"Lo nggak yakin sama dia?"
"Gue yakin, yakin aja sih. Gue sebenernya kasihan lihat dia begitu terus. Apa lo nggak peduli sama anak kayak dia?!"
"Inget, Gal. Disini nggak cuma ada dia. Yara, Angga. Mereka juga sama."
"Tapi, Rian. Lo nggak maksud apa yang gue maksud. Gue takut kalau dia-"
"Gal, cukup. Semakin lo begini, semakin cepet gue masukin lo ke kantornya Kak Alza sekarang juga, mau?"
"B-bukan gitu ma-maksud gue-a... Ma-maaf."
Krieett...
Seluruh tatapan mata tertuju pada pintu, sang pelaku yang membuka pintu itu, pun terkejut saat enam pasang mata tengah menatapnya dengan takut.
"Loh, Nalendra? Ngapain kesini?" tanya Joan. Tangannya terulur memeluk Nalendra.
"Kamu butuh sesuatu? Atau lo mimpi buruk lagi, hm?" tanya Joan lagi, setelah Nalendra masih diam enggan menjawab.
Sedangkan orang yang tengah dipeluk itu hanya dapat menangis dengan tangannya yang juga membalas pelukan dari Joan. Nalendra sudah menganggap Joan seperti kakaknya sendiri.
"What happen to you, Nal?"
"D-devan Kak, dia-"
Brak!
"Lantai dua, 'kan? Gue kesana dulu kalau gitu." ujar Rian langsung melesat ke lantai dua. Sementara itu, Galan hanya bisa memeluk dan membawa Nalendra duduk di tepi kasur kamar miliknya.
"Gapapa, Nal. Devan bakalan baik-baik aja, gue usahakan. Lo yang tenang, oke? Disini ada gue, dan yang lainnya." ucap Galan mencoba menenangkan Nalendra. Hanya mereka berdua yang saat ini di kamar, sedangkan Joan sudah melesat pergi ke lantai dua untuk membantu Rian mengurus Devan.
"Kak, Kak Galan!" seru Angga bersama Yara yang ada di belakangnya. Langsung memeluk Galan dengan eratnya. Yara hanya menundukkan kepala, Angga yang memeluk Galan.
"Loh, kalian kenapa?"
"Kenapa kalian ke lantai satu? Tadi bukannya Devan-"
"Kak, Juan juga, Kak. Tolongin." lirih Angga sambil menangis. Ia tak kuat untuk berbicara lagi, tiba-tiba saja ia semakin mempererat pelukannya kepada Galan. Berbeda dengan Yara yang mendudukkan diri di sebelah Nalendra duduk.
"Kenapa bisa begini, ya?"
"Maksud Kak Galan apa?" tanya Yara.
"Tadi Devan, sekarang Juan... Apa yang sebenarnya terjadi, sih? Kita punya salah ya sama kehidupan kita masing-masing?" tanya Galan kepada dirinya sendiri. Wajar, dia sekarang lagi bingung, makanya nggak bisa berpikir dengan jelas untuk saat ini.
"K-kak Galan? Aku... Boleh masuk?"
Dilihatnya ada Astra dengan penampilannya yang berantakan. Baju tidurnya berantakan, dan juga rambutnya yang acak-acakan, semakin membuat Nalendra ingin menangis malam ini. Tadi kakaknya, sekarang sepupunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Harapan (Dirombak)
Fiksi RemajaInilah kisah mereka, kisah tiga belas pemuda laki-laki yang berusaha mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Tak hanya sebuah harapan yang diperjuangkan, namun juga mereka menemukan pertemanan dan kekeluargaan. Kisah ini bukan hanya menceritakan harapa...