03 › masa lalu.

1.5K 212 3
                                    

Perselingkuhan itu tidak bisa diampuni. Tapi, nyatanya Raiel mencoba mengampuni perbuatan dominan Bashkala-nya itu. Meski dada sesak, hati nyeri dan air mata surut dibuat berkali-kali oleh dominan Bashkala itu, Raiel tetap mengurus kebutuhan harian dominannya ituㅡberusaha memposisikan sebagai submissive terbaik.

diselingkuhi bukanlah menjadi perkara yang mudah, bertahan pun juga, sulit karena terus terbayang akan wajah tak berdosa dominan Bashkala itu, padahal berkali-kali kepergok bergonta-ganti pasangan, entah kekasih atau partner seksㅡapa Raiel seberkurang itu sebagai submissive sahnya?

pernah terjadi pertengkaran besar dirumah Bashkala, Raiel yang marah membuat Bashkala ikut marahㅡpadahal permasalahannya ada pada Bashkala, dari situ Raiel tidak lagi marah dalam artian sebenarnya, ia takut, takut apabila kalimat tidak pantas kembali dilontarkan dominannya itu sendiri.

sudah dua hari sejak penemuan parfum wanita dan lipstik dipakaian kantor yang dikenakan Bashkala, sejak dua hari itu pula Raiel semakin mendiami Bashkala-nya, bahkan hanya berbicara jika perlu.

"kamu datang sendirian? diantar Satria? dimana dia?"

"dia kerja.. pa."

sang papa mengangguk, "ada apa kamu kesini? hubungan kalian baik-baik saja kan?" pertanyaan pada umumnya keluar dari mulut pria empat puluh delapan tahun itu, menanyai mengenai hubungan sang anak saat berkunjung ke rumahnya.

Raiel menunduk dengan dada yang kembali sesak apabila mengingat masalah yang melanda hubungannya, "kalau aku bilang tidak.. apa papa juga akan menyarankan aku untuk bercerai?"

s i l e n t
the silent Raiel and the confused Satria

"sayang, antara ini dan ini.. bagus yang mana?"

si Bashkala yang seharusnya berkutat dimeja kantornya, kini menatap kearah dua mini dress yang sedang ditunjukkan oleh sang perempuan-nya. "Beli saja keduanya jika kamu menyukainya, aku tidak tau jika seleraku sama atau tidak dengan seleramu." ujarnya, ini bukan kalimat yang ia keluarkan untuk pertama kalinyaㅡtetapi sudah berkali-kali ia keluarkan untuk menjawab pertanyaan dari para perempuan-nya.

perempuan itu tersenyum senang lalu memeluk mesra si Bashkala, "kamu yang terbaik! love you."

si Bashkala mengusap surai sang perempuan-nya, "sudah tidak ada yang kamu mau beli kan? aku harus segera kembali ke kantor."

"waitt, aku harus beli skincare.."

samar-samar Bashkala menghela nafas, ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil satu kartu pembayaran. "Kamu bisa berbelanja sendiri kan? aku harus kembali ke kantor karena ada meeting." ia serahkan dengan mudah kartu pembayaran itu pada sang perempuan yang nampak tidak senang jika ia pergi.

"yah.."

Bashkala mencium bibir perempuannya yang cemberut, "nanti malam aku datang ke apartemenmu." dan melupakan suara tangis yang samar-samar ia dengar semalam, tangis Raiel kembali ia lupakan.

s i l e n t
the silent Raiel and the confused Satria

"kudengar Javian sekarang sukses, jadi dokter dan memiliki rumah sakit sendiri."

"iya, padahal dulu kelakuan brandalnya minta ampun sampai guru bk menyerah saat menghadapi dia."

Haciel melirik Raiel yang tidak ikut menimbrung pada topik yang membahas seorang pria nakal yang menyukai pria teladan; siapa lagi kalau bukan Javian yang dikenal menyukai Raiel semasa SMA mereka?

"kira-kira Javian sekarang udah nikah belum ya?" celetuk teman lainnya, teman yang juga pernah memberitahu Raiel pasal Satria bersama seorang perempuan.

"belum sih, kan Javian cinta mati sama Raiel."

tatapan tajam Raiel layangkan pada teman yang duduk disebelah Haciel. "Tolong, bisa jangan bahas masa lalu gak?" pintanya memohon untuk kesekian kalinya mengenai topik yang menyeret pemilik nama Javian. Jujur, Raiel lelah mendengar nama ituㅡdan mereka, teman-temannya itu tidak tau jika Raiel pernah hampir saja dilecehkan oleh pemilik nama itu, nama yang pernah terang-terangan mendeklarasikan sebuah cinta yang nyatanya penuh obsesi.

"lho, kita gak bahas masa lalu? lagian kita cuma mention kalau Javian sudah berubah menjadi lebih baik."

Raiel mendengus, ia beranjak dari kursinya sembari menilik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima empat; singkatnya sehabis dari rumah kedua orang tuanya, ia pergi hangout bersama teman-teman dekatnya semasa SMA.

"kamu mau kemana, Rai?"

"pulang."

"memangnya dijam segini Satria sudah pulang ke rumah-nya?" tekan Haciel diakhir kalimat jelas membuat Raiel terdiam ditempatnya.

s i l e n t
the silent Raiel and the confused Satria

jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, si Bashkala menyudahi kegiatan panasnya bersama perempuan-nya. Dominan itu beranjak dari ranjang dan mulai memakai pakaiannya yang berserakan dilantai.

"sayang.."

Bashkala berdehem singkat tanpa mengalihkan atensinya dari pakaiannya yang cukup lecek.

"kamu kapan ceraiin submissivemu itu? aku gak mau terus-terusan dianggap staff kantormu sebagai orang ketiga.."

© 12 Februari 2023.

12. Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang