Chapter 02: Tugas?

506 27 0
                                    

Beribu bintang di langit malam menghiasi pada malam ini di atas sana. Meski cahaya bulan kalah dengan sinar bintangnya, namun bulan melengkapinya, sehingga malam ini langitnya sangat indah dari biasanya.

Seorang lelaki yang masih memakai pakaiannya yang masih sama ia kenakan tadi siang itu melangkahkan kaki di padang rumput taman belakang asrama yang memang sepi di malam hari.

Memang tempatnya sangat sepi. Pada pukul 11 malam, mana ada yang mau datang ke taman belakang, bukan? Justru yang ada mereka jauh lebih memilih berada di dalam kamar masing-masing, atau mungkin sedang keluar mengurus suatu urusan masing-masing.

Lelaki tersebut menemukan sosok yang ia cari. Dua sosok kawannya yang tengah duduk berdua itu masih tetap diam. Mereka benar-benar tidak tahu keberadaannya yang sudah datang mendekat.

"Astra, Vino!" Serunya.

Kedua temannya itu menoleh ke belakang. Lelaki bernama Astra itu menepuk pelan tempat sebelah kanannya yang masih kosong. Sementara kirinya sudah di duduki oleh Vino.

"Rez, gimana rasanya kerja di tempat kasir?" Tanya Vino.

Varez mengangguk. "Biasa aja sih, itung-itung bisa jadi pelajaran lah buat diri sendiri dan masa depan nanti." Ujarnya membaringkan tubuhnya di atas rerumputan kering itu.

"Varez beneran mau buat Cafe sendiri? Wahh, bagus-bagus!" Kata Astra tersenyum. Kemudian Varez yang berada di sebelahnya langsung duduk.

"Bukan, maksudnya tuh, gue cuman seneng aja kok, hahaha." Sahut Varez diangguki kedua kawannya.

Ketiganya terlarut dalam suasana indahnya malam ini. Hingga jam tangan Vino menunjukkan pukul 12 malam. Sudah satu jam lamanya mereka menghabiskan waktu diluar.

"Rez, As, ini udah jam 12. Gue duluan, ya." Ujar Vino masuk ke dalam. Sementara keduanya mengangguk dan masih menatap langit.

Astra yang semula terbaring di atas rerumputan, kini memposisikan diri untuk duduk. Pandangannya teralihkan pada langitnya yang memang indah dari biasanya yang sedang ia amati saat ini.

"Nggak nyangka, ternyata kita bisa lihat langit malam hari seindah ini." Katanya lalu membaringkan tubuhnya bersama Varez yang kini mengajaknya mengobrol soal hal-hal yang random dan obrolan lainnya yang sampai keduanya seperti memiliki dunia mereka sendiri.

" Katanya lalu membaringkan tubuhnya bersama Varez yang kini mengajaknya mengobrol soal hal-hal yang random dan obrolan lainnya yang sampai keduanya seperti memiliki dunia mereka sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang Jo!" Seru seseorang memanggil namanya. Pemilik nama tersebut menolehkan kepalanya kebelakang.

Seorang murid berpakaian berseragam itu menampilkan senyumnya, setelah itu melambaikan tangannya, dan kini sudah berada di depan seorang lelaki bernama Joan yang dia panggil tadi.

"Kamu ngapain diluar? Udah minta izin belum?"

"Aku tadi udah minta izin, kok. Ini juga lagi keluar buat beli keperluan yang Bang Rian suruh tadi." Kata lelaki berpakaian seragam bernama Juan itu memperlihatkan kantung tas belanjaannya. Anak itu tersenyum.

Tiga Belas Harapan (Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang