Chapter Lima

8.9K 663 38
                                    


Dan Shani tidak merubah apapun, membukakan pintu mobil untuk Gracia,  menunggunya keluar seraya mengulurkan tangan yang untungnya tidak di tolak,  menggandeng tangan Gracia sampai mereka masuk kedalam rumah, Gracia bukan suka hanya saja dia tidak mau berdebat, lagipula hanya gandengan tangan kan.

Mereka masuk kedalam rumah, ada Sarah disana tengah duduk selagi membaca majalah, di taruh majalah itu saat melihat anak dan menantunya.

"Eh, kalian udah pulang?" Tanyanya bergeser duduk untuk dekat dengan Gracia, "Ngga kecapean kan, Mamah khawatir takut kamu kenapa-napa" Ia memastikan bahwa Gracia tidak kelelahan.

Sang menantu hanya tersenyum membalas ibu mertuanya, meyakinkan jika dia tidak apa-apa "Ngga Mah, aku ngga kecapean kok" Jawabnya.

"Syukurlah" Balas Sarah tersenyum selagi mengusap kepala Gracia,  dapat perempuan itu rasakan ketulusan dari Sarah membuat dia begitu nyaman, dan Sarah memang benar-benar berbeda dari apa yang di ceritakan Dika sangat jauh malah.

Shani hanya diam tidak mau ikut menimpali, biarlah sekarang hanya ada Gracia dimata sang ibu, dia tidak cemburu juga, malah dia senang karena ibunya bisa begitu menyayangi Gracia.

"Oh yah kalian bakalan tinggal disini terus kan?" Sarah bertanya,  sontak Gracia dan Shani saling melihat.

"Ngga" itu Shani yang menjawab, Sarah lantas cemberut saat si bungsu menjawab begitu.

"Ih kenapa, kalian mau ninggalin Mamah?" Katanya sedih.

Shani menghela, lalu tersenyum "Mamah lupa? aku udah beli rumah kan, rumah yang bakalan aku tempatin kalau aku udah nikah, dan karena sekarang aku udah nikah aku bakalan bawa istri aku kesana" Shani menjelaskan, Sarah tau itu, perihal rumah yang Shani maksud juga dia tau, rumah yang dia beli satu tahun lalu itu.

Namun Mamah Sarah tetap tidak bisa terima, dia mau si bungsu dan Menantunya tetap ada disini.

"Pindahnya pas Gre ngelahirin aja yah, Mamah pengen rawat dia Shan" Sarah masih mencoba membujuk, dia memang serius ingin merawat Gracia.

Gracia diam tidak ikut menimpali, sejujurnya akan lebih nyaman jika mereka keluar dari rumah ini, membuat dia tidak harus bersandiwara menerima Shani sebagai pasangannya, Namun melihat Mamah Sarah dia jadi tidak tega.

Dan sebenarnya Shani ingin sekali mengabulkan permintaan sang Mamah bukan hal yang sulit juga, namun kenyamanan Gracia jauh diatas segalanya, dia tau istrinya itu tidak mau tinggal disini,.

Shani perhatian sekali bukan.

Dan jika menunggu Gracia melahirkan baru mereka pindah apakah itu mungkin,  Shani saja tidak tau apakah mereka akan tetap bersama nantinya.

"Mamah ngga perlu khawatir,  aku bakalan pekerja kan sepuluh Art buat bantu Gracia,  dia ngga akan kecapean Mah, Mamah percaya Shani kan, lagian biarin kami buat mandiri yah, Shani janji bakalan jaga menantu kesayangan Mamah ini" Shani mencoba menenangkan,  dia mendekat dan mengusap tangan sang Ibu dengan lembut.

"Gapapa yah Mah?" Pintanya lagi, Sarah masih diam Namun dengan lesu dia mengangguk, mau bagaimana lagi itu sudah perjanjian antara Dia dan Shani jika si bungsu akan meninggalkan rumah saat sudah menikah.

Shani tersenyum menarik sang ibu kedalam pelukannya "Maafin Shani Mah, tapi gege lebih penting sekarang" dia mengusap punggung sang ibu mencoba menenangkan nya, tatapannya beralih pada Gracia yang nampak tidak enak saat melihat Sarah, namun Shani tersenyum seolah mengatakan pada Gracia bahwa semuanya akan baik-baik saja.

*****

Di dalam Kamar Gracia menghentikan sejenak kegiatannya yang tengah merapihkan baju, ada yang harus dia tanyakan pada Shani.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang