Jidan › responsibility leads to feelings.

709 96 11
                                    

"dek, mau sampai kapan seperti ini? masa depan kamu masih panjang, jangan terjebak masa-masa sama dia terus."

"ba.. aku cintaㅡ"

baba mengangguk pelan, "tau.. kamu cinta dia, tapi hidup nggak selamanya tentang kamu mencintai dia melainkan kamu juga dicintai.. Raiel." jelas pria paru baya itu sembari menatap si anak, "baba nggak tau persis hubungan kalian dulu seperti apa. Tapi, kalau memang dia dijebak dengan perempuan sekalipun dan jika seandainya dia benar-benar mencintai kamu maka nggak mungkin dia akan dengan mudah berpaling kan..?" lirihnya dengan nada selembut mungkin supaya ujarannya tidak begitu menyakiti hati dan pikiran si anak yang saat ini hanya diam dan menunduk.

"baba nggak mempermasalahkan kalau kamu masih mau menyimpan baik-baik kenangan dia. Tapi, baba mohon kamu untuk jangan terlarut-larut terjebak dengan kenangan masa lalu bersamanya.. Raiel." lanjut si baba kemudian meraih dan mengusap punggung tangan Raiel. "Masa depan kamu masih panjang, baba ingin kamu berbahagia dan dicintai selayak semestinya.." ujarnya kali ini membuat Raiel menatapnya teduh.

"aku.."

baba mengusak surai Raiel, "nggak perlu bingung.. yang cinta sama kamu itu banyak, coba lihat kesekitar kamu.. yang selalu ada dan sigap disisi kamu selama terpuruk."

Raiel bungkam, bodoh jika dia tidak menyadari sosok yang dimaksudkan si baba. Submissive itu tersenyum sangat tipis, memang benar selama tiga bulan terakhir ini dirinya masih tinggal bersama Jidan dan terkadang Marlo menginap juga.

Soraya? wanita itu diamankan Marlo ke kota Surabaya sampai melahirkan, meskipun begitu wanita itu tetap bertukar kabar atau menghubungi Raiel untuk sekedar memberitahu atau saling menanyakan keadaan, Raiel juga semangat mendengar kondisi kehamilan Sorayaㅡterlebih bayi yang ada didalam kandungan wanita itu adalah bayi yang jelas bayi kandung Bashkala.

kembali pada topik; Jidan Westama, ah.. dominan itu ya? yang beberapa hari lalu hampir baku hantam dengan pria asing bernama Jazer karena melihat Raiel yang kesusahan membawa alat gambar sehingga mendapatkan bantuan dati pria asing itu yang entah dari mana tiba-tiba berada ditempat itu, tepat saat itu juga dengan Jidan yang datang untuk menjemput Raiel.

"nggak baik juga kalau tinggal satu rumah tanpa ada ikatan. Ya, baba tau maksud Jidan tinggal dirumah bersamamu itu untuk menjaga kamu. Tapi, tetap saja kan apa kata tetangga rumah kamu nanti?"

Raiel paham, dia tidak ingin meninggalkan rumah itu bahkan tidak bisa mengosongkan rumah ituㅡtapi, ia juga tidak bisa tinggal sendiri dan dengan kehadiran Jidan yang bahkan baru tiga bulan tinggal bersamanya itu sudah sangat cukup membuat Raiel bergantung pada dominan lajang itu.

tok.. tok.. tok..

ketukan pintu utama membuat kedua submissive Hasteraka itu menoleh, lalu beberapa detik kemudian bibi rumah segera datang dan membukakan pintu untuk dominan yang masuk dengan stelan kantor kusut dan wajah lelah.

"Jidan?"

"selamat sore, paman." balas dominan itu dengan sopan sebelum melangkah mendekati kedua submissive Hasteraka yang tengah duduk disofa ruang tamu.

baba mengangguk, "kamu baru pulang langsung jemput Raiel kesini?" tanyanya dibalas anggukan dari si dominan yang saat ini menatap Raiel.

"padahal tadi aku udah bilang kalau aku bisa naik taksi." celetuk Raiel yang segera bangkit dari duduknya, "over protective." cibirnya sebelum meraih handbag yang tadi ia letakkan diatas meja.

"nggak mau sekalian makan malam disini? Jidan bisa mandi dikamar atas, kebetulan ada baju Satria yang ditaruㅡ"

"baba, nggak perlu. Aku langsung pulang, Jidan udah capek juga." sela Raiel membuat si baba mengerjap lalu tersadar tentang apa yang sudah dikatakan.

12. Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang