Chapter Sebelas

7.9K 637 13
                                    


Pulang kembali ke rumah dengan selamat, pasangan pengantin baru itu berjalan beriringan masuk kedalam rumah, pancaran bahagia jelas terlihat dari raut wajah keduanya yang tidak berhenti tersenyum, apalagi Shani indiria, rona bahagia jelas ketara sekali di dirinya.

Meski saat masuk kedalam kamar, menjadikan suasana hati Shani jadi sedikit kesal, melitat ranjang mereka yang masih terpisah.

"Lo ganti baju duluan ajah Ge gue keluar dulu" kebiasaan saat Gracia akan mengganti baju dengan Shani yang akan otomatis keluar.

Padahal liat dikit mah tidak apa-apa toh mereka sudah menikah, Namun karena perjanjian itu terpaksa Shani harus menuruti, tidak mau Gracia marah.

"Iyah, nanti aku siapin baju kamu juga"

Shani kembali pada mode bahagianya "Iyah siap" Katanya dengan semangat, setelahnya dia keluar dari kamar mereka.

Shani berjalan turun, membuka pintu belakang rumahnya, terdapat taman kecil disana, mencari sesuatu dari saku celana yang ia pakai, setelah dapat ia ambil barang itu, sebungkus Rokok juga korek.

Shani mengambil satu batang dan mulai menyalakan korek nya, mulai menyesap benda itu, membuat asap keluar dari mulutnya, rokok yang di jepitkan diantara jari telunjuk dan tengahnya itu, bergantian keluar masuk mulutnya.

Sejujurnya di tengah perasaan bahagia ini terselip rasa sedih di hati Shani, keyakinan yang semula penuh perlahan berkurang lagi, Shani tidak sepercaya diri itu untuk membuat Gracia bisa bersamanya.

Bukan hal yang sulit jika saja Gracia tidak terjebak di masalalunya, Shani takut tidak bisa bersaing dengan Dika, laki-laki yang masih ada di hati Gracia.

Shani tidak mau gagal lagi.

Sebab dia tidak tau apakah bisa memulai lagi.

Shani mungkin mudah di cintai, tapi dia juga sangat sulit mencintai, Gracia mungkin bukan cinta pertama nya, namun Gracia lah yang bisa membuat dia melupakan cinta pertamanya.

Dan jika Shani saja butuh waktu yang lama untuk kembali jatuh cinta, bukankah Gracia juga mungkin begitu.

Bagaimana jika sekalipun Dika itu brengsek tapi jika bagi Gracia dia adalah cinta terbaiknya, Shani bisa apa.

Haruskah Shani menyerah dari sekarang?

Shani membuang Rokoknya yang telah habis ke bawah, menginjak rokok yang masih menyala itu agar padam, lanjut lagi mengambil satu batang selanjutnya.

"Gue ngga percaya diri Ge, tapi gue juga ngga mau kehilangan lo"

Shani kesal, juga sedikit prustasi, tidak percaya dia ada di tahap ini, sedikit menyesal kenapa menyetujui menikahi Gracia, mungkin jika kemarin dia menolak dia tidak akan merasa sesesak ini.

Masih menjadi Shani yang bebas, masih menjadi Shani yang Playgirl dengan segudang wanitanya, Masih menjadi Shani yang brengsek tapi tidak memiliki beban perasaan.

Namun waktu tidak bisa di putar ke kiri kan, sekalipun menyesal, Shani tidak bisa menampikan jika dia bahagia.

Bahagia bertemu Gracia, meski hanya dia yang jatuh dalam cintanya.

*****

Hampir setengah jam dari saat Shani keluar, perempuan itu belum juga kembali ke kamar, padahal Gracia sudah selesai berganti baju sedari tadi, wanita itu tengah duduk bersandar di Headboard, menunggu Shani, mungkin?

Hanya aneh saja tidak ada perempuan itu.

"Shani kemana yah, apa dia keluar?" Gracia tidak bisa fokus pada novelnya, melihat kembali ke arah pintu yang masih tertutup.

"Tanggung Jawab" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang