“Bang Galan!”
Keduanya pun menoleh. Orang yang mereka bicarakan tadi langsung menghampiri mereka.
Rakha tengah berlari menuju ke arah mereka berdua. Dengan wajahnya yang lesu karena berlari, lalu rambutnya yang acak-acakan, kini sudah berhasil sampai di depan keduanya.
”Ngapain lari-lari, Bang?“ Tanya Juan. Saat ini Rakha membungkukkan tubuhnya dan memegang kedua lututnya. Menetralkan napasnya yang tak beraturan itu.
”Itu.... Ju-juan....“
”Juan? Kenapa sama Juan? Anaknya aja disini sama gue dari tadi, kok.“ Tunjuk Galan ke arah Juan. Juan seketika bingung. Ada apa dengan dirinya? Dia baik-baik saja.
Rakha mendongak. Kedua netranya menatap sebentar pada Juan, kemudian berdiri dan masih menetralkan napasnya sedikit-sedikit.
Sudah agak mendingan, akhirnya ia pun tersenyum seperti biasa. Sampai kedua matanya hampir tidak terlihat, hanya segaris saja kalau di bayangkan.
”Sawan lu?“
”Bang Galan suka ngawur.“ Ucap Rakha memukul pelan pergelangan tangan Galan. Si empu hanya tertawa kecil, kemudian keduanya berhenti bercanda.
Galan pun berucap. ”Tadi capek, terus lari-lari nggak jelas. Habis itu nanya si Juan malah senyam-senyum. Aneh lama-lama.“ Galan melipat kedua tangannya di depan dada. Yang di tatapnya cengengesan.
Kemudian Rakha beralih pada Juan. Anak itu sudah tidak terkejut seperti tadi. Namun tatapannya masih bingung. Rakha mengapa memanggilnya tadi?
”Bang Rakha ngapain kesini? Ngapain nyari Juan sampai lari-lari begitu?“ Tanya Juan bingung.
”Juan sendiri, memangnya nggak juga?“ Juan terdiam. Memang, dia tadi juga sama. Berlari-lari tidak jelas mencari di mana Rian berada.
”Udah, jangan pada ribut lo berdua.“ Kata Galan. ”Gue duluan ya, jangan pada ribut di sini.“ Lalu Galan pergi. Menyisakan dua insan yang saat ini saling pandang. Sejenak keduanya terdiam, tak tahu ingin berkata apa.
Rakha sebenarnya ada maksud sesuatu untuk menemui Juan. Sementara lelaki satunya, yaitu Juan, dia siap mendengar, meski sebenarnya dia bingung.
”Juan, kamu udah selesai ngecek nya belum?“ Juan mengangguk.
”Mau latihan sekarang? Tapi cuma berdua sih.“ Juan mengangguk lagi. Senyumnya mengembang.
”Ih, gapapa Bang, asal Juan ikut latihan hari ini. Nggak enak rasanya kalau Juan bolos sehari.“
”Bolos? Padahal mah, kamu yang sibuk, bukannya bolos.“ Ujar Rakha mengusak rambut Juan.
Juan mengangguk, dirinya membenarkan ucapan Rakha tadi. Sudah banyak yang bilang begitu padanya, termasuk Rakha yang saat ini barusan saja mengatakan hal semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Harapan (Dirombak)
Ficção AdolescenteInilah kisah mereka, kisah tiga belas pemuda laki-laki yang berusaha mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Tak hanya sebuah harapan yang diperjuangkan, namun juga mereka menemukan pertemanan dan kekeluargaan. Kisah ini bukan hanya menceritakan harapa...