Raiel berada di salah satu cafe terdekat dari rumahnya, duduk berdua bahkan berhadapan dengan wanita yang mungkin sebentar lagi akan menjadi pendamping Bashkala setelah resmi bercerai darinyaㅡmungkin namun Raiel yakin itu pasti akan terjadi nantinya.
"Soraya, kamu ingin membicarakan apa?"
lima menit duduk tanpa berdua dengan suasana hening membuat Raiel sedikit bingung, pasalnya wanita yang ada dihadapannya itu tampak enggan untuk memulai topik padahal wanita itu sendiri yang mengajaknya bertemu dicafe untuk membicarakan hal yang kata wanita sangat penting.
"Raiel.."
Raiel mengangguk dengan senyum tipis untuk menanggapi panggilan dengan suara lirih yang dilontarkan wanita bernama Soraya itu.
"aku mohon.. batalkan perceraianmu dengan Satria, percaya padaku.."
"huh?" kening Raiel tertekuk, "apa maksud kamu? aku jelas tidak mungkin melakukan itu disaat dia sudah menghamili kamu, Soraya."
"dengarkan aku, Raiel."
"ya, aku sudah mendengarkan ucapan tidak masuk akalmu itu." balas Raiel dengan tawa canggung ketika melihat ekspresi serius yang ditunjukkan wajah cantik Soraya.
"kembalilah pada Satria dan jangan pedulikan aku, kumohㅡ"
Raiel menggeleng pelan, "aku tidak bisa melakukan itu.. bagaimana nasibmu dan anak kalian nanti? aku tidak ingin menjadi peran yang buruk bagi anak kalian berdua, Soraya." ujarnya dengan nada lemah.
"demi apapun, Raiel." sambar Soraya dengan raut histeris, "aku memang sedang mengandung anak Satria tapi percayalah jika ini bukan keinginanku dan lagi ini adalah eksperimen gila!" seru tertahan Soraya diakhir kalimatnya.
"apa..?"
Soraya mengusap wajahnya sebelum menatap lamat wajah kebingungan yang ditunjukkan Raiel. "Ini, bayi yang ada didalam perutku ini adalah eksperimen." ujar wanita itu sembari memperlihatkan dan mengusap perutnya dihadapan Raiel yang tampak terdiam.
"percaya padaku, hanya dokter gila yang berani melakukan tindakan ilegal ini. Aku mengakui jika aku dan Satria berhubungan badan dibelakangmu," jeda Soraya pelan sebab ia sadar jika pengakuannya kali ini membuat submissive dihadapannya menampilkan senyum tipis juga miris yang cukup menyayat hatinya yang kini merasa bersalah. "Tapi, Satria selalu menggunakan pengaman dan memintaku untuk selalu meminum pil pencegah kehamilan sebab dia tidak ingin memiliki anak denganku."
"benarkah?"
Soraya mengangguk, "Satria tidak um.. maksudku, lebih tepatnya dia tidak ingin memiliki anak denganku.. ya, tapi dia pasti menginginkan anak denganmu, Raiㅡ"
"itu tidak benar." potong Raiel dengan tawa renyah guna mengalihkan kesedihan yang muncul, "dia jarang menyentuhku."
Soraya menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali berbicara, "itu karena dia takut menyakiti kamu."
Raiel mengangkat alisnya dengan tatapan tak yakin. "Dengan dia jarang menyentuhku itu justru lebih membuatku tersakiti dan merasa tidak menarik untuknya, Soraya.." lirih Raiel sembari menunduk menatap coffenya yang mulai dingin.
"Raiel.. kamu tau Satria kasar kan?"
bohong jika Raiel tidak tau.
"Satria tidak mau melukai kamu jika nantinya dia melampaui batasnya." ujar Soraya berdasarkan fakta yang ia dapatkan dulu seusai bercinta dengan pria itu.
Raiel terkekeh lalu menatap lamat Soraya, "tapi bukan berarti dia bisa bermain dengan orang lain kan? and again i am his wife, i am his legal submissive, whatever he does i will accept." ujarnya membuat Soraya terdiam selama beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Silent
FanfictionRaiel hanya diam, membiarkan Satria bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah dimeja kerja dominan Bashkala itu.