02 › perempuan-nya.

1.8K 233 8
                                    

tidak terdengar omelan, lebih tepatnya sudah beberapa hari ini dominan Bashkala tidak mendengar submissive sah-nya banyak bicara seperti beberapa waktu sebelum-sebelumnyaㅡada apa? bahkan tidak ada lagi tawaran bekal yang biasanya selalu terlontarkan dan sering ia tolak, tidak ada lagi teguran saat pakaian dan handuk ia letakan sembarangan diatas ranjang bahkan sofa, tidak ada lagi ocehan malam-malam, tidak ada lagi.

si Bashkala itu menatap bingung pada sang submissive yang sedang membereskan piring bekas mereka sarapan, tanpa suara, tidak ada omelan tersirat amarah saat piring si Bashkala menyisahkan sisa makanan.

"Raiel?"

aktifitas Raiel berhenti, tanpa menjawab ia hanya melirik sang dominan yang masih duduk ditempatnya.

"hari ini aku pulang telat, Rai."

Raiel mengangguk, tanpa omelan lagi, submissive itu berlalu membawa piring kotor menuju wastafelㅡmengabaikan sang dominan.

tidak mengambil pusing, Satria memilih langsung bergegas keluar rumah setelah mengambil tas kantornya yang sudah diletakan submissivenya diatas meja ruang utamaㅡtanpa tau meninggalkan sang submissive yang mulai meluruhkan air mata.

"kamu masih gak sadar ya, Satria..?"

s i l e n t
the silent Raiel and the confused Satria

mobil Satria terpakir rapi dihalaman parkir gedung perusahaan, pria dua puluh lima tahun itu turun dan melangkah masuk ke dalam gedungㅡmemasuki lift yang menuju ke lantai lima tempat ruangannya berada.

ting!

Satria keluar dari lift, berjalan santai menuju ruangannya.

"pak Satria..?"

langkah Satria terhenti saat melihat sang sekretaris menghampirinya dengan ekspresi panik, "ada apa?"

"um, maaf.. nona Soraya memaksa masuk kedalam ruangan anda sebelum anda datang, pak.."

Satria mengangguk, "tidak apa." jawabnya lalu memasuki ruangannya yang langsung disambut oleh seorang perempuan.

"pagi, sayang."

"sepagi ini kamu datang ke kantorku, ada apa?" Satria mendekati perempuan-nya yang berdiri didekat meja kerjanya.

perempuan itu langsung memeluk tubuh Satria bahkan mengusap punggung pria tinggi itu tanpa rasa enggan, "dua hari gak ketemu.. aku kangen kamu." ia berjinjit dan mengecup rahang sang pria yang dengan sigap memeluk pinggang sempitnya.

"kangen?"

perempuan bernama Soraya itu mengangguk antusias, "selama aku ada urusan di Surabaya.. kamu gak main sama yang perempuan lain kan?" mata perempuan itu memincing, "kamu juga gak main sama submissivemu itu kan?"

s i l e n t
the silent Raiel and the confused Satria

perfum wanita.

Raiel meremat murka jas yang dikenakan Satria pagi tadi, dadanya sesak dan nafasnya naik-turun tak teratur. Tangan submissive itu meraih kemeja putih milik sang dominan yang tergeletak diatas sofa ruang kamar, jemarinya mengusap noda merah muda yang tertempel pada kain putih ituㅡlipstik, Raiel jelas tau itu.

kesimpulannya, hari ini Satria pulang telat dijam sepuluh malam berarti baru saja selesai menghabiskan waktu bersama seorang perempuan. Ya, Raiel tau itu dan buktinya sudah terpampang nyata bahkan ia sentuh.

klek

pintu kamar mandi dibuka sang dominan yang baru saja selesai mandi, Raiel menatap sekilas sebelum membereskan segala barang milik Satria. "Kalau belum makan malam, dimeja makan ada makan malam yang sudah dihangatkan bibi." celetuk Raiel sebelum berlalu memasuki kamar mandi dan menutup pintu itu tanpa menunggu balasan dari sang dominan yang hanya diam saja.

Satria melirik sofa yang sudah bersih, jas dan kemejanya sudah dibawa masuk ke dalam kamar mandi oleh Raiel untuk disatukan dengan baju kotor lainnya yang berada didalam keranjang. Satria berjalan menuju meja kerjanya dan mulai membuka laptop, malam ini ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena ulah perempuan-nya.

lima belas menit berkutat didepan laptop, selama itu juga pintu kamar mandi masih belum terbukaㅡsepertinya Raiel betah didalam kamar mandi. Tapi, seperkian detik kemudian pintu kamar mandi terbuka dan submissive dari Bashkala itu keluar.

Raiel berjalan acuh menuju ranjang dan berbaring membelakangi Satria, memaksakan diri untuk tertidur disaat dadanya benar-benar terasa sesak melihat sang dominan yang bersikap biasa saja padahal pulang setelah puas seharian menghabiskan waktu bersama seorang perempuan.

lagi, air mata luruh diiringi samar-samar isakan. Raiel meremat selimutnya, meredam suara tangisannya dengan bantal dan selimutnya supaya tidak didengar oleh dominan yang sayangnya detik ini juga diam dengan pikiran kacau melanda setelah samar-samar mendengar suara tangis dari submissivenya itu.

© 12 Februari 2023.

12. Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang