2.rindu

201 8 0
                                    

Hingga tak terasa waktu terus berlalu. Jendra tumbuh menjadi anak yang ceria, dia juga pandai untuk meniru dan mudah diajari dalam berbagai hal. Sedangkan Mahen, bocah yang dulu ceria sekarang lebih pendiam dan tertutup. Dua kepribadian yang bertolak belakang.

Sekarang umur Mahen menginjak 6 tahun dan adiknya menginjak 4 tahun. Hari ini bisa dibilang hari spesial bagi Mahen juga adiknya, karena hari ini ibu dan ayahnya pulang dari luar kota untuk merayakan ulang tahun mereka berdua.

Ya kalian tidak salah mendengar, tanggal ulang tahun Mahen dan Jendra sama. Maka dari itu mereka sangat senang bukan main untuk hari ini.

"NENEK KAPAN AYAH DAN IBU PULANG, AKU TAK SABAR MELIHAT DAN MEMELUK MEREKA..." teriak Jendra dari kamarnya. Sang nenek yang berada tak jauh dari Jendra mencubit pipi Jendra "jangan berteriak, kakakmu sedang belajar." Jendra yang menyadari bahwa dia berteriak dengan cepat menutup mulutnya menggunakan kedua tangan mungilnya. Dia menatap sang nenek dan tersenyum kecil.

Mahen memang sudah mendapatkan les privat di umurnya yang masih dini, saat Mahen menolak les ini ibunya memohon kepada Mahen untuk mengikuti les ini agar dia pintar, Mahen yang tidak tega dengan ibunya, akhirnya Mahen menyetujui itu. Sebenarnya Jendra juga diikutkan les, namun Jendra menangis keras dan berakhir hanya Mahen yang les.

"Kapan mereka sampai?" Tanya Jendra dengan wajah lesunya, "apa mereka melupakan ulang tahunku dan kak Mahen?" Tanya Jendra, maniknya kini mulai berkaca-kaca menandakan bahwa sebentar lagi dia menangis.

"Mereka pasti pulang, tidak mungkin mereka melupakan ulang tahunmu." Ujar Mahen dari belakang tubuh Jendra. Jendra yang mendengar perkataan kakaknya hanya mengangguk lesu.

"Kau sudah selesai?" Tanya nenek melihat Mahen yang sudah tak belajar lagi.

Mahen mengangguk "soal yang diberikan guru les sangat gampang jadi aku menyelesaikan dengan cepat" ucapnya.

Nenek mengusak kepala Mahen "kau sudah bekerja keras untuk mengerjakan soal-soal itu, sebagai hadiah bagaimana kalau nenek buatkan jus alpukat?" Tatapan Mahen yang tadinya tajam juga dingin sekarang berubah menjadi tatapan berbinar melihat sang nenek.

"Bolehkah?" Tanya Mahen memastikan dan diangguki oleh sang nenek. Mahen memeluk neneknya erat "terimakasih nenek, aku sayang nenek."

"Aku juga ingin jus alpukat..." Jendra juga ikut memeluk nenek yang mana membuat Mahen dan nenek tertawa.

"Baiklah... kalian berdua tunggulah di kursi sambil menonton tv, nenek akan buatkan jusnya."

"Anak-anak ini jus kalian..." nenek berjalan membawa dua gelas jus alpukat.

"Terimakasih nenek..." Mahen dan Jendra berucap dengan serentak.

"Kompak sekali" komentar kakek yang duduk berada tak jauh dari kedua cucunya.

"Hati-hati meminumnya, tidak ada yang meminta" peringat nenek.

"Bagaima kalau setelah minum jus itu kakek ajak untuk jalan-jalan?" tanya kakek.

"Sepertinya menarik, ayo saja." Mahen menyetujui.

"Bagaimana Jendra?" Tanya kakek dan Jendra menggeleng.

"Aku ingin menunggu ayah dan ibu..." kakek tersenyum maklum.

"Ayo kakek, aku sudah menghabiskan jusnya." kakek mengusak rambut Mahen dan mulai beranjak dari sana.

"Pamit dengan nenekmu..." Suruh kakek. Mahen segera berlari menuju sang nenek untuk meminta izin dan diberi izin oleh nenek.

"Kakek... Hati-hati jika membawa motornya, ada Mahen di belakang." Kakek memberikan jempol untuk nenek dan menggandeng tangan Mahen keluar rumah.

Mahen dan sang kakek berkeliling komplek dengan menggunakan motor tua milik kakek. Motor itu sebenarnya sudah tak layak pakai, namun kakek dengan kekeuh merawatnya sampai sekarang. "Bagaimana, apa kau senang?" Tanya kakek , Mahen mengangguk senang.

"Ini sangat menyenangkan kakek... Jarang-jarang kita bisa naik motor bersama." Ucap Mahen dengan ceria. Kakek tersenyum getir, memang selama ini Mahen sudah dituntut untuk belajar walau umurnya masih terbilang cukup muda untuk belajar.

Namun Mahen tak keberatan karena menurutnya dengan dia belajar sejak dini dia akan mudah mengerti nanti dan dengan mudah mendapatkan pekerjaan. "Mau kakek ajak ke suatu tempat?" Kakek melihat Mahen yang sepertinya sedang berpikir, namun selang berapa detik dia mengangguk.

"Memang kakek mau mengajakku kemana?" Tanya Mahen bingung. Kakek membalas pertanyaan mahen dengan tersenyum.

"Kau akan tahu nanti." ujar sang kakek.











TBC

Jangan lupa vote and komentarnya ya!!

Tunggu kelanjutan kisah ini

Bye-bye

MAHEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang