Setelah kepergian Devan, Nalen, dan juga Vino, Varez saat ini menggantikan kepergian mereka semua itu di sini, di mana ia harus membantu Rian beserta anak-anak lainnya untuk mempersiapkan acara yang akan datang dua pekan kemudian.
Disana ada Varez, Rian, Joan, Juan, dan tentu saja ada Galan. Entah kenapa Galan bisa-bisanya berada di sana untuk membantu mereka, padahal anaknya juga nggak tahu-menahu kenapa harus datang.
"Juan, seperti biasa ya, kamu ngecek ulang lagi, oke? Nanti kalau udah beres semua, lapor ke gue atau ke Joan, ya." Kata Rian kepada Juan yang memberi hormat padanya.
"Siap, Juan laksanakan!" Serunya lalu pamit undur diri dan menuju ke tempatnya ia ditugaskan.
Setelah kepergian Juan, Rian beralih pada Varez dan Joan. "Lo berdua coba deh, spanduknya ditata sama dekorasinya juga buat ditata ulang lagi. Nanti kalau udah selesai, lapor ke Vino, soalnya dia yang bertanggungjawab bagian itu."
Varez dan Joan mengangguk. Setelahnya mereka langsung pergi menuju bagian panggung dan area sekitarnya.
Kemudian, tersisa kan Galan yang saat ini tengah mengecek ponselnya. Merasa ditatap, ia pun menengok ke arah Rian yang tengah melihatnya.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Rian datar. "Lo kan bukan bagian pengurus, Gal."
"Iya, gue tahu. Tapi, Joan bilang lo butuh gue, makanya gue dateng kesini." Kata Galan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Tugas lo itu... Ah, mending lo selesaiin tugas-tugas lo aja yang udah numpuk bejibun aja, sana. Daripada kena hukuman lagi. Miris gue lihatnya." Jelas Rian diangguki Galan setuju.
"Oke, usulan lo ada bagusnya juga. Udah yak, gue mau nyelesaiin hari ini." Kata Galan beranjak berdiri.
"Ya, dan selamat berperang, paduka dua." Kata Rian menyunggingkan senyumannya. Sementara itu Galan mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Selamat berperang juga, paduka satu. Semangat." Lalu Galan menghilang setelahnya.
***
Pukul, 11.35 - Ruang OSIS.
Rasanya sangat pusing pada bagian kepalanya saat ini. Banyak sekali yang harus dikerjakan, ditambah dengan kegiatan yang tiba-tiba diharuskan nya ia terlibat dalam hal tersebut. Sangat banyak dari biasanya.
Seperti saat ini, Juan dan Yara, keduanya sedang mengikuti rapat yang harus mereka ikuti. Rapat bersama anggota OSIS lainnya. Mereka tengah membahas acara yang sebentar lagi akan diadakan dua pekan lagi. Apalagi, acara ini adalah yang pertama kalinya bersama kampus yang sangat dekat dengan wilayah sekolah mereka. Seperti kolaborasi contohnya. Nantinya anak-anak menengah atas bisa melihat-lihat kampus tersebut, bisa jadi sebagai referensi untuk pendidikan lanjutan mereka nantinya.
Lalu, di tengah rapat, Juan merasa kepalanya pusing. Sebelumnya ia juga merasakan hal yang sama, tapi ini lebih parah. Dan justru untung saja Juan bilang kepada Yara, sehingga temannya itu dapat berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Yara harus membopong Juan ke UKS nantinya.
"Juan, kamu gapapa?" Bisik Yara.
Juan menggeleng. Dia bohong, padahal sebenarnya ia sudah memasuki pusing yang amat sangat tidak kuat untuknya. Namun, ia bersikeras untuk bertahan meski tidak kuat. Dia ingin terlihat kuat di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Harapan (Dirombak)
Novela JuvenilInilah kisah mereka, kisah tiga belas pemuda laki-laki yang berusaha mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Tak hanya sebuah harapan yang diperjuangkan, namun juga mereka menemukan pertemanan dan kekeluargaan. Kisah ini bukan hanya menceritakan harapa...