Seorang anak kecil tengah mengetuk pintu. Senyumnya kali ini berbeda dari biasanya. Mengembang seperti bunga, dan senyum semanis kue. Hari ini, anak kecil itu mempunyai kabar baik. Tak sabar untuk menunjukkannya kepada seseorang yang tengah ia tunggu dari luar.
"Kak! Galan mau masuk!" Teriak anak kecil bernama Galan. Tangannya memegang secarik kertas. Galan yang masih berusia sembilan tahun itu masih tersenyum dan setia menunggu kakaknya membukakan pintu untuknya.
Beberapa saat, pintu kamar terbuka. Menampakkan sosok seorang gadis berpakaian OSIS SMP. Wajahnya agak pucat, namun, setelah melihat sang adik tersenyum bagaikan matahari di pagi hari, ia pun ikut tersenyum, seperti tertular suatu virus sehingga ia senang dengan kehadiran sang adik.
"Galan kenapa? Kok senyum begitu?" Tanyanya pada Galan. "Pasti ada yang mau Galan bilang ya sama kakak?"
Galan kecil memberikannya secarik kertas. Kakaknya itu terkejut bukan main. Membaca dari kedua kertas tersebut membuatnya tersenyum bangga. "Hebat, Galan hari ini dapet nilai tinggi lagi. Selamat, ya. " Kata sang kakak memuji.
Wajah Galan memerah dan kemudian menundukkan kepalanya malu-malu. "I-iya, hari ini Galan udah berusaha dapet nilai tinggi lagi." Ucap Galan mendongakkan kepalanya, menampilkan gigi kecilnya.
"Galan udah berusaha banget kan, pasti?"
"I-iya... Siapa juga kan, yang ngajarin Galan? Kan, kakak sendiri. Makasih ya, Kak Alza."
"Iya, sama-sama... Hmm, ini kamu mau kesana? Sama kakak di akhir pekan nanti?" Galan mengangguk malu-malu. Aduh... Kakaknya dibuat tertawa kecil bukan main saat melihat adiknya tengah malu.
"Kakak bakal coba luangin waktu buat akhir pekan ini. Kamu belajar yang bener, oke? Semangat, kakak mau lanjut lagi." Sebelum pintu tertutup, tak lupa kakaknya itu mengusak rambut sang adik. Galan menyukainya, apapun itu dari kakaknya, ia menyukainya.
Akhir pekan telah datang dengan cepat, tak disangka waktu bersama kakaknya akhirnya datang juga. Galan sedang menyiapkan diri. Merapihkan kamarnya, dia juga sudah menyelesaikan tugasnya. Lalu sudah mandi dan sarapan, lalu juga sudah berpakaian rapih.
"Kakak lagi ngapain ya?" Gumam Galan yang sedang berjalan menuju kamar kakaknya. Ia tak sabar bisa meluangkan waktu bersama kakaknya itu.
Galan kecil sedang melangkahkan kaki menuju kamar sang kakak. Namun, netranya tak sengaja menangkap kakaknya tengah berbicara dengan sang ayah-sosok yang Galan takuti di rumah ini.
"Galan, kamu mau kemana?" Tanya sang ayah. Galan menelan ludahnya. Tatapan ayahnya sangat tajam, membuatnya merinding dan mematung.
"Galan?"
"Ga-galan mau ajak kakak pe-pergi. S-so... Soalnya aku minta ditemenin buat beli buku." Balas Galan, ia berbohong soal kedatangannya kemari. Mau bohong ataupun tidak, ayahnya tidak akan mengizinkannya.
"Galan kan, sudah bisa sendiri. Kenapa harus di temankan sama kakak?" Tanya ayahnya itu sambil tersenyum. Galan mulai takut saat melihatnya.
"Udah Yah, kakak udah janji sama Galan. Sekalian mau lihat pameran buku di Alun-alun." Jelas kakaknya jujur.
Harus, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Harapan (Dirombak)
Teen FictionInilah kisah mereka, kisah tiga belas pemuda laki-laki yang berusaha mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Tak hanya sebuah harapan yang diperjuangkan, namun juga mereka menemukan pertemanan dan kekeluargaan. Kisah ini bukan hanya menceritakan harapa...