"Kenapa gitu? Lo itu manusia, butuh istirahat juga, Nal."
"Gue mau nyari tahu soal 'Paman itu'. Gue nggak tega ngelihat mereka berdua terus-terusan begini. Tolong izinin gue nginep semalem disini, yah? Tolong.." Nalendra memohon.
Rian mengangguk.
"Nal, janji kalau ada apa-apa, kasih tahu kita. Dan jangan lupa kasih kabar dan jaga mereka baik-baik, paham?"
Nalendra mengangguk mantap. Netranya kini beralih melihat Dewa yang tengah tertidur pulas.
"Gimana kalau Dewa pindah sekolah aja?"
Lagi-lagi, mereka dibuat terkejut dengan ucapan Nalendra. Tadinya Rian nggak papa tuh, kalau semisalnya Nalendra bakal nginep di ruang rawat inap Putra. Lah, ini disuruh pindah sekolah sekalian.
"Nal, hari ini kamu kenapa, sih? Beban kamu tambah banyak ya? Harus ya gue minta bantuan sama—"
"Gue serius, Bang Rian. Gue takut kalau disekolah Dewa itu nggak buat dia nyaman."
"Kenapa kamu bisa berspekulasi begitu sama keadaan dia? Aku tahu kamu khawatir, Nal. Tapi kan—”
"Kayaknya, sebelum ini Dewa juga ngerasain perbuatan yang sama. Contohnya mungkin kekerasan. Atau, bully mungkin?"
Joan menggelengkan kepalanya sambil mengusap kepala Dewa dengan lembut. Takut kalau Dewa tiba-tiba terbangun karna perbincangan mereka ber-tiga.
"Nal, aku tahu kamu khawatir. Tapi, coba deh kamu tanya adiknya Yara. Kebetulan Dewa satu sekolahan sama adiknya itu."
"Iya, nanti aku coba tanya." Joan mengangguk, tapi tidak dengan Rian yang mengusap wajahnya kasar.
Kalau Dewa benar-benar diperlakukan seperti itu... Dia jadi tidak tega dan ingin bertanya banyak hal kepada anak itu.
Dan sayangnya, anak itu tengah tertidur pulas dengan elusan lembut dari Joan yang mungkin membuat Dewa sangat tambah pulas tidurnya.
"Nal, kita pulang dulu ya? Rakha udah dibawah tuh." Kata Rian beranjak menuju pintu kamar. Begitupun dengan Joan.
"Nal, inget pesan kita tadi, oke?"
Nalendra menganggukkan kepalanya. Dan kepalanya itu diusak oleh Rian. Rian jadinya merasa sangat bangga dengan kelakuan Nalendra hari ini walaupun membuatnya terkejut dua kali.
"Kita pamit. Hati-hati ya waktu jaga mereka."
"Iya, Bang. Hati-hati juga waktu pulangnya!"
"Sip, kita bakal hati-hati, kok. Tenang aja."
[ 20:30 PM - Kamar Rawat Inap Putra ]
"Put, lo bener-bener bisa jalan, kan?""Ish, bisalah!"
"Kalau gitu, ayo, lo coba ber—"
"Nggak sekarang juga, Kha! Gue baru bangun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Harapan (Dirombak)
Novela JuvenilInilah kisah mereka, kisah tiga belas pemuda laki-laki yang berusaha mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Tak hanya sebuah harapan yang diperjuangkan, namun juga mereka menemukan pertemanan dan kekeluargaan. Kisah ini bukan hanya menceritakan harapa...