Raiel › to like, to love, to have.

920 101 19
                                    

semuanya kacau, semuanya hancur, tidak sesuai dengan rencana.

Jidan bersimpuh dan menunduk dihadapan Raiel yang kembali menangis untuk kesekian kalinya dalam seminggu semenjak pemakaman Bashkala dan dua hari setelah kehilangan kandungannya yang disebabkan karena stress berat yang menimpa submissive itu.

"maafkan aku, Rai." permohonan maaf kembali disampaikan Jidan yang benar-benar merasa bersalah atas apa yang menimpa Raiel.

isak tangis pilu masih terdengar, membuat Jidan semakin merasa bersalah.

diambang pintu kamar yang dibelakangi oleh Raiel, berdirilah Soraya yang ikut merasakan sesak dan bersalah terhadap apa yang dialami Raiel.

"Satria tidak akan senang melihat kamu manangis."

"lalu, apa Bashkala akan lebih senang jika melihatku bahagia?" balas Raiel dengan volume suara kecil, "apa dia bahagia ketika aku disini berbahagia setelah kehilangannya dan bayi kami?"

Jidan terdiam mendengar balasan disertai isak tangis submissive dihadapannya saat ini.

"Jidan,"

"ya?"

"aku.." dada Raiel terasa sesak, sungguh, seminggu menangis dengan perasaan sangat kacau itu tidak mengenakkan.

Jidan mengangguk mengerti, "beristirahat dan sudahi menangisnya ya?" pintanya meski tidak tau apa yang ingin disampaikan submissive dari teman dekatnya itu.

"Jidan,"

"aku disini kapanpun, menemanimu sebagai penebusan dosaku. Aku tau itu tidak cukup."

Raiel menggeleng pelan, "aku tidak mau.. dia masih adaㅡaku tidak mau kamu menjadi targetnya karena bersamaku, Jidan, pergilah bersama Soraya dan Marlo.." tubuh submissive itu bergetar, sangat ketakutan.

"tidak, Rai. Dia sudah mendekam dipenjara, tenanglah." ujar Jidan sembari mengusap punggung tangan Raiel, "dia tidak akan bisa menyakiti kitaㅡ" sebab aku yakin jika seluruh orang kepercayaan Javian sudah ikut masuk kedalam penjaraㅡiner Jidan menerka meskipun dirinya tidak begitu yakin setelah kembali mengingat seberapa gila-nya pengaruh sosok Javian didunia kriminal sehingga Jidan dapat memastikan dan yakin jika sosok Javian itu tidak hanya diam mendekam didalam penjara, "dia akan dihukum seberat-beratnya.. tenanglah."

"tapi,"

"ada banyak orang disini, dia tidak akan datang untuk menyakiti kita." sela Jidan yang selama seminggu ini berada dirumah tempat Bashkala dan Raiel tinggal. "Marlo dan aku akan berada disini, ada banyak penjaga diluar rumah.. kamu aman." ujarnya lagi.

Raiel menatap lekat Jidan yang tampak lebih khawatir, "aku aman.. tapi, tidak dengan kalian.. aku hanya membawa ketidakamanan pada kalian, dia menginginkan aku tidak bersama siapapun kecuali dirinya, diaㅡ"

Jidan mengusap air mata yang terus luruh dari kedua netra Raiel, "untuk sekarang dia tidak mungkin menginginkan kamu sendiri dalam kondisi seperti ini, Rai."

"jika dia tidak menginginkan kondisiku seperti ini, seharusnya dia tidak membunuh Bashkala-ku."

silent
when all is uncovered, there will be loss

"bagaimana kondisinya?"

"jauh dari kata baik, dia terlalu banyak menangis dan selalu ditemani oleh kakak. Rumahnya juga sudah dipasang penjagaan ketat oleh suruhan Marlo dan kakak, dua orang itu bekerja sama menjaga Raiel."

decakan muak keluar dari bibir Javian yang saat ini duduk berhadapan dengan seseorang yang ia pinta untuk mengawasi kediaman sang terkasih, "apalagi?"

"sudah, hanya itu saja."

12. Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang