sahutan, sepertinya tidur nya benar nyenyak, padahal posisinya benar tidak nyaman, lagi-lagi Shani menghela nafasnya.

"Gracia??"

"Eugh"  itu berhasil, di Panggilan kedua akhirnya tidur Gracia terusik juga, mata wanita itu lantas terbuka, Gracia menegakan punggungnya dapat ia rasakan punggungnya benar sakit dan tangannya juga kebas karena menjadi bantalan kepalanya.

Ia menguap kecil masih berusaha mengumpulkan kesadaran,  lantas setelah sepenuhnya sadar ia bisa melihat dengan jelas Shani tengah berdiri di depannya.

Jam berapa ini.

"Kamu pulang?"Ucap Gracia terdengar parau, mendengar itu kenapa Shani merasa sangat tidak tega.

"Gue emang ngga peduli lo mau tidur dimana aja, tapi lo lagi Hamil lo juga harus pikirin anak lo" Kata Shani dengan ketus

Gracia sama sekali tidak tersinggung, dia mulai terbiasa dengan sikap Shani.

"Aku nunggu kamu, aku pikir kamu ngga pulang, tapi aku seneng kamu pulang Shani,  makan dulu yah, aku panasin dulu"

Alis Shani makin menaut, ada apa dengan Gracia, kenapa dia semakin bersikap baik pada Shani,  jangan katakan jika dia tengah berpura-pura lagi sekarang.

Menunggunya katanya? Tidak mungkin kan.

"Gracia, gue bilang Stop lakuin ini, lo ngga harus pura-pura peduli lagi sama gue, gue udah tau semuanya  dan berhenti masak buat gue, gue nggak mau, satu lagi jangan bilang lo nungguin gue, gue ngga akan percaya"

Shani akan menolak itu, percaya pada Gracia,  dia tidak akan melakukan nya lagi.

Sakit, apakah sebegitunya Gracia menyakiti Shani hingga perempuan itu benar tidak bisa melihat kejujuran nya.

Namun Gracia mengalah, dia tersenyum, pelan pelan saja, dia tidak akan memaksa Shani.

"Aku panasin bentar yah"

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang