Chapter 13: H-1 EVENT

157 14 0
                                    

Awalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya... Langit tak terlalu mendung seperti saat ini, akan tetapi, pada pukul tujuh pagi lebih lima menit, hujan mulai turun membasahi jalanan yang di lihat Varez saat ini. Sejak pukul tiga pagi, remaja yang sering dibilang berbadan bongsor nan tinggi itu sudah duduk di bangku dekat perbatasan antara kawasan luar dengan kawasan bagian dalam gedung asrama laki-laki.

Dia sedang menunggu seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak ada kehadirannya di asrama. Bukannya rindu, melainkan ia hanya menunggu kedatangan saudaranya itu, Alvino Aksara Pratama. Vino yang menyuruh Varez untuk menunggunya di luar. Katanya, Vino ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting padanya.

"Lo kapan nyampenya sih, Vin?" Monolog Varez yang kemudian memutuskan duduk setelah lama berdiri, mungkin sekitar ada lima belas menit berdiri sepertinya. Dia lelah, ditambah kakinya yang sudah lelah rasanya setelah berdiri sangat lama.

Saat hendak ingin duduk, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya sedikit keras. Varez terkejut, lalu membalikkan tubuhnya.

"Loh... Vino?! Lo kapan nyampenya?!" Itu Vino, yang tadi menepuk pundak Varez. Si empu hanya memasang wajah datarnya.

"Gue dari tadi udah dateng sebenarnya, cuman itu, si Akhtar bersaudara bilang mau traktir gue. Mana boleh nolak katanya," Kata Vino kemudian duduk tanpa permisi. Varez dibuat kesal olehnya, namun, yasudah, Varez duduk di sebelahnya.

"Jadi, lo mau ngomong sepenting apa sih sebenernya?"

"Hm? Oh, yang itu, ya?" Vino tersenyum, sementara Varez dibuat bingung dengan wajah itu. "Gue mau ngomong, ini penting banget."

"Penting apaan?" Tanya Varez.

"Nih, dari Lian," Kata Vino kemudian memberikan sekotak kado berwarna hitam dengan tali pita berwarna putih. Varez menerimanya, lalu saat ingin membukanya, Vino menutup kotak itu. Vino berkata, "Dibukanya waktu di kamar aja ya, oke?" Katanya lalu berdiri dari bangku.

Varez mengangguk, karena kotak itu kecil, ia pun memasukannya ke dalam saku hoodie hitam miliknya. Tapi, Vino dengan cepat mengambil alih kotak tersebut, lalu memasukannya ke dalam paperbag hitam miliknya.

"Gue aja yang bawa." Kemudian Vino berlalu pergi meninggalkan Varez sendirian seorang diri.

***

Akhtar bersaudara kini diajak oleh Astra, entah kemana tujuannya. Astra, anak itu sejak tadi terus menarik lengan Nalendra yang sementara Devan berada di belakang mereka berdua.

"Ayo, ada yang mau Astra tunjukkin!"

"As, bisa lepasin dulu gak sih, pegangannya?"

Tiga Belas Harapan (Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang