Chapter 07: Soulmate is Like Bestfriend

218 14 0
                                    

Soulmate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soulmate.

Terus saja satu kata berbahasa Inggris itu terus terngiang-ngiang dalam benak Galan.

Tak hanya itu saja, dia juga bingung dan selalu berkata "tidak" saat semua teman-teman sekelasnya bertanya tentang,

"Who's your soulmate?".

Aneh memang, tapi begitulah zaman sekarang-apalagi situasi saat ini. Ya, itulah menurut Galan sendiri. Dunia beserta para penghuninya lama-kelamaan semakin random dan aneh.

Dan Galan pikir, ia tidak memiliki soulmate, dan malah ia berpikir lagi dan lagi. Apa soulmate itu ada hubungannya dengan dunia percintaan? Maksudnya, dia menjadi berpikir jika soulmate adalah sosok seseorang yang penting dalam hidupnya. Tapi, ada benarnya juga bagi Galan saat ia berpikir lebih dalam lagi.

Dan memang benar, artinya saja sudah "belahan jiwa", bagaimana mau dibilang "sosok yang penting dalam hidup"?

Sesaat tengah memikirkannya, Rian datang membawa nampan yang berisi sepiring nasi dengan lauk telur dadar, kemudian ada sambal dan ayam goreng. Makanan yang enak untuk makan siang untuknya hari ini.

"Lo lagi mikirin apa, sih?" Tanya Rian. Aneh kalau Galan itu sesekali melamun. Bukan seperti biasanya memang.

"Soulmate gue siapa?" Tanya Galan dengan tangan kanannya menopang kepalanya. Dia bosan, dia lelah, dia juga... Ah, sudahlah, ini membuatnya bingung, seperti tumpukan tugasnya yang belum terselesaikan dari kemarin. Kasihan, tapi nasib.

"Soulmate? Oh, yang sekarang sering di bicarain sama anak-anak lain itu, ya?" Menurut Rian yang diangguki Galan.

Rian menggelengkan kepalanya yang kemudian tangannya megambil sesuap nasi beserta telur dadar. Ia berkata setelah mengunyah nya habis. "Nggak usah dipikirin, pikirin aja tuh gimana buat besok, soalnya tugas lo udah numpuk bejibun di kamar tahu nggak?" Ujarnya ditatap tak percaya.

"Lo nggak membantu sama sekali."

"Tapi seenggaknya gue bales pertanyaan lo itu. Daripada ngomong sama tembok, apalagi patung." Ujar Rian yang langsung ditatap tajam oleh Galan yang berwajah bingung.

"Siapa?"

"Hah?"

"Nggak, nggak jadi." Kata Galan pergi meninggalkan Rian yang tengah asyiknya menyantap kembali makan siangnya. Sudahlah, masalah Galan bisa ia lanjutkan nanti. Lebih baik mengisi perut yang kosong tak terisi dengan makan siang yang ia makan itu.

"Galan aneh lama-lama. Virusnya udah ketularan kayaknya." Ujar Rian lalu melanjutkan lagi aktifitas nya.

***

"Soulmate mulu lo pada omongin. Kenapa nggak
sekalian aja tuh, pelajaran noh lo pada gibahin coba." Gumam Galan melihat teman-teman sekelasnya.

Tiga Belas Harapan (Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang