tidak salah kan jika Raiel mencari pengganti Bashkala secepat ini jikalau sudah sedari lama Bashkala juga sudah berkali-kali mencari pengganti Raiel?Raiel menggeleng berulang kali, ia memasukkan ponselnya ke dalam handbag lalu merapikan pakaiannya sebelum keluar ruangan dan segera memasuki lift untuk menuju lantai satu bangunan kantornya.
siang ini Raiel menyetujui ajakan Javian untuk makan siang berdua. Tapi, jika dipikirㅡbagaimana bisa pria berprofesi dokter itu bisa semena-mena keluar dari rumah sakit hanya untuk makan siang setelah melakukan operasi bedah? bukankah seorang dokter selalu memiliki pasien yang setiap menitnya harus diperiksa? bukankah dokter 24 jam harus selalu siap sedia didalam rumah sakit? jadi, Javian ini benar-benar dokter atau hanya omong kosong saja? entahlah, selain dokterㅡJavian kan juga merupakan direktur rumah sakit dan mungkin saja ada dokter sejurus dengan Javian sehingga bisa menggantikan tugas Javian yang ditinggalkan secara semena-menaㅡpikir Raiel seperti itu.
tin.. tin..
Raiel tersentak, ia menoleh kearah depan dimana mobil Pajero putih berhenti dan disusul si pemilik keluar dengan senyum sumringah saat bersitatap dengannya yang sedari tiga menit lalu sudah berdiri tak jauh dari pintu utama kantor. "Nunggu lama ya?" dan Raiel menggeleng sebagai jawaban pria yang sudah berdiri dihadapannya.
"ayo berangkat sekarang keburu aku ada urusan sama klien, Javi."
silent
the silent Raiel and the confused Satria"dia siapa? pacar aa?"
Raiel membelak sempurna atas pertanyaan gadis yang membukakan pintu rumah yang sama sekali tidak ia ketahui rumah siapa sebab Javian secara tiba-tiba menghentikan mobil setelah memasuki gerbang rumah besar yang saat ini mereka berdua singgahi, Raiel benar-benar tidak tau sebab Javian sama sekali tidak memberitahu.
"bukan."
"oh?" gadis itu menatap Javian dengan tatapan tidak percaya, "terus siapa?"
"calon aa."
"Javi." lirikan malas Raiel berikan pada Javian yang tersenyum tipis.
"kenalin, Winayaㅡadek aku."
Raiel beralih menatap gadis dihadapannya yang ia sadari jika cukup memiliki kemiripan dengan Javian. "Salam kenal, aku Raiel." kenalnya dibalas senyum ramah.
"oh, salam kenal juga. Kalau gitu ayo masuk, kak. Aa ditinggal aja diluar, ribet orangnya." Winaya menarik tangan Raiel untuk memasuki rumah lebih dulu dan mengabaikan Javian yang mendelik tidak suka.
Raiel menoleh kearah Javian dengan tatapan dan ekspresi kesal, ia sudah sadar jika rumah yang ia masuki saat ini adalah rumah keluarga dari Javian. Sial, kenapa pria bernama Javian Wiratama itu memiliki ide yang luar biasa tidak terpikirkan oleh Raiel? sebab Raiel pikir jika mereka berdua akan malam siang direstoran bukan pergi ke rumah mewah milik keluarga Wiratama.
"lho, Aa? pulang awal?"
"mau makan siang, bun." saut Javian ketika mendengar suara wanita paru baya yang merupakan ibunya itu memasuki rumah dari pintu belakang.
"aa bawa calon, bun." adu Winaya tiba-tiba.
"hah, yang benar aja kamu, dek?" bunda keliatan kurang percaya sebelum beralih memperhatikan pria manis disamping putri bungsunya, "eh? ini siapa? manis sekali."
Winaya melirik Raiel dengan senyum yang terlihat bahagia, "kata aa calonnya aa."
Raiel dengan umpatan dalam hati dan dengan terpaksa tersenyum, "siang.. Tante." jujur saja saat ini ia kesal atas perbuatan Javian yang mendadak.
"siang, namanya siapa ya? kok bisa ketemu sama Javi gimana ceritanya?" wanita itu berjalan mendekati Raiel.
duh, "Raiel.. Tante."
"namanya manis persis orangnya."
Raiel masih tersenyum meskipun merasa canggung dengan kedua wanita yang merupakan keluarga Javian, "um.. terima kasih."
"bagus deh kalau gitu, bunda jadi udah gak sibuk pusing mikirin nasib anak lajang bunda satu-satunya kalau udah ada kamu, Raiel."
Winaya mengkompori dengan semangat, "nikahin cepet aja.. bun!"
Raiel speechless, tidak mampu lagi untuk mengucapkan sepatah kata. Sedangkan Javian justru tersenyum, "iya nanti nikah." ujar pria Wiratama itu semakin membuat Raiel speechless sekaligus kesal.
silent
the silent Raiel and the confused Satriaselama perjalanan setelah makan siang dirumah Wiratama, Raiel mendiamkan Javian yang justru biasa saja dan tidak mempermasalahkan ucapannya dihadapan adik perempuan dan bundanya tadi.
"jangan gila kamu, Javian. Gimana kalau bunda sama adikmu mikir sungguhan?"
"kan memang sungguhan, after you officially divorced from him." balas Javian yang fokus menyetir.
Raiel melirik sinis Javian, "aku gak mau."
"I'm not giving you a choice between no and yes, Iel." Javian dengan senyumnya yang tanpa berdosa.
"terserah kamu lah, aku pusing kalau disuruh debat sama kamu."
Javian tersenyum puas, "berarti kamu setuju."
helaan nafas keluar dari mulut Raiel, "gak ada tuh aku bilang setuju."
"kamu bilang terserah kamuㅡberarti terserah aku kan?"
"Javian.." benar-benar Raiel terlalu malas menanggapi Javian.
"I will prepare everything, you don't worry."
"dasar gila!"
"yea, i am." sesekali Javian melirik Raiel yang melihat luar kaca mobil, "ayah kamu masih disini kan?"
"ya, kenapa?"
"until when? sidang perceraian kamu?"
pada akhirnya Raiel menoleh kearah Javian yang hampir setiap saat menyebutkan mengenai sidang perceraiannya. "Kamu bisa stop bahas itu gak sih? my divorce proceedings are none of your business, Javi." padahal Raiel tidak begitu ingin mengingat-ingat pasal informasi sidang perceraiannya, "lagipula kenapa kalau ayahku masih ada disini atau tidak?"
"mau bertemuㅡ"
Raiel menyela, "buat apa?" dengan penuh curigaㅡterlebih saat ini Javian tersenyum.
"propose you."
bahu Raiel merosot, "Javian.."
© 22 Maret 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Silent
FanfictionRaiel hanya diam, membiarkan Satria bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah dimeja kerja dominan Bashkala itu.