Keadaan yang sempat membaik kini kembali memburuk, benar-benar buruk hanya karena peraduan mulut terjadi diantara keduanya; Raiel dan Bashkala; yang berakhir dengan amarahnya si Bashkala dan tangisnya Raiel.
pagi ini, sekuat-kuatnya menahan sesak juga sisa air mata yang kembali turun karena mengingat perdebatan dan kegiatan semalamㅡRaiel juga tetap melakukan pekerjaannya, membantu Bashkala mempersiapkan diri sebelum pergi ke kantor, ya, seperti kegiatan pada umumnya.
Bashkala yang bersikap biasa saja saat menatap wajah Raiel yang memerah bukan karena merona malu melainkan menahan tangis.
"gak usah ke kantor dulu, mata kamu keliatan sembab."
Raiel diam tak menjawab sedangkan Bashkala hanya menatap submissive-nya itu yang sedang membersihkan ranjang mereka yang berantakan karena ulah mereka semalam.
"Raiel." Bashkala menatap kedua pergelangan tangan Raiel dengan rasa bersalah, amat. Terlebih punggung submissivenya itu yang saat ini dibalut dengan kaus kebesaran itu, pasti terasa sangat sakit dan kebas saat dalam posisi tidur terlentang ataupun bersandar.
Bashkala masih berdiri ditempatnya sampai Raiel selesai mengganti sprei ranjang mereka dan hendak meletakkan sprei kotor ke dalam keranjang yang ada didalam kamar mandi, tepat berpapasan dengan tempat Bashkala berdiriㅡlengan submissive itu ditahan dan menghasilkan ringisan kesakitan.
"aw, sakit!" bahkan Raiel spontan menepis tangan Bashkala dari lengannya, benar-benar sakitㅡia sampai mengusap pelan lengannya.
"maaf."
"maaf untuk yang mana, Bashkala?"
silent
the silent Raiel and the confused Satria"semalem gue kelepasan."
Marlo menyeletuk, "ngapain? ke siapa?"
helaan nafas keluar, "Raiel." bersalah ya?
"lo gila, Sat!"
"lo ngerti kelepasan gak?" tekan Satria saat Marlo mulai menghardiknya.
"gak cukup ke Soraya aja? maksud gue, Raiel gak sesanggup itu buat nerima perlakuan kasar kayak gitu dari lo, bajingan!" hardik Marlo yang cukup kesal pada Satria, "gimana kalo Raiel trauma? semalem lo apain aja?"
"kasar." satu kalimat yang sudah cukup mendeskripsikan apa yang selama ini Bashkala lakukan pada Raiel.
"tanpa lo kelepasan pun menurut gue itu lo udah kasar, apalagi semalem lo kelepasan? pasti lebih dari kasar." balas Marlo sengit, "lagian kenapa bisa sampai kelepasan?"
"dia gak jawab pertanyaan gue sesuai jawaban yang gue minta, Marlo."
"gue kalau mukul lo kira-kira hubungan kerja sama kita bakal putus gak ya?" ujar Marloㅡkesabarannya habis, "coba lo ngaca! apa lo pernah jawab pertanyaan Raiel sesuai sama apa yang selalu Raiel harapin? gak kan?"
silent
the silent Raiel and the confused SatriaRaiel itu keras kepala, sangat dan luar biasa. Nyatanya saat ini ia berada dikantor bahkan diruang kerjanya berkat keberaniannya tak menuruti ujaran dari si Bashkalaㅡya, terkadang pula si Bashkala itu menurutinya dan mengalah, terkadang pula memaksa tanpa bisa dibantah.
Raiel meringis kesakitan untuk yang kesekian kalinya, punggungnya benar-benar terasa kebas dan perih saat bersandar pada kursi kerjanya yang padahal tidak kerasㅡsepertinya salep pereda nyeri tidak berpengaruh pada beberapa semburat merah yang ada dipunggung.
Raiel menegakan punggung supaya tidak bersentuhan dengan sandaran kursinya, ia mengusap pelan pergelangan tangan yang sedikit sudah tidak semerah seperti semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Silent
FanfictionRaiel hanya diam, membiarkan Satria bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah dimeja kerja dominan Bashkala itu.