Chapter 24: Our Relationship

128 12 0
                                    

Setelah kejadian semalam, hubungan antara persaudaraan Devan maupun Nalendra benar-benar semakin membaik. Kini keduanya tengah mengobrol berdua tanpa ada yang mengganggu mereka sama sekali. Lihat, Joan saja yang sedang melihatnya tersenyum saat kedua sosok yang sudah dia anggap sebagai adik itu tengah tertawa bersama-sama

Iya, pagi hari ini mereka semua, dimulai dari Rian hingga Juan, mereka semua berada di sini-kecuali Galan-sarapan bersama-sama mengingat hari ini adalah hari libur. Di mana mereka akan libur dari yang namanya kegiatan kampus maupun sekolah... Meskipun tugas tidak akan pernah ada libur pastinya.

"Van, udah membaik aja nih?" Vino bertanya. Setelah hari itu mereka berdua mengobrol, Vino jadi semakin khawatir atas apa yang Devan alami.

Devan mengangguk dan berkata, "Iya. Makasih udah traktir gue. Kapan-kapan gue traktir deh, oke?" Mendengar hal tersebut membuat Vino menganggukkan kepalanya semangat. Mana mungkin ditolak gitu aja? Rezeki ini.

"Kalian hari ini mau ngapain aja selama masa liburan? Lumayan banget liburannya masih ada satu pekan lagi." Ujar Rian setelah menyelesaikan sarapannya.

"Gue hari ini sama Nalendra, kita mau jalan-jalan ke tengah kota. Lumayan buat cari inspirasi. Ya, 'kan?" Nalendra yang ditanyain mengangguk.

"Mumpung libur... Kita hari ini mau pulang, Bang. Besok pagi kita udah pulang ke asrama, kok." Jelas Varez mengingat semalam adiknya minta pulang walau dua hari semalam. "Soalnya, Mama udah pulang sama Papa."

"Gue sama Yara mau ke perpustakaan kalau gitu." Kata Angga.

Setelah mendengar beberapa dari kegiatan mereka, Rian beralih kepada Joan yang saat ini tengah memegang handphone sembari makan sarapan secara bersamaan. Melihat itu, Rian bertanya, "Lo ngapain? Habisin dulu sarapan lo, baru lanjutin chat sama orang."

"Tahu aja gue lagi chat sama orang, Ri." Kata Joan yang langsung saja menaruh handphone-nya kemudian melanjutkan kembali sarapannya itu.

"Enaknya ngapain, ya? Gue belum ada kegiatan soalnya." Ujar Rakha memainkan makanannya karna tak tahu harus melakukan apa. "Ada rekomendasi nggak buat gue gitu?"

Putra mengangguk dan berkata, "Lo mandi aja sana sama harimau, nanti lo baru ada kegiatan." Semuanya tertawa, tidak seperti Yara yang menggelengkan kepala karena apapun itu, Rakha pasti selalu berbicara perihal tentang harimau entah itu sosoknya berada.

"Ide bagus!" Rakha menjawab dengan penuh semangat. Melihat prakiraan cuaca lalu jam tangannya. "Put, lo ikut gue ke kebun binatang, ya? Hari ini lo harus temenin gue kesana pokoknya!" Seru Rakha.

"Enak aja. Nggak mau, gue mau di kamar aja."

"Jangan gitu, Put. Gue tahu kok kalau lo nggak bakalan menolak permintaan gue... Boleh, ya? Lo harus ikut sama gue pokoknya hari ini!"

"Dibilangin gue nggak mau!"

"Harus mau! Nggak ada penolakan, titik!"

"Bang Rakha! Biar aku aja yang ikut, boleh ya?" Tanya Juan. Sebenarnya nggak mau ikutan, tapi melihat Putra yang sedang dipaksa, alhasil dirinya berkorban untuknya.

Tapi, sepertinya tidak masalah jika Juan ikut. Itu pasti menyenangkan meskipun harus ekstra sabar sama satu abangnya itu... Apalagi kalau beneran ketemu sama harimau yang nanti bakalan amat sangat merepotkan nya nanti.

Rakha menoleh, melihat Juan yang benar-benar pengin ikut. Jadilah Putra nggak ikutan, tapi, diganti sama Juan yang siap ikutan meskipun awalnya bukan itu niatnya.

"Beneran, Ju? Lo harus punya ekstra kesabaran yang tebel... Kayak Bang Joan misalnya." Kata Angga yang langsung ditatap seram meskipun sosok yang sedang menatapnya itu tengah tersenyum di sana... Rupanya itu Joan.

Tiga Belas Harapan (Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang