brakk!
pintu ruangan dokter bedah itu terbuka dan ditutup secara tidak apik oleh submissive yang begitu didambakan oleh sang pemilik ruangan.
"Javian, kamu gila?!"
senyum yang sempat terukir tepat ketika melihat dambaannya memasuki ruangannya yang meskipun secara kasar sekalipun ituㅡperlahan senyum itu luntur berkat seruan dengan nada penuh amarah yang dilontarkan, "hei? maksud kamu apa, Iel?" Javianㅡpria itu beranjak dari kursi kerjanya untuk mendekati submissive yang berdiri tak jauh dari ambang pintu ruangannya.
"stop! jangan dekati aku, kamu gila! demi apapun kamu sudah gila, kenapa kamu melakukan itu?!"
Javian mengrenyit kebingungan. "Aku melakukan apa, Iel?" tanyanya seolah bingung meskipun dalam benaknya menangkap sesuatu.
"licik, gila, biadab!"
Javian kembali mencerna perkataan penuh amarah yang dilontarkan Raiel, "kamu sudah tau?" terkanya ketika submissive Hasteraka itu melayangkan tatapan nyalang.
"kenapa kamu melakukan ini semua, Jav? kamu menyukaiku kan? lantas kenapa kamu melakukan hal yang jelas-jelas membuatku tersakiti?" cerca Raiel dengan wajah merah padam menahan marah sedari perjalanan menuju rumah sakit tempat dokter gila itu berada, "kamu benar-benar gila.."
"ya, aku gila." ungkap Javian dengan kekehan renyah, "aku gila karena aku gagal mendapatkan kamu disaat aku sudah berusaha semampuku." pria itu melangkah mendekati Raiel dan berdiri tepat dihadapan submissive itu. "Tapi, dengan mudah si bajingan itu mendapatkan kamu tanpa usaha dan menyakiti kamu semauㅡ"
"dia tidak menyakitiku! dan jangan sebut Bashkala bajingan disaat kamulah bajingan itu, Javian!" jari telunjuk Raiel ditujukan tepat pada wajah tampan sang dokter yang tampak tidak terkejut.
Javian mengangkat satu alisnya dengan senyum lebar yang tanpa ia sadari telah cukup membuat Raiel takut, "dia tidak menyakiti kamu? you still believe it was after the affair he had?" sindirnya mengusik fakta mengenai suamiㅡah, ralat menjadi calon mantan suami submissive dambaannya itu.
Raiel berdecak muak. "Itu tidak akan terjadi jika kamu tidak mengirim perempuan bayaran kamu, gila!" makinya diakhir kalimat membuat Javian kembali tersenyum lebar.
"sweetie, jika benar bajingan itu tidak menyakiti kamu maka dia tidak akan tergoda untuk bermain dengan para perempuan itu.. why are you so innocent?"
Raiel tertegun ketika Javian semakin mendekat kearahnya yang spontan melangkah mundur hingga menubruk tembok ruangan; ia terhimpit oleh tembok dan tubuh Javian yang berada didepannya dengan kedua tangan dominan itu sigap mengukung kedua sisi tubuhnya.
"Javian..!"
"it's the right time to get you completely right, sweetie?"
kedua tangan Raiel terangkat untuk mendorong tubuh dominan itu. Namun, kalah cepat dengan tangan kanan Javian yang langsung menangkap dan menggenggam erat kedua tangan kurus submissive itu.
Javian tersenyum tipis sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga Raiel, "jangan mencoba melawan." bisiknya.
tatapan penuh kebencian Raiel layangkan ketika ingatan masa lalu muncul didalam benaknya, "lepaskan aku!" serunya tetap memberontak terlebih ketika Javian dengan mudah mencekal erat dan mengarahkan kedua Raiel keatas kepala submissive itu yang benar-benar terhimpit dengan tembok.
"after you become mine."
dugh
lutut Raiel berhasil menendang kaki Javian hingga cekalan kedua tangannya terlepas dari genggaman dominan itu, "aku gak akan pernah sudi menjadi milikmu, badebah!" tatapan semakin nyalang disertai benci Raiel tujukan pada Javian yang justru tersenyum meskipun sempat meringis nyeri akibat dari tendangan submissive itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Silent
Hayran KurguRaiel hanya diam, membiarkan Satria bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah dimeja kerja dominan Bashkala itu.