17 › he.

1.1K 178 22
                                    

"dia masih gila."

pria dua puluh empat tahun tertawa pelan saat mendengar pernyataan sarkas yang keluar dari temannya yang baru saja masuki ruangan, "itu udah jelas pasti sih."

"not sane, gue tau dia kaya dan bisa melakukan apa aja. Tapi, sampai menghancurkan pernikahan seseorang? bro, It's the craziest thing ever, Dan."

"mau lo komentarin atau hujat pun, he won't listen to you." Jidan menyeletuk dengan ekspresi malas. "He's the craziest of the craziest, he's fucked. Bahkan orang gila pun kayaknya insecure sama dia." lanjutnya ikut menghujat.

"gila, uang dia kayaknya bakal habis cuma buat bayar perempuan gak jelas." celetuk lawan bicara Jidan yang menggeleng keheranan, "his efforts are not half-hearted anyway."

Jidan menghela nafas kasar, "jangan lupa kalau he is Javian Wiratama yang bisa melakukan apa saja demi apa yang dia mau.. Habriel."

Habriel adalah asisten pribadi Javian, sosok yang melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Javian dan juga sosok yang tau mengenai Javian sejauh ini.

"udah berapa cewek sih yang dia bayar?"

"seinget gue lima, terakhir namanya Soraya."

"did she succeed?"

Habriel mengangguk santai, "dia hamil."

"wow, that must make Javian happy."

silent
the silent Raiel and the confused Satria

tok.. tok.. tok..

wanita yang tengah mengandung itu berdecak sebal, membolak-balik majalah sebelum memberi perintah pada pelayan rumah untuk membukakan pintu yang diketuk dari luar. "Buka pintunya tuh, ada tamu yang cari Bashkala pasti." ujarnya lalu beranjak untuk memanggil Bashkala yang saat ini sibuk dengan berkas didalam kamar. Namun, belum sempat menaiki satu anak tanggaㅡwanita itu berbalik menatap pintu utama yang telah dibuka oleh pelayan yang detik itu berseru senang.

"astaga! tuan Raiel, bagaimana kabar anda.. tuan? baik-baik saja kan? kita semua disini mengkhawatirkan tuan.."

Raiel Hasteraka berdiri diambang pintu dengan senyum canggung. "Aku baik-baik aja.. bi, perasaan kan baru sehari aku gak ada dirumah iniㅡ"

"wah, ada apa ini? kenapa kamu ada disini? ingin mengajak Bashkala kembali padamu, huh?" wanita yang Raiel ketahui namanya adalah Soraya ituㅡberjalan menghampiri Raiel dengan senyum dan ekspresi wajah angkuh. "Unfortunately, Bashkala won't want to come back to you because I am ready to take your place." ujarnya lagi sembari menatap Raiel dari bawah hingga atas. "By the way you are perfect but unfortunately not perfect in running a household." lanjut Soraya berhasil membuat Raiel menyunggingkan senyum yang sulit untuk Soraya artikan.

"terima kasih, aku memang sempurna. Tapi, penyebab rumah tanggaku hancur bukan karena akuㅡmelainkan Bashkala."

Soraya terdiam.

"Bashkala yang menghancurkan rumah tangga kami dan aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki rumah tangga yang nyatanya memang tidak bisa diperbaiki." Raiel menatap miris dinding yang beberapa hari lalu masih terpasang figur pernikahannya kini sudah tidak ada lagi. "Memang benar, apa yang rusak akan tetap rusak dan tidak bisa diperbaiki.. meskipun bisa diperbaikiㅡpasti tidak bisa sebaik sebelumnya." Raiel menatap Soraya yang membisu dihadapannya, "Bashkala is a great player of someone's heart."

keterdiaman Soraya membuat Raiel terkekeh pelan. "Aku harap Bashkala tidak memperlakukan kamu seperti dia memperlakukan aku dan semoga dia tidak menyelingkuhi kamu seperti dia menyelingkuhi aku, I pray that your relationship will be fine untilㅡ" mata Raiel jatuh menatap perut Soraya, "sampai anak kalian lahir dan tumbuh dewasa."

12. Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang