Dingin, itu yang dirasakan Satria sedari selesai menyelesaikan makan malam bersama keluarga sampai detik iniㅡdidalam kamar lawasnya dirumah sang papa. Bashkala bungsu itu menatap sang submissive yang sudah lebih dulu berbaring membelakangi tempat ia tidur, lagi dan kesekian kalinya pada waktu akhir-akhir ini.
"Raiel."
"ya?"
Bashkala duduk ditepi ranjang, masih dengan tatapan mengarah pada si submissive yang tak kunjung beranjak bahkan sedetikpun tak berbalik menoleh kearahnya, "Raiㅡ"
"to the point, Satria."
"jangan pedulikan ucapan papa tadiㅡ"
"aku tau dan lagi kamu mana mau mempunyai keturunan dariku, dulu kamu sudah bilang tidak akan sudi kan? aku masih ingat."
Bashkala mematung, enggan menjawab dan justru teringat beberapa tahun laluㅡhari-hari awal saat kehidupan pernikahan mereka dimulai.
"saya tidak akan pernah sudi memiliki keturunan dari kamu, Raiel."
masih ingat betul Raiel beberapa kalimat menyakitkan yang kerap dilontarkan si Bashkala, yang entah sadar atau tidakㅡsangaja atau tidak diucapkan oleh dominan itu.
"Raㅡ"
"aku mengantuk, apa kita bisa bahas besok pagi saja?"
Bashkala diam, dalam diamnya pula ia memperhatikan bahu si submissive yang perlahan mulai bergetarㅡlagi, malam ini si submissive menangis tanpa suara keras. Sesak, pasti.
ting!
Bashkala mengalihkan tatapannya dari Raiel, tangannya meraih ponsel miliknya yang munculkan sebuah notifikasi pesan.
Soraya
malam ini kamu gak dateng ke apartku?alih-alih mengetik pesan balasan, Bashkala justru meletakan kembali ponselnya diatas nakas. Dominan bungsu itu kembali menatap si submissive yang bahunya sudah tidak lagi bergetarㅡtangisnya sudah berhenti? Bashkala membaringkan tubuhnya dengan posisi menghadap pada punggung sang submissive, menatap lamat punggung sempit yang dulunya saat tidur tidak pernah membelakanginya sekalipun si Bashkala sering membelakangi submissive itu.
rasanya berbeda dan tidak pernah Bashkala duga, kalimat jangan menangis yang sering ia ucapkan ditengah malam tiap merenung menatap si submissive yang sudah tertidur sehabis menangis pun rasanya tidak memberi pengaruh apapun pada si submissive yang sepertinya memang sudah benar-benar terluka atas tingkah laku-nya selama berjalannya hubungan pernikahan mereka.
Raiel Hasteraka, submissive yang dijodohkan dengan sosok Satria Bashkala ituㅡdiakui sempurna, sangat.
silent
the silent Raiel and the confused Satria"aku antar ke kantor ya?"
jemari Raiel berhenti membenarkan simpul dasi sang dominan, netra cantiknya itu bergerak menatap sang dominan yang menunduk dan menatapnya. "Tidak perlu, antar aku pulang saja.. biar aku berangkat sendiri." sebuah tolakan kembali didengar oleh Bashkala.
"aku jemput, jam berapㅡ" tak mengalah.
"tidak usah, Satria." dan tetap ditolak oleh si submissive yang kembali membenarkan simpul dasi Bashkala. "Tidak perlu memperdulikan urusanku.. karena urusanmu pasti lebih penting kan..?"
"Raiel."
sesaat Raiel tersentak mematung saat merasakan kedua tangan si Bashkala berada pada kedua sisi pinggangnya. "Aku bukan submissive lemah, bukan submissive yang akan selalu bergantung pada dominan." kedua tangan Raiel meraih tangan Bashkala, dengan perasaan kacau tetap menurunkan tangan dominan itu dari pinggangnya; Raiel ingin berteriak, memaki keras sang dominan yang berani-beraninya memiliki kelancangan untuk menyentuh pinggangnya disaat tangan itu lebih sering menyentuh bagian tubuh intim perempuan-nyaㅡbajingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Silent
FanfictionRaiel hanya diam, membiarkan Satria bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah dimeja kerja dominan Bashkala itu.